Caca gadis muda berusia 21 tahun, hidup sebatang kara, semenjak Ayah dan Ibunya meninggal Caca tinggal dirumahnya sendiri, Paman Jaka, adik dari Ayah Caca sudah beberapa kali mengajak Caca untuk tinggal bersama, tapi Caca selalu menolaknya.
Niat baik Caca untuk menolong seorang pria yang ditemukan Pingsan di pingir sungai samping rumahnya, harus berakhir dengan mengakhiri masa lajangnya, dan menikah dengan lelaki yang tidak di kenalnya.
Tidak ada rencana, malam ini Caca harus menikah dengan Arkana pria tampan yang tidak di cintanya, semua itu terjadi karena kesalahpahaman warga, yang melihat Caca membawa masuk pria kedalam rumahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aa zigant, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan panggil aku Nyonya
Setelah Arkana bisa menenangkan Laras, diam-diam Arkana mengirimkan pesan kepada Doni untuk mencari Caca dan membawanya ke rumah mang Ujang.
Setelah Arkana mengantarkan Laras ke apartemen, Arkana langsung pergi untuk ikut mencari Caca.
“Halo Don, bagaimana apa sudah ada kabar Caca di mana?” Ucap Arkana
“Sudah bos, ini sedang menuju rumah mang Ujang,” jawab Doni. Tak lama Arkana memutuskan panggilannya.
Caca yang tahu kalau yang telepon tadi adalah suaminya, hanya memutar bola matanya jengah melihat Doni.
“Nyonya pasti suka nanti kalau sampai rumah mang Ujang,” ucap Doni sambil senyum-senyum memperhatikan Caca.
“Mas, Jangan panggil aku Nyonya, panggil Caca cantik saja,” ucap Caca sambil terkekeh.
Kalau sampai aku panggil kamu Caca cantik, pasti aku langsung di mutilasi sama bos Ca, batin Doni sambil bergidik ngeri.
Selama perjalanan menuju tempat mang Ujang, Caca memperhatikan sepanjang jalan hanya melewati pohon besar, Caca merasa kalau ini akan menuju ke hutan.
“Mas, apa aku akan di jual? Kenapa kita ke arah hutan dari tadi,” ucap Caca.
“Enggak ca, kita sudah dekat, sebenarnya ini perbatasan kota, tapi mungkin orang lebih suka lewat jalan memutar, sedangkan sekarang kita mengambil jalan pintas, lebih dekat lagi kalau kita naik motor Ca, satu jam pasti sudah sampai,” ucap Doni menjelaskan.
“Kenapa aku di bawa kemari mas?” ucap Caca sambil menatap Doni.
“Untuk bulan madu,” jawab Doni sambil menahan tawanya.
“Hah, mimpi kali mas! Mana ada bulan madu di dalam hutan, yang ada kita mau berburu,” jawab Caca dengan kesal.
Doni hanya tertawa mendengar jawaban Caca, Doni merasa kalau Arkana tidak akan melepaskan Caca begitu saja, karena setahu Doni rumah yang di tempati mang Ujang adalah tempat Arkana menenangkan diri dari hiruk-pikuk keramaian kota dan kerjaannya.
Tak lama mobil yang di kemudikan Doni memasuk halaman rumah yang terlihat seperti di desa yang masih asri.
Tak lama keluar sepasang suami istri, menyambut Caca dan Doni, Caca yang melihat Doni menyalami dua orang baruh baya itu, Caca juga ikut menyalami, tapi tindakan Caca membuat mang Ujang dan bik Ida terkejut, karena sebelumnya Arkana menghubunginya, kalau istrinya tengah di perjalanan bersama Doni.
“Mari masuk Nyonya,” ucap bik Ida sopan.
“Bik jangan panggil Caca Nyonya, Panggil saja Caca ya,” ucap Caca sambil tersenyum.
“Ya Allah geulis pisan,” ucap bik Ida sambil tersenyum ramah ke Caca.
Tak lama terdengar suara motor berhenti di samping mobil Doni, seorang lelaki memakai jaket kulit warna hitam, yang di padukan dengan celana jeans hitam tidak lupa kaca mata hitam bertengger di hidungnya. Semua itu menambahkan daya tarik sendiri bagi kaum hawa untuk mendapatkannya.
Arkana tersenyum menatap Caca, yang bengong melihatnya.
“Tutup mulutmu, nanti masuk lalat,” ucap Arkana sambil berbisik dekat telinga Caca, membuat Caca jadi salah tingkah langsung menutup mulutnya dengan tangan.
“Tahu gitu tadi Caca ikut naik motor,” ucap Caca cemberut. Membuat Arkana gemes.
“Besok kita keliling naik motor,” ucap Arkana sambil duduk di samping Caca.
“Nak Caca ayo masuk, di luar sudah mulai dingin,” ucap bik Ida.
“Ia bik, Ayo mas masuk nanti masuk angin,” ucap Caca sambil berdiri dan melangkahkan kakinya menuju ruang tamu.
Arkana tak menjawab, hanya tersenyum, tak lama Doni berpamitan kepada Arkana, setelah kepergian Doni Arkana melihat istrinya tengah membantu bik Ida di dapur, Arkana yang tak ingin mengganggu langsung berjalan ke lantai dua menuju kamarnya.
Malam harinya Caca sedang duduk santai sambil menatap bintang, tanpa Caca sadari Arkana sudah berdiri di belakangnya, Arkana memeluk Caca, membuat Caca terkejut.
Ya ampun apa mas Arkana, mendengar detak jantungku, huwwa udah kayak musik di club' malam detak jantungku,batin Caca
"Mas jangan seperti ini, enggak enak kalau di lihat orang," ucap Caca pelan.
"Biarkan seperti ini sayang," ucap Arkana lembut di telinga Caca.
Seketika Caca meremang, ya Allah perasaan apa ini, kenapa mas Arkana melakukan ini, apa dia tau ini membuatku susah untuk tidak mencintainya, batin Caca.
"Ayo kita istirahat, pasti kamu capek," ucap Arkana, tiba-tiba di gedongnya Caca, refleks Caca langsung melingkarkan tangannya di leher Arkana, membuat Arkana tersenyum, saat Caca menyembunyikan wajahnya di dada bidang Arkana.
"Mas malu kalau di lihat bik Ida," kata Caca saat Arkana mau masuk kamar.
"Bik Ida dan mang Ujang sudah pulang kerumahnya, jadi tinggal kita berdua," jawab Arkana sambil membaringkan tubuh Caca di kasur.
Caca yang merasa malu langsung mengambil selimut dan menutup seluruh tubuhnya, Arkana hanya tersenyum melihat tingkah laku istrinya yang menurutnya sangat menggemaskan.
"Sayang ayo buka, nanti susah bernafas," ucap Arkana.
Berlahan Caca membuka selimutnya, sampai ke lehernya, di lihatnya suaminya masih mengerjakan laporan di lektopnya, Caca diam-diam memperhatikan wajah tampan suaminya.
"Mas andai hanya aku nanti yang jadi istrimu, pasti aku sangat bahagia, tapi ini aku tidak tau kenapa makin kesini ada rasa sayang dan tidak ingin membaginya dengan wanita lain, katakan mas apa aku sekarang egois, hanya memikirkan kebahagiaanku saja." tanpa terasa air mata Caca menetes di pipinya, Caca buru-buru mengusapnya.
Arkana yang terlihat serius, Caca berlahan turun dari ranjang dan mendekati suaminya, tanpa Arkana sadari Caca sudah berdiri di sampingnya, Caca memperhatikan wajah serius Arkana yang masih fokus mengecek Laporan ke uangan restorannya.
"Mas, mau Caca buatin minum?" ucap Caca pelan-pelan sambil memijit punggung Arkana, karena sedari tadi Caca perhatikan Arkana memijat Tengku lehernya. Arkana tersenyum baru kali ini ada yang memperhatikan dirinya.
"Ia sayang, buatin mas kopi saja ya, jangan terlalu manis, karena yang manis sekarang ada di samping mas," ucap Arkana mengoda istrinya.
"Ih, mas gombal deh," ucap Caca dengan wajah yang sudah merona. Arkana terkekeh melihat istrinya yanh melangkah keluar kamar sampai pintu kamar tertutup lagi.
Arkana baru sekali ini merasakan hidup lebih berwarna, di tatapnya pintu kamar sambil mengelengkan kepala. Arkana kembali lagi mengerjakan laporannya. tak berapa lama Caca masuk ke dalam kamar dengan membawa kopi buat Arkana.
"Ini Mas di minum dulu kopinya, mas lagi ngerjain laporan keuangan restoran, kenapa mas dari tadi Caca perhatikan mas membolak-balikkan kertas ini, apa ada yang ganjil mas?" ucap Caca sambil tersenyum menatap Arkana yang juga menatapnya dengan lembut.
"Ia sayang, ini cabang yang di Bandung kenapa banyak ke jangalan, mas yakin ada yang tidak beres dengan laporannya." ucap Arkana sambil meminum kopi buatannya Caca.
"Kenapa enggak mas selidiki saja dulu, kan mas masih ada waktu, sampai hari pertunangannya mas sama mbak Laras," ucap Caca dengan perasaan hati sakit seperti di tusuk-tusuk duri.
Arkana menatap wajah istrinya, di Pegangnya tangan Caca, ada perasaan bersalah di wajah Arkana, sedangkan Arkana sendiri bingung untuk mengatakan kalau dua hari lagi bukan acara pertunangan, tapi acara pernikahan dirinya denganLaras.
bersambung ya
Waah gercep banget Doni langsung meluk2 aja..🤔🤔