NovelToon NovelToon
Hantu Nenek Bisu

Hantu Nenek Bisu

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Mata Batin / TKP / Hantu
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: iwax asin

kisah fiksi, ide tercipta dari cerita masyarakat yang beredar di sebuah desa. dimana ada seorang nenek yang hidup sendiri, nenek yang tak bisa bicara atau bisu. beliau hidup di sebuah gubuk tua di tepi area perkebunan. hingga pada akhirnya sinenek meninggal namun naas tak seorangpun tahu, hingga setu minggu lamanya seorang penduduk desa mencium aroma tak sedap

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iwax asin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26: Bisikan dari Sumur Tua

Hari ketiga mereka tinggal di rumah itu dimulai dengan udara yang lebih pekat dari biasanya. Langit tampak mendung, padahal hujan belum turun. Seperti ada sesuatu yang menggantung di atas desa Karangjati, sesuatu yang tidak bisa dilihat tapi bisa dirasakan.

Erik masih mencoba bersikap biasa. Ia membersihkan ruangan atas sebisanya setelah kejadian semalam. Boneka yang mereka temukan kini disimpan di dalam kotak plastik dan diletakkan di gudang bawah, meski Siska memohon agar dibuang saja.

“Aku cuma mau menyelidiki, bukan menyimpan benda itu. Aku dokter, Sis. Mungkin ini ada kaitannya dengan trauma warga. Psikologi kolektif, barangkali,” jelas Erik dengan suara tenang.

Siska tidak menjawab. Ia hanya berdiri di dapur, memandangi jendela kecil yang mengarah ke pekarangan belakang. Di ujung sana, tampak sumur tua yang sudah lama tak digunakan. Dinding sumurnya diselimuti lumut hijau gelap, dan tutup kayunya sebagian sudah busuk.

Ada sesuatu tentang sumur itu yang membuat bulu kuduk Siska berdiri.

Sore harinya, Siska memutuskan berjalan ke warung kecil milik Bu Taminah. Ia ingin berbicara dengan warga, mencoba mencari tahu lebih dalam tentang sejarah rumah itu.

Bu Taminah menyambut ramah, tapi seperti warga lain, matanya selalu menyelipkan keraguan saat menyebut rumah tua itu.

“Sumur belakang itu dulunya dipakai Bidan Karsih buat cuci tangan... dan bersih-bersih habis membantu persalinan,” gumam Bu Taminah sambil membungkus gula. “Tapi setelah beliau meninggal… kadang ada yang lihat bayangan di sana. Seperti... perempuan duduk di pinggir sumur. Rambutnya basah. Bajunya lusuh.”

Siska menahan napas.

“Kadang-kadang,” lanjut Bu Taminah, “ada suara bayi menangis dari arah sumur, tengah malam. Tapi kalau dicari, ya kosong.”

Siska mencoba tersenyum, tapi jantungnya berdetak terlalu keras untuk sekadar basa-basi.

Malam itu, angin bertiup lebih dingin. Jendela-jendela bergetar meski sudah ditutup rapat. Erik tertidur lebih awal, kelelahan setelah seharian menyapu lantai atas. Tapi Siska terjaga.

Satu suara membuatnya terbangun sepenuhnya.

Tangis bayi.

Tipis, jauh, tapi nyata.

Siska membuka selimut, perlahan turun dari tempat tidur. Ia mengambil senter kecil dari laci dan berjalan menuju dapur. Suara itu datang dari belakang.

Tangis bayi... tapi tak seperti bayi biasa. Ada sumbatan. Tersedu. Seperti kesakitan.

Ketika sampai di pintu belakang, Siska ragu.

Tangannya gemetar saat memutar kunci. Udara luar menyambut dengan dingin menusuk. Ia melangkah pelan ke arah sumur tua.

Setiap langkah terasa seperti ditarik ke dalam, bukan maju.

Tangisan itu berhenti.

Sunyi.

Sumur berdiri sunyi di sana. Lantai di sekitarnya ditumbuhi rumput liar, dan daun-daun kering menempel di bibir batu.

Siska mendekat. Senternya diarahkan ke dalam sumur.

Gelap.

Tak terlihat dasar.

Lalu...

Gerrrukk...

Tiba-tiba kayu tutup sumur retak. Siska mundur. Jantungnya nyaris berhenti berdetak.

Dari dalam sumur... muncul aroma anyir, seperti darah lama yang mengering bercampur tanah basah. Siska nyaris muntah.

Dan kemudian, suara itu muncul lagi. Tapi bukan tangis bayi.

Suara perempuan… seperti berusaha berbicara… tapi tak bisa.

“Khh... khh...”

Seperti seseorang yang tak punya pita suara. Tapi dipaksa bicara dari dasar sumur.

Siska memejamkan mata. Air mata mengalir tanpa sadar. Ia berlari kembali ke dalam rumah, mengunci pintu belakang rapat-rapat.

Pagi harinya, Erik menemukan tanah berjejak basah di lantai dapur. Padahal semalam tak hujan. Ia memanggil Siska, tapi istrinya hanya duduk termenung di pojok ruang tengah.

Matanya kosong. Tangan gemetar.

“Dia ada di sumur itu,” bisiknya.

Erik mencengkeram bahu Siska. “Siapa?”

Siska menatapnya, dan untuk pertama kalinya, suaranya pecah.

“Nenek itu, Erik... nenek bisu itu ada di sana! Dia tidak mati... dia tinggal di dasar sumur!”

Di luar sana, langit mendung kembali menggantung. Warga desa mulai saling berbisik—rumah itu kini kembali menunjukkan tanda-tandanya. Ada yang melihat bayangan di jendela atas. Ada yang mendengar suara di malam hari.

Dan seorang anak kecil di ujung desa… mulai berbicara dengan teman barunya.

Teman yang tak bisa bicara,

tapi selalu berdiri di dekat sumur.

1
Sokkheng 168898
Nggak sabar nunggu kelanjutannya.
BX_blue
Penuh kejutan, ngga bisa ditebak!
iwax asin
selamat datang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!