CERITA TAMAT!
Dipindahkan dari kelas terbaik, ke kelas Legenda? iyah, Legenda nya maksudnya khusus untuk anak - anak yang suka Langgar peraturan, bolos berjamaah, terlambat merupakan rutinitas.
Bagaimana gadis baik nan anggun, si Juara Umum Sheryl, mampu bertahan disana? belum lagi gombalan Nathan yang bikin Hati meleleh. Tapi, siapa sangka, kelas yang seperti itu malah mengajarkan pada Sheryl arti dari persahabatan yang sesungguh nya. Dan juga, cinta yang tulus.
Hingga dia bisa merasakan, sesuatu yang di sebut 'Masa SMA Sebenarnya'
"Anugrah Terindah yang pernah Tuhan Kasih ke Gue, itu elo. Sheryl Wijaya. pelengkap kehidupan Gue! Jadi, Tetap lah di sisi Gue. Selamanya. "
~Nathan Arkasa
mau tau kisahnya??
ayo vote,
kita liat apa yang terjadi di kelas XI IPA 5
Note : Mohon Maaf, Bila ada Kesamaan Kata atau Nama, tempat, atau hal lain nya, itu mungkin kebetulan semata. Namun, apabila alur dan plot ceritanya sama persis. Itu bukan saya yang plagiat. karna Novel ini murni hasil pemikiran saya sendiri yah. ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini IR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 (Revisi)
...***...
Jam sudah menunjukkan pukul 07: 46 pagi. Sheryl sudah tiba di halte. Gadis itu memang terbiasa datang tepat waktu. Berharap Nathan juga on time.
Brukkhhh!
Seorang pria paruh baya terduduk jatuh, usianya sekitar 35 ke atas. Sheryl tentu saja langsung menolong pria itu. Membantu menopang tubuh kekar bapak itu. Membawanya duduk di halte.
"Om gapapa?" tanya Sheryl kebingungan.
"Gak apa-apa kok nak. Om cuma belum sarapan sama minum obat aja." jawab pria tua itu tersenyum mengingatkan Sheryl akan seseorang, yah siapa lagi kalau bukan Ayahnya.
"Oh gitu, ya udah om tunggu bentar, aku beli makanan dulu yah." ucap Sheryl buru - buru cari makanan. Segera setelah makanan di dapat, dan minuman tersedia, Sheryl memberikannya pada pria paruh baya itu.
"Makasih nak, oh iyah, kamu weekend, pagi-pagi udah di sini mau kemana?? Pakaiannya rapi gitu?? Kencan yah?" tanya bapak itu memecah keheningan beberapa menit lalu.
"Eh kencan?? engg...nggga... enggak kok om!" jawab Sheryl gagu tidak karuan. Pria paruh baya itu hanya tersenyum hangat mengerti. Bagaimana tidak, pria itu sudah lebih berpengalaman dari Sheryl yang masih sangat muda.
"Duh, sayang banget yah, udah punya pacar toh, padahal om niatnya, mau jodohin kamu sama anak laki-laki om. Kan lumayan om punya menantu yang cantiknya luar biasa, apalagi hatinya baik. Taunya kamu sudah punya pacar. Tapi kalau kamu mau tahu anak om itu ganteng banget loh, cerdas lagi, dan yang paling penting, dia teladan. Yah itulah kenapa dia dulu sering banget php-in banyak cewek. Tapi kamu tenang aja sekarang dia sudah engggak begitu kok. Dia sudah berubah. Karna seorang gadis yang dia temui." Cerita bapak tua itu panjang lebar, yang sepertinya memang hobi banyak bicara, mengingatkan Sheryl akan seseorang yang rempong juga.
"Seorang gadis om?" tanya Sheryl bingung.
"Oh iyah anak om sudah suka banget sama gadis itu, dan kamu juga sudah punya pacar, jadi kayaknya keinginan om, buat kamu jadi menantu engga kesampaian deh, di tambah lagi anak om itu kayaknya suka beneran sama gadis itu, hampir tiap hari dia sebutin namanya."
"Emang namanya siapa om?"
"Nam--" ucapan bapak tua itu terpotong oleh nada dering hpnya, segera setelah menerima panggilan itu. Pria tua itu bergegas pergi. Tak lupa ia berterima kasih dan membelai lembut kepala Sheryl layaknya seorang Ayah. Sekejap Sheryl terlelelap dalam lamunannya mengingat ayahnya.
"woik! ngelamunin apa?? Masa depan kita?? Udah tenang aja aman dan terjamin, kalo masih kurang yakin yuk Ke KUA sekarang. Tenang-tenang, soal warisan aman, soalnya gue anak tunggal." ucapan cowok itu memecah lamunan Sheryl. Dari pada melanggeti Nathan, dan jadi pusat perhatian, lebih baik sheryl langsung masuk ke mobil sport hitam biru itu.
"Lah kenapa marah?? Gue kan on time? Nih aja masih 07 :58."
Ujar Nathan sudah duduk di kursi kemudi, menjalankan mobilnya.
"Gue engga marah kok, cuma lagi males aja debat sama lo."
"Sebelum ke rumah gue, kita ke rumah lo dulu yuk??"
"Enggak!!" menatap Nathan dengan taatapan dingin yang menusuk membelah tulang.
"Yah udah sans aja kaliii, duh kasian yah bunda gue, masa tiap hari mau di tatap gini sama menantu nya. Bisa - bisa bunda gue nulis cerita yang judulnya. Tatapan menantu ku membunuh ku. Views nya banyak tuh, yakin gue."
Sheryl tersenyum geli mendengar celotehan receh nathan.
"Duh Sher, Senyumnya nanti aja, gue mesti liat jalan. Dan gue juga ngga mau kehilangan scane senyum lo yang jarang terjadi kayak nungguin gerhana matahari."
"Paan sih lo Nat. Gendeng!" terlontar dari mulut sheryl begitu saja, yah suara yang tertawa ringan.
"Oh iya Sher, Kalo seandainya gue nemuin rumah lo, dan gue datang, Lo marah gak?"
Sheryl diam sebentar. Bingung mau jawab apa. Hampir tiap hari Nathan pengen main ke rumah Sheryl. Hampir tiap hari pula Sheryl menolaknya. Tapi kali ini ada rasa aneh di hatinya.
"Gue punya kakak laki - laki, yang galak nya nggak usah di tanyak lagi, sekali lirik lo di jamin ga berkutik."
"Gapap sumpah gapapa kok, asal bisa kerumah lo, pulang tinggal nama gue juga ikhlas, lagian sans aja gue udah punya ajian buat kakak ipar jadi sayang ke gue. Dan masalah kakak ipar. Biar gue yang tanganin." seru Nathan ke pdan, maklum bawaan lahir emang gitu.
"Yah udah deh, terserah lo." akhirnya kata - kata persetujuan keluar dari mulut Sheryl.
"Yess!! Alhamdulillah!! Rezekinya anak bokap gue yang paling ganteng!" teriak Nathan senyum sumringah memukul pelan stir mobilnya. Senyuman geli Sheryl tak dapat di sembunyikan lagi.
...***...
"Assalamualaikum ma..., Ma.., Mama.., mama, mama!!" teriak Nathan seperti anak kecil.
"wa'alaikumussalam, apa sih berisik banget??" jawab Arumi mama Nathan.
"Nihh ma, kenalin Sheryl. calon menantu yang bakal ngelahirin cucu - cucu mama kelak. Mama mau punya berapa cucu?" tanya Nathan yang mengambil tasnya dan kunci motor di atas meja.
"Dasar, mau kemana kamu??"
"Mau latihan ma, biar mama engga kesepian tuh Nathan bawain boneka, Imut kan? Yah udah Nathan latihan dulu yah ma. Ntar siang pulang." ucap Nathan mencium punggung tangan mamanya.
"Pergi dulu ya, santai aja, mama orangnya baik kok, pinter-pinter juga menangin hati mama biar jadi mantu idaman, gue pergi ya." Nathan mencium kening Sheryl, menepuk kepalanya pelan dan pergi menaiki motornya.
Sheryl diam membatu, jantungnya tak lagi bisa dikuasai, dia berdebar, namun debaran itu terasa begitu menyenangkan.
"Kamu Sheryl kan?? Ayo masuk ikut mamah" ucap Arumi lembut menarik tangan Sheryl, mengacaukan lamunan gadis itu.
"Tan--"
"Bukan tante, Tapi mama. Ingat yah panggil mama aja. Soalnya Nathan baru pertama kali ini bawa pulang cewek, di tambah lagi, semenjak kamu masuk kelasnya. Tiada hari tanpa menyebut nama Sheryl. Dan dia yakin banget loh bakal nikah sama Sheryl. Dan mama liat kalian serasi banget. Dan sekali pandang Mama udah suka banget sama Sheryl." ucap Arumi antusias.
"Mama kita mau kemana??"
"ke ruang spesial nya Nathan. Oh yah Nathan itu suka banget ngelukis. Dan untuk pertama kali nya dia lukis wajah kamu, cantik banget loh."
Terlihat banyak lukisan indah, dan lukisan yang di letak paling strategis. Iyah lukisan wajah Sheryl yang tersenyum. Lukisan sangat indah apalagi dengan perpaduan dinding hitam dan lampu putih indah itu. Benar - benar ruangan yang menakjubkan. Banyak sekali lukisan indah yang memanjakan mata. Membuat orang betah di dalamnya.
"Oh yah ma, lukisan ini kenapa gelap gulita??" tanya Sheryl menunjuk salah satu lukisan itu. Oiya, dan lagi sepertinya Sheryl nyaman dan cukup terbiasa dengan panggilan mama itu, membuat Arumi begitu senang.
"Itu lukisan..., yang di buat Nathan waktu dia usia 11 tahun. Karna kecelakaan yang parah mengakibatkan dia buta. Syukurlah itu hanya satu tahun." jelas mama Arumi mengambil sebuah Album berisi foto - foto sejak kecil Nathan. "Ayo sini, Liat betapa lucunya Nathan." ucap mama Arumi duduk di sofa, tersenyum hangat layaknya mentari pagi. Dengan lembut Sheryl ikut duduk di samping mama Arumi, melihat - lihat foto masa kecil Nathan yang sangat lucu.
"Lalu gimana sama Nathan yang buta mah??"
"Akh waktu itu dia menjadi anak yang pemurung, diam dan dingin. Lebih dingin dari es sekali pun."
"Beneran ma? Nathan yang cerewet nan tengil itu??"
"Hehe..., iya. Kamu engga nyangka kan?? Ini semua berkat gadis kecil itu. Ntah apa yang dia katakan hingga membuat Nathan tersenyum kembali. Meski dalam keadaan buta. Setelah operasi dan berhasil Nathan mencari gadis itu selama 3 tahun. Namun tak kunjung menemukannya atau bahkan petunjuk tentangnya. Hingga sekarang akhirnya Nathan hanya mengenang nya."
"Oh..., baguslah Nathan ketemu cewek itu dulu." ujar Sheryl terlihat raut wajah sedih nan sendu. Suaranya tak bersemangat. Dia sedih mengapa bukan dia yang waktu itu berada di sisi Nathan di saat terpuruk. Ada rasa sesak yang tidak dapat di jelaskan olehnya. Menekan dadanya hingga sulit bernafas.
"Eh Sheryl bukan gitu maksud mama, meski memang dulu Nathan suka sama gadis itu, tapi fakta bahwa sekarang Nathan cuma pengen Sheryl itu tak terbantahkan. Jadi Sheryl jangan sedih lagi yah. Sekarang kita ke dapur aja. Masak buat makan siang. Soalnya Nathan dan papanya nanti siang bakal pulang" ucap Arumi berharap Sheryl tidak bersedih lagi. Dia merasa menyesal menceritakan hal itu pada Sheryl.
...***...
"Yoo support terus" ujar Author yang mengharap vote dan komen wkwk