NovelToon NovelToon
Lies Of Marriage

Lies Of Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Pelakor / Romansa / POV Pelakor / Pihak Ketiga
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Poporing

Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?

"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"

"Kenapa kalian bohong kepadaku?"

"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 9 : Semakin dingin

Hari itu malamnya Yudis ternyata pulang. Ia pulang di jam kantor biasa, pukul 18:00 tepat. Begitu turun dari mobil dia langsung masuk rumah, tanpa mengucapkan permisi atau pun salam.

Liana yang sedang berada di kamar bergegas keluar dan melihat Yudis sudah melewatinya ke arah dapur.

"Bi Tuti, buatkan kopi manis hangat ke atas ya," ujarnya kepada sang ART.

"Mas, biar saya saja yang buat," ucap Liana yang berjalan ke arah Yudis.

"Enggak usah, aku lebih suka buatan Bi Tuti," balas pria itu dengan tegas menolak tawaran dari Liana. "Saya mau naik ke atas dulu," ucap Yudis lagi yang tanpa basa-basi lebih ia beranjak dari dapur berjalan melewati Liana dan naik ke tangga atas sambil mulai melonggarkan dasi pada kemejanya.

Liana menatap pria itu dengan perasaan hampa. Ia benar-benar telah diabaikan oleh suaminya sendiri yang bersikap dingin.

"Nya, biar nanti kopinya Nyonya aja yang bawa ke kamar Pak Yudis, gimana?" Ujar Tuti berusaha menghibur hati sang majikan.

"Iya, Bi...," jawab Liana dengan suara pelan sambil mengangguk lemah.

Liana membiarkan wanita itu membuatkan kopi untuk Yudis. Beberapa saat kemudian....

"Sudah jadi, nih Nya kopinya...."

Kopi hangat itu akhirnya selesai dibikin. Tuti langsung menyerahkan gelas kopi dengan tatakan piring kecilnya ke Liana.

"Makasih Bi...," ujar Liana setelah menerima cangkir kopi tersebut.

"Tinggal dikasih ke Bapak, semangat Nya!" Tuti memberikan dorongan semangat kepada Liana yang kelihatannya ragu.

Liana mengumpulkan keberaniannya sejenak. Setelah merasa lebih yakin dan percaya diri, ia pun bergegas berjalan meninggalkan dapur dan menuju lantai atas.

...****************...

Sementara itu Yudis sedang berganti pakaian di dalam kamar. Pria itu melepaskan dasi yang hanya tergantung asal di kerah baju ke atas tempat tidur dengan sembarang, kemudian ia membuka kancing kemejanya. Namun pintu ruangan kamarnya langsung diketok dari depan. Yudis mengira orang yang di luar itu adalah si Bibi, makanya dia langsung menyuruh wanita itu untuk langsung masuk saja.

"Masuk aja, Bi. Enggak dikunci," ujarnya tanpa menoleh ke arah pintu lagi dan langsung membuka kemejanya itu.

Begitu masuk Liana mendadak canggung melihat suaminya sendiri yang tengah berganti pakaian, berdiri membelakangi.

"Kenapa, Bi? Kok diam saja?" Yudis menyadari kalau si bibi masih berdiri di ambang pintu enggak berani masuk. Akhirnya ia pun segera membalikkan badannya ke belakang.

"Li-Liana!? Ngapain kamu ada di situ?!" Yudis terkejut. Dia memberikan respon yang tak biasa. Pria itu dengan cepat mengambil kemeja putihnya kembali dari atas tempat tidur dan memakainya.

"Maaf Mas, aku cuma mau bawain ini...." Liana tertunduk masih memegangi cangkir kopi.

"Hmph." Yudis langsung mendengus kasar, "sudah taruh saja di meja sana!" Ujarnya kemudian dengan nada tak sabar.

Liana masuk ke dalam kamar dengan pandangan menunduk. Ia sama sekali tak berani melihat ke arah suaminya sendiri yang sedang memperhatikannya.

Yudis mengawasi gerak-gerik Liana yang berjalan perlahan dan hati-hati ke arah meja tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya. Ia terlihat telaten memperlakukan cangkir itu yang ia letakkan di atas meja kerjanya Yudis tanpa mengeluh.

Diam-diam ia menghela napas pelan. Tersirat ada sedikit rasa bersalah yang muncul dari sorot matanya yang tajam. Kesadarannya akan Liana yang begitu mencintainya seakan kembali terlintas dalam otaknya. Tapi didetik itu juga wajah Tiara muncul dengan senyumannya. Yudis segera menepis rasa hangat yang timbul karena Liana.

"Lain kali jangan masuk sembarangan, kayak tadi. Tanya dulu, aku di dalam sedang apa baru buka pintu," ujarnya datar yang lebih terkesan dia seperti sedang berbicara dengan bawahannya saja.

"Maaf, aku gak tau kamu ganti baju, Dis...." Liana menghadap ke arah Yudis tapi dengan wajah menunduk sambil mengucapkan maaf.

"Sana keluar, aku mau mandi." Yudis kembali bersikap dingin kepada Liana.

Wanita itu tak banyak berbicara, ia berjalan keluar dari kamar Yudis tanpa berhasil berbicara apapun kepadanya. Liana jadi berpikir, sebenci itukah Yudis kepada dirinya? Apa kesalahan yang ia lakukan hingga Yudis bisa bersikap sekejam itu. Padahal Liana hanya berusaha untuk menjadi pendamping yang baik dan mencintai pria itu sepenuh hati. Apakah hal itu yang membuatnya patut untuk dibenci? Sungguh ia tak mengerti.

Karena tidak berhasil untuk berbicara dengan sangat suami, Liana akhirnya memutuskan untuk turun dari tangga meninggalkan ruangan kamar milik Yudis.

"Gimana Nya? Berhasil?" Bibi Tuti tampaknya antusias dan berharap Liana berhasil berbicara atau kembali dekat dengan Yudis.

"Enggak berhasil Bi, saya malah diusir keluar sama Mas Yudis...." Liana berjalan gontai sambil menggelengkan kepalanya.

"Waduh, Bapak gimana sih, dilayani Istri malah nolak!" Bibi Tuti mengoceh gemas dengan kelakuannya Yudis.

"Ya udahlah Bi, suka-suka dia saja. Saya mau ke kamar dulu," ucap Liana yang kali ini terlihat jauh lebih tenang daripada reaksinya yang sebelum-sebelumnya. "Bi, buatin jus buah ya, nanti bawa ke kamar."

"Siap, Nya, jus buah pakai madu?" Liana mengangguk kecil dan tersenyum.

Tuti, wanita yang sudah memiliki 4 orang anak itu dengan langkah cepat bergerak ke arah dapur untuk membuatkan jus.

"Sri, ambilin blender di atas laci!" Ia berjalan sambil menunjuk ke arah atas kabinet.

"Buat apa, Mbok?" Tanya Sri yang saat itu sedang fokus memasak tumisan sayur untuk makan malam.

"Buat bikin Jus punyanya Nyonya! Udah cepet toh!" Tuti membuka kulkas dan mengambil dua buah apel segar dari dalam yang hendak ia pakai buat jus.

Sri yang sedang fokus menumis itu akhirnya mematikan kompor sebentar, lalu membuka laci kabinet atas untuk mengambil blender, karena bisa dibilang postur tubuh Sri jauh lebih tinggi dari Tuti yang hanya memiliki tinggi sebahunya Sri yang tinggi sekitar 167 cm.

"Ini blendernya, Mbok," ujar Sri dan memberikan blender itu kepada Tuti yang kini sudah sibuk mengupas kulit apel.

"Makanannya udah beres semua?" Tanya Tuti sambil memotong-motong dua apel segar itu di atas talenan khusus.

"Ikan bakarnya udah, tinggal sayurnya sedikit lagi," jawab Sri sambil menyalakan kompor kembali untuk menumis.

"Oh, nanti kamu tata di meja makan ya." Tuti memasukkan potongan-potongan apel itu ke dalam blender yang kemudian ia beri air dan madu juga perasan air lemon sedikit.

"Iya Mbok, tenang aja, sama Sri semua beres!" Sri menumis sambil menepuk dada dengan gaya bangga.

"Ealah kamu, jangan sampai berantakan ya, nanti Tuan besar marah."

Baru saja dibicarakan Yudistira ternyata muncul di ambang pintu dapur.

"Bi," ucapnya dengan suara yang lantang dan tegas, membuat kedua ART rumahnya itu langsung terlonjak.

"Ya ampun Pak Yudis, bikin Sri kaget!" Sri tanpa bisa menyembunyikan rasa terkejutnya berulang-kali mengelus dada.

"Hmph, Bi nanti makanan saya bawa ke atas saja. Saya gak mau makan sama Liana," tukas Yudis yang kemudian setelah itu dia kembali beranjak pergi naik ke atas.

Kedua pelayan itu hanya bisa menatap Yudis dengan terheran-heran.

"Pak Yudis aneh ya, Mbok...," ucap Sri setengah berbisik. "Masa sama Istri sendiri kayak musuh sih!" Lanjutnya mengutarakan pendapat yang tak tertahan lagi atas kelakuan aneh sang majikan pria.

"Gak tau lah, Sri, kita gak usah ikut campur sama urusan mereka, yang penting kerja aja yang baik di sini!" Balas Tuti enggak mau banyak mulut apalagi kalau sudah mengenai majikannya. "Udah, masakan kamu sudah jadi 'kan. Cepat disiapkan di meja, si Mbok mau bawa ini ke kamar Nyonya dulu." Tuti meletakan jus yang sudah dibuatnya di atas nampan kecil dan berjalan perlahan keluar dapur. Sri hanya memperhatikan dan menarik napas dalam-dalam.

Bagaimana kelanjutan hubungan Liana dan Yudis? Seberapa lama Liana dapat bertahan dengan sikap dingin sang suami.

.

.

.

Bersambung....

1
sutiasih kasih
klo km ngotot cerai.... setidaknya punya lah hrga diri yudis.... srcara sadar keluar dri zona nyamanmu slm ini yg mmberimu ketenaran karir...
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sutiasih kasih
knapa km msih mau prtahanin laki" macam yudis....
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!