Ratih gadis miskin yang lugu dari Desa Cempaka yang di cintai oleh sosok Siluman ular yang berusia ribuan tahun----Setelah cintanya dikhianati oleh Arya, anak kepala Desa dusun Cempaka. Ratih Dipaksa membuat Perjanjian pernikahan dengan Pangeran Naga Seta yang sudah terobsesi pada Ratih----demi keamanan desanya lewat pernikahan gaib.
Warga Desa yang kembali terikat dengan Siluman ular penghuni aliran Sungai Seta harus memberikan sayeba setiap sebulan sekali untuk Siluman ular penghuni sungai, akankah warga desa terlepas dari perjanjian gaib ini.
Mengisahkan Dendam, Sakit hati, dan Perjanjian gaib di jadikan satu dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Di pertemuan Balairung atau aula, jauh dari kamar Ratih yang terkunci rapat.
Pusaran besar dengan cahaya hijau kebiruan memancarkan dari lingkaran ukiran ular di lantai, dan di tengah berdiri Pangeran Naga Seta yang tubuhnya memancarkan energi dingin membuat seluruh ruangan bergetar.
Para senopati berwujud setengah manusia dari atas kepala sampai pinggang, dan dari pinggang sampai kaki berwujud ular hijau.
Pangeran Naga Seta duduk di atas singgasananya dengan ukuran ular di atasnya, dari pinggang sampai kaki berwujud ular putih.
Salah satu senopati berwujud mendekat berbaris disisi balairung, menunduk dalam-dalam menunggu perintah, salah satu senopati mendekat dan berkata dengan suara rendah.
"Lapor Gusti, banjir sungai mencapai dusun cempaka, air sungai sudah naik dan selain desa Cempaka---desa di sekitarnya juga ikut terendam banjir sesuai titah yang mulia."
Naga Seta membuka matanya, kilatan perak tampak di sana, dingin dan penuh kuasa, lalu matanya kembali seperti semula.
"Bagus, manusia perlu mengingat siapa penguasa sungai ini." Suaranya bahagia tenang tapi penuh ancaman.
Salah satu Patih kerajaan menambahkan, "rumah-rumah telah hanyut. Para warga juga mengungsi ke dataran tinggi, Tidak ada yang menyangka ini ulah kita."
Naga Seta menganggukkan kepalanya pelan lalu pikirannya melayang pada Ratih.
"Biarkan mereka ketakutan," ucapnya dengan penuh kepuasan tersendiri.
Mata Naga Seta memanjang pusaran air di bawah kakinya, dan arus sungai di permukaan tampak terpampang seperti cermin raksasa.
Cermin itu menggambarkan situasi terkini memperlihatkan desa yang porak-poranda.
Dusun Cempaka dan desa sekitarnya terlihat kacau, air bah merendam sawah, menenggelamkan ternak, menyapu rumah-rumah kayu yang dulu penuh keceriaan.
Penduduk pada berlarian saat air bah datang ke desa mereka, meluap melalui sungai.
Naga Seta menggerakkan satu tangannya, arus sungai kembali menggila, suara getaran menggema sampai dasar Balairung pertemuan itu.
Para Senopati dan patih kerajaan dengan hati-hati memandang pangeran Naga Seta, yang rupanya ancamannya pada Ratih amat tak main-main.
"Yang Mulia apakah ini tidak terlalu jauh?" tanya salah satu Patih dengan nada yang hati-hati.
Naga Seta menatap tajam pada salah satu Patih yang berani mempertanyakan keputusannya itu, lalu Patih itu menunduk karena tak berani menatap mata Naga Seta yang kembali menyala.
"Ratih harus tahu konsekuensinya, dia harus tahu akulah penguasa sungai ini dan sekitar desa Cempaka sebelum orang-orang itu menempati dusun itu," ujar Naga Seta dengan angkuhnya.
Naga Seta menghela napas panjang selanjutnya dirinya melihat salah satu anak yang hanyut dan ada yang mati tertimpa puing bangunan kayu.
Seusai jawaban Naga Seta yang tajam dan menusuk para prajurit, senopati, bahkan patih kerajaan tak ada lagi yang berani mempertanyakan titahnya.
Rupanya api penolakan yang di nyalakan Ratih sudah mampu menenggelamkan seluruh desa dengan korban jiwa, setelah jeda singkat Naga Seta mengeluarkan titah lagi.
"Sekarang...," titahnya, membuat para Senopati dan Patih melihat ke arahnya.
"Laksanakan bagian kedua," kata Naga Seta.
Sorot matanya tajam, dengan mata normal. Naga Seta akan mengambil tumbal.
"Ambil tumbal dari orang-orang yang hanyut dengan arus yang kita buat," titahnya, membuat para prajurit dan senopati menganggukkan kepala.
"Ya, tumbal desa yang sudah puluhan tahun tidak dilakukan oleh Dusun Cempaka dan desa di sekitarnya, mereka lupa pada perjanjian lama, pengorbanan di lakukan," ujar sang Pangeran Naga Seta.
Dulu sebelum warga desa membangun pemukiman, para tertua dulu melakukan perjanjian dengan Naga Seta dengan memberikan tumbal.
Awalnya Naga Seta meminta tumbal manusia, tapi setelah keringanan dan diskusi yang panjang.
Akhirnya warga desa mengambil tumbal hewan ternak sebagai gantinya----ritual setahun sekali yang dilakukan pada bulan November malam ke 13.
Tapi setelah istri sang pangeran di kalahkan dengan keturunan wali, jadi para siluman mengalah demi kelangsungan habitat mereka.
Itu sudah terjadi selama ratusan tahun, hingga warga tak mengetahui apapun lagi.
"Laksanakan perintahku."
"Siap yang mulia," patuh para prajurit yang setengah manusia dan setengah ular.
"Ambil anak-anak dan wanita dewasa," lanjut Naga Seta lalu tertawa jahat di akhir kalimatnya.
"Yang mulia pangeran setelah mereka di tangkap apa yang harus kami lakukan?" tanya salah seorang prajurit.
"Bawa mereka ke penjara dan untuk ritual desa akan kita tentukan nanti," titahnya.
Para prajurit bergerak cepat, ekor ular mereka bergesek di lantai memenuhi balairung dengan suara mendesis serempak.
Dalam beberapa detik mereka menghilang di lorong-lorong istana untuk naik ke permukaan sungai melaksanakan titah sang pangeran.
Patih berbisik menatap sang Pangeran yang rupanya amat tergila-gila dengan gadis manusia itu, yang cintanya di tolak.
"Apa ini benar setelah kekalahan kami beberapa ratus tahun lalu oleh keturunan wali," bisik salah satu Patih.
"Aku rasa benar, karena warga desa Cempaka dan sekitarnya, soal ajaran wali itu sudah luntur dan mereka tak ada lagi perlindungan." Bisiknya dengan nada pelan karena takut di hukum oleh sang Pangeran.
"Aku melakukan ini demi Ratih menyerahkan cintanya padaku, dan aku bisa memiliki pewaris," kata Naga Seta yang amat ambisius.
Namun tatapan matanya berubah menjadi suram, ada perasaan yang tak bisa di akui siapapun.
Di permukaan air desa-desa menangis, di bawah air perintah telah di berikan. Para warga desa sudah kehilangan keluarga mereka anak dan istrinya---bahkan anak gadisnya.
Di kamar yang jauh dari balairung. Ratih mondar mandir dengan rasa khawatir, menunggu Pangeran Naga seta menemuinya.
*
*
*
hais sebel deh klo kyk gini
lanjutkan kk
tp klo ini bgg gmn mau jadi manusia lahi tih ratih
harus yakin dong jagn goyaho
Minta dibantuin sm Ambarwati aja Ratih buat kluar dri alam itu.
Pasti Ambarwati mau mnolongmu, karena dia mencintai Seta.
Tp ko rapat istana ga dilibatkan Ratih nya, dan juga Ratih dibentak ddepan orang banyak.
Gak kbayang sedih dan hancur nya hati Ratih ya, baru juga bermesraan, stelah nya Seta seakan lupa. 😭😭😭
Gimana ya klo Ratih hamil, waduh gawat juga klo gitu.
Para siluman memang sangat perkasa klo soal hubungan suami istri, brbeda sm manusia. 😁
Syukur deh Ratih meminta tolong pada bulan Suti, smoga beliau bisa bantu.
Dan syukur juga Seta percaya perkataan Ratih tanpa mnaruh curiga, dia memang mncintai Ratih tp cara x salah.
Knpa harus melarang Ratih pulang ke dunia x coba, dan bukan kh Ratih dsana juga demi desa x, trus knp lg hrus mminta tumbal sgala. 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Itu namanya gak ada keuntungan x buat Ratih.
Lama2 mereka tidak hnya minta tumbal babi, tp minta tumbal manusia lg.
Karena smakin dturuti, mka semakin mereka serakah.
Ujung ujungnya gak bisa lepas dri mereka klo udh bersekutu begitu, kecuali mati.
Dan yg bnyk rugi manusia x, bukan mereka. 😞😞😔
Klo berfikir secara logika sih, gak ada untung x bersekutu sm iblis, yg ada hidup selalu dlm bayang bayang ketakutan dan tekanan, dan lebih miris x Allah sangat murka dan tobatnya pun tidak diterima lg. 😭
Seharusnya klo jtuh miskin ya hrus berubah, ini malah sebaliknya.
Pasti tuh bkl diteror oleh jelmaan ular itu nanti, kan udah main nyuruh2 para antek x untuk mmbunuh ular itu.
Aq tuh semenjak baca yg horor2 gini, sering mimpi yang aneh2 thor, 😔ke mimpi ke dunia lain gitu, mlihat wujud yang aneh-aneh juga sering, bahkan mimpi diperlihatkan pesugihan pun pernah 😬😩.
Mimpi ketemu gelang emas, pas aku pegang tiba-tiba berubah jd mata uang yang aneh, trus dimata uang itu ada gambar raja yg serem bngt rambut gimbal, dan bersuara aaaaaaa bergema gitu.
Trus tidak lama keluar asap hitam pekat dri mata uang itu, tiba-tiba berubah jd sebuah peta, dimana dipeta itu aku diperlihatkan ke singgasana kerajaan gitu, terus aku melihat ada bnyk mas berlian permata yg berkilauan, serta sesajen di wadah bundar besar.
Dan aku melihat para kunti berbaris rapi , lupa ada brp barisan.
Aku lihat aura mereka juga berbeda beda, bermacam-macam warna, kecuali putih.
Aku sangat takut mlihat begituan, trs aku bca ayat kursi dlm hati kemudian kebangun deh. 😫😫😫😫
Mimpi x udh sangat lama bngt.