Maira salah masuk kamar hotel, setelah dia dijual paman dan bibinya pada pengusaha kaya untuk jadi istri simpanan. Akibatnya, dia malah tidur dengan seorang pria yang merupakan dosen di kampusnya. Jack, Jackson Romero yang ternyata sedang di jebak seorang wanita yang menyukainya.
Merasa ini bukan salahnya, Maira yang memang tidak mungkin kembali ke rumah paman dan bibinya, minta tanggung jawab pada Jackson.
Pernikahan itu terjadi, namun Maira harus tanda tangan kontrak dimana dia hanya bisa menjadi istri rahasia Jack selama satu tahun.
"Oke! tidak masalah? jadi bapak pura-pura saja tidak kenal aku saat kita bertemu ya! awas kalau menegurku lebih dulu!" ujar Maira menyipitkan matanya ke arah Jack.
"Siapa bapakmu? siapa juga yang tertarik untuk menegurmu? disini kamu numpang ya! panggil tuan. Di kampus, baru panggil seperti itu!" balas Jack menatap Maira tajam.
'Duh, galak bener. Tahan Maira, seenggaknya kamu gak perlu jadi istri simpanan bandot tua itu!' batin Maira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Asing
Setelah pekerjaannya selesai, Maira kembali ke apartemen. Dia membuka kunci pintu dengan password yang sudah dikatakan oleh Jack sebelumnya.
Maira melihat ke sekeliling, sangat sepi. Mungkin pria itu sudah tidur. Maira segera pergi ke meja makan. Dia memang harus merapikan semuanya sebelum pagi.
Setelah selesai dengan pekerjaannya. Maira kembali ke kamarnya. Dia sangat lelah, hingga langsung berbaring dan tidur. Bahkan belum sempat melepaskan jaketnya.
**
Pagi menjelang, alarm yang dipasang Maira berbunyi. Dia memang sengaja melakukan itu agar bangunnya tidak kesiangan.
Dia harus menyiapkan sarapan pagi untuk Jack. Dan membersihkan apartemen sebelum dia berangkat ke kampus.
Saat Maira keluar kamar, dia sudah mendengar suara Jack bicara dengan seseorang di telepon.
Saat melihat Maira, Jack menjauh dan pergi ke balkon. Maira pikir, Jack pasti sedang bicara dengan seseorang yang sangat penting dan perbincangan itu tidak boleh diketahui olehnya makanya pria itu pergi menjauh darinya. Itupun tidak masalah. Maira bukan seseorang yang terlalu terbawa perasaan atau segala hal-hal kecil seperti itu. Dia juga sadar diri lah, dia bukan siapa-siapa. Hanya istri yang dinikahi karena kesalahan satu malam yang mereka lakukan.
Maira beranjak ke dapur. Dia membuat sarapan. Setelah selesai, dia ingin ke kamar Jack, untuk mengambil pakaian kotor. Tapi, bukankah untuk masuk kamar seseorang. Harus minta ijin dulu pada orangnya. Makanya dia menghampiri Jack yang bicara dengan seseorang melalui telepon di balkon.
Maira juga tidak ingin terlalu dekat. Dia menunggu dari kejauhan. Memperhatikan suaminya yang juga dosennya itu berdiri dengan pakaian santai, memperlihatkan otot lengannya yang cukup kekar, Maira terdiam sesaat.
Namun Jack menyadari keberadaan Maira, dan matanya yang tertuju padanya. Jack segera mengakhiri telepon itu dan berjalan ke arah Maira.
Maira yang kehilangan fokus untuk sesaat segera menjadi canggung.
"Ada apa?"
"Tuan, sarapan sudah siap. Oh ya, saya harus ambil pakaian kotor tuan. Dan merapikan kamar, bolehkah saya masuk ke kamar tuan?" tanya Maira.
Jack menatap Maira sejenak, menurutnya wanita muda di depannya itu cukup punya sopan santun. Jack mengangguk perlahan.
"Tentu saja, kamu boleh masuk!" kata Jack.
Maira mengangguk dengan cepat.
"Baiklah, kopinya juga siap. Minumlah selagi panas, tuan!" katanya sambil tersenyum lalu segera pergi ke kamar Jack.
Maira harus segera mengerjakan semua pekerjaan di apartemen. Karena dia ada kelas pagi hari ini.
Maira segera masuk ke kamar Jack. Tujuan pertamanya adalah mengambil pakaian kotor lalu sambil mencucinya, dia akan membersihkan kamar Jack itu.
Saat membuka pintu, kesan pertama Maira melihat kamar Jack.
"Apakah pria ini OCD? semua tersusun rapi. Hitam dan putih, membosankan!" gumamnya sambil berjalan ke arah kamar mandi.
Setelah mendapatkan apa yang dia ingin ambil. Maira segera keluar dari kamar Jack, menuju ke ruang cuci.
Setelah mencuci, dia kembali ke kamar Jack membawa penyedot debu. Setelah selesai tentu saja dia harus kembali mengeluarkan penyedot debu itu.
Jack melihat, Maira sudah empat kali bolak-balik dari kamarnya. Terakhir kali, Maira membawa handuk ganti untuk di letakkan di dekat kamar mandi.
"Wah, akhirnya selesai! aku akan mandi dan berangkat kuliah!" gumamnya yang langsung berbalik dan ingin berlari keluar dari kamar itu.
Siapa sangka, Jack yang penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh Maira, malah membuat gadis itu menabraknya. Maira yang memang tadinya mau langsung berlari, kehilangan keseimbangannya dan menarik kaos yang dipakai Jack.
Brukkk
Jack yang tidak dalam keadaan siap pun jatuh bersama Maira. Jack yang berpikir, Maira mungkin akan terluka, kalau dia jatuh di atas gadis bertubuh kecil itu, segera mencengkeram pinggang Maira, mencoba untuk mengubah posisi jatuh mereka.
Maira yang tubuhnya memang kecil sedikit terangkat, dan ketika jatuh...
Cup
Siapa sangka, dua orang itu harus membelalakkan matanya dengan lebar. Karena ternyata saat jatuh, kedua bibir mereka malah menempel.
'Habislah aku!' batin Maira yang merasa sudah melakukan hal yang sangat salah dan pasti akan membuat Jack sangat marah.
Sedangkan Jack, matanya memang melebar. Dia juga terkejut, kenapa bisa pas begitu. Tapi merasakan bibir gadis itu yang manis dan lembut. Jack malah menyesapp sekali lagi bibir bawah Maira.
Mata gadis itu semakin melebar, dia pun segera mendorong dada Jack, menjadikan tangannya tumpuan supaya bisa cepat berdiri.
"Maafkan saya, maafkan saya, tuan. Saya sungguh tidak sengaja!" kata Maira begitu dia bisa berdiri sambil membungkuk beberapa kali.
Jack yang melihat itu segera bangkit, pria itu mengusap wajahnya kasar. Bagaimana bisa dia menikmati ciuman tidak sengaja itu. Tapi arah pandangan Jack, benar-benar tidak bisa berpaling dari bibir merah muda istri kontraknya itu.
Menyadari dia sudah sangat konyol, Jack berbalik. Pria itu mendengus pelan dan meletakkan kedua tangannya di pinggang.
"Tidak apa-apa, keluarlah! lain kali hati-hati. Tidak perlu berlari, ini rumah bukan lapangan!"
Maira melirik sekilas, tapi gadis itu hanya mengangkat pandangannya saja. Tanpa berani untuk mengangkat kepalanya.
'Apa dia marah? dia sebenarnya marah atau tidak sih?' gumam Maira dalam hatinya, 'agkhh, semoga saja dia tidak marah. Aku harus ke kampus sekarang!'
Maira segera keluar dari kamar Jack, menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya dan berangkat ke kampus.
Setelah sampai di kampus, Maira benar-benar terburu-buru menuju kelasnya. Untung saja dia tidak terlambat.
Dan mata kuliah pertamanya adalah mata kuliah yang diajarkan oleh Jack.
"Hei, aku kira kamu akan terlambat lagi?" tanya Jihan yang menepuk kursi untuk Maira.
"Hampir saja, untung tukang ojeknya pintar nyelip-nyelip" jawabnya sambil terkekeh.
Suara langkah tegas pria itu membuat kelas yang tadinya cukup ramai dengan suara mahasiswa yang saling mengobrol dan bicara mendadak menjadi hening.
Jackson memang dikenal sebagai dosen yang dingin dan galak. Dia tidak akan mentolerir pelanggaran apapun saat dia tengah mengajar.
"Selamat pagi!" sapanya.
Bahkan suara sapaannya terasa begitu dingin.
"Selamat pagi pak!"
"Selamat pagi, tu... eh pak!" Maira menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya.
Hampir saja dia menyapa Jack, dengan sebutan tuan.
'Kenapa saat di rumah terasa santai. Tapi kalau di kelas begini. Dia terlihat menakutkan sekali' batin Maira.
"Heh, kenapa tegang sekali. Kamu gak lupa ngerjain tugas kan?" tanya Jihan.
Mata Maira melebar.
"Hah, tugas?" tanya Maira.
"Iya tugas, minggu lalu pak Jack, kasih tugas loh! nih aku sudah selesai!" kata Jihan menunjukkan tugasnya yang sudah selesai pada Maira.
'Habislah aku! aku belum mengerjakan tugas. Bukunya di rumah nenek! bagaimana ini?' batin Maira panik.
"Silahkan kumpulkan tugas yang saya berikan minggu lalu di atas meja ini. Bagi yang tidak mengerjakan, atau lupa membawanya. Silahkan keluar dari kelas saya!" tegas Jack.
"Bukuku di rumah nenek!" gumam Maira di depan Jihan.
"Aku juga tidak usah kumpulkan...!"
"Jangan! tidak usah Jihan. Kamu sudah mengerjakannya dengan susah payah. Tidak masalah, aku akan keluar. Baru satu kali membuat kesalahan, pasti pak Jack tidak akan mencacat di buku hitam!"
"Benar, tidak apa-apa?" Jihan tampak khawatir.
Maira mengangguk. Gadis itu maju, tapi bukan mengumpulkan tugasnya.
"Maaf pak, saya tidak mengerjakan tugas itu. Saya akan keluar!"
"Hem!" sahut Jack bahkan tanpa menoleh.
Maira menghela nafas berat. Meski mereka suami istri, itu hanya status di atas kertas. Apa yang dia harapkan.
***
Bersambung...
lanjut up lagi thor