Naolin Farah Adyawarman, gadis berusia delapan belas tahun yang baru menyelesaikan pendidikan SMA-nya.
Tidak ada yang istimewa dari hidup Naolin, bahkan dia hampir tidak pernah melihat dunia luar.
Karena Naolin adalah anak yang harus disembunyikan, dari khalayak luas. Sebab Naolin adalah anak har*m, sang Papi kandung dengan entah siapa Mami kandungnya.
Hal itu terjadi karena Naolin, diberikan secara sukarela oleh Mami kandungnya yang merupakam gund*k, dari Papinya.
Menurut cerita keluarga Papi, Mami kandungnya Naolin ingin hidup bebas dan belum siap memiliki anak.
Tapi entahlah itu benar atau tidak. Yang jelas, keputusan Maminya itu justru menjerumuskan Naolin ke lembah kesengsaraan!
Karena Naolin akhirnya hidup dengan Mama dan Kakak tiri yang jah*t. Sementara Papi kandungnya selalu berusaha untuk tutup mata, karena katanya merasa bersalah sempat menduakan sang istri sah.
Tapi saat Naolin telah menyelesaikan SMA-nya secara homeschooling, dia dibebaskan dari rumah yang iba
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss D.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Tapi sedang terjadi keributan di sana, antara Ibu Vira dan keluarganya Pak Anton.
Aku tahu wajah mereka, karena sudah melihat di sosial media mereka masing-masing. Kan Pak Anton selalu memposting foto dan video keluarga bahagianya bersama Ibu Vira, serta kedua putri kembar mereka.
Lalu ada juga beberapa foto dan video, Pak Anton dengan keluarga besarnya.
"Kak Vira nggak malu, mau mengambil usaha milik Bang Anton! Jelas-jelas Kak Vira tahu kan, kalau Bang Anton sudah menikah lagi!" oceh Ibu Anggi, Adik perempuannya Pak Anton.
"Kenapa saya harus malu Anggi, kan usaha bengkel dan car wash dibuat setelah saya dan Bang Anton menikah."
"Lagipula modal awalnya, dari menjual emas kawin kami. Apa kamu tidak tahu, kalau pernikahan siri tidak akan bisa meminta harta apapun?"
"Dan Ibu Kayla sudah meninggal juga, bersama Bang Anton. Jadi salahnya dimana Anggi?" tanya Ibu Vira, yang terlihat sangat tenang.
Tampak Ibu Anggi kehilangan kata-kata, tapi keluarganya yang lain tetap tidak mau kalah.
Kasihan sekali, sepertinya mereka tidak punya usaha atau pekerjaan lainnya? Sampai mau mengambil harta, yang bukan menjadi hak mereka!
"Sebenarnya hal inilah yang membuat Ibu meminta Anton, untuk menikah lagi dengan Kayla! Karena kamu itu sombong Vira, selalu merasa pintar!"
"Berbeda dengan Kayla, yang selalu manut sama Anton dan kami! Kayla juga tidak banyak menuntut, dan tidak bekerja seperti kamu!"
"Anton itu pusing, harus membayar art dan pengasuh untuk Cynthia dan Clarisa! Belum lagi kamu selalu memasukan anak-anakmu ke tempat bimbel yang mahal!"
"Kamu itu tidak bisa mengatur keuangan, sungguh berbeda dengan saya! Lihat anak-anak saya tetap tumbuh sampai dewasa, dan berkeluarga juga dengan pasangan yang baik!"
"Hanya kamu saja menantu yang gagal! Apa karena kamu merasa yang paling berpendidikan, iya Vira! Kamu terlalu melihat ke atas, sampai lupa caranya menapakkan kaki ke bumi!"
Aku langsung bertepuk tangan, karena Ibu mertuanya Ibu Vira benar-benar menampilkan ketol*lannya, tanpa ada rasa malu sedikitpun!
"Terserah Ibu mau menganggap saya apa! Karena asal Ibu tahu, hak semua usaha dan harta Bang Anton akan tetap jatuh ke tangan saya serta anak-anak!"
"Makanya ajari anak-anak Ibu yang lain untuk bekerja, agar tidak bergantung hidup pada Bang Anton! Karena bergantung pada orang, maka orang tersebut bisa meninggal! Sama seperti yang terjadi sekarang kan?"
"Ibu dan yang lain silahkan pergi, serta jangan berharap bisa mengambil uang dari usaha bengkel dan car wash! Karena kalau sampai nekat, maka akan saya penjarakan! Paham kalian!" ucap Ibu Vira tegas.
Akhirnya pertunjukan berakhir, dan aku segera pergi. Karena mereka semua sudah bubar, dengan hasil yang sangat memuaskan!
Aku juga sudah mendapatkan rekaman yang jelas, dari semua pertengkaran tadi!
Jadi langsung aku kirimkan ke Ibu Vira, karena siapa tahu beliau membutuhkannya.
"Assalamu'alaikum, Ibu Vira. Tadi saya sudah melihat peristiwa kurang menyenangkan, yang terjadi di depan tempat usaha suami Ibu."
"Sudah saya rekam, dan ini hasilnya ya. Siapa tahu bisa membantu Ibu, untuk mendapatkan hak anda dan kedua putri kembar Ibu."
Aku tersenyum, setelah video dan chatnya sudah terkirim. Setelah itu, aku pergi ke tempat terjadinya kecelakaan.
Karena siapa tahu, bisa mendapatkan petunjuk juga di sana. Paling tidak, bisa bertanya pada para saksi mata.
Sesampainya di lokasi kejadian, tampak masih ada bekas kecelakaan. Seperti tiang pembatas jalan yang jebol, dan beberapa hal lainnya.
Tapi aneh sekali, karena aku tidak melihat adanya bekas ban kalau kita sedang mencoba mengerem. Karena yang namanya kecelakaan, pasti kita akan mencoba mencegahnya dengan menginjak rem dalam-dalam.
Hal itu akan meninggalkan jejak ban mobil yang akan sangat terlihat di aspal, apalagi peristiwa kecelakaan baru terjadi dua hari yang lalu.
Jadi seharusnya, jejak ban mobil itu masih ada di aspal jalanan ini. Tapi jalanan ini tampak sangat bersih.
Akhirnya aku turun dari mobil, setelah memakai topi dan masker. Lalu aku menelusuri jalan, yang dilewati oleh mobil Pak Anton sebelum masuk ke dalam jurang.
Benar-benar tidak ada bekas ban mobil, seperti yang aku jelaskan tadi. Sepertinya benar kata Ibu Vira, baik Pak Anton maupun Ibu Kayla sudah dalam kondisi meninggal atau tidak sadarkan diri sebelum kecelakaan terjadi.
"Cari apa Mbak?" tanya seorang Bapak-bapak, yang membawa gerobak pengangkut sampah.
"Ohhh, nggak Pak. Saya cuma mau lihat lokasi kecelakaan Pak Anton dan Ibu Kayla. Karena saya mengenal mereka berdua," jawabku.
"Yang kecelakaan dua hari lalu itu ya Mbak? Saya ada di sini, waktu peristiwa kecelakaan itu terjadi. Tapi sepertinya orang di dalam mobil, dalam kondisi tidak sadar Mbak."
"Karena saya lihat sendiri, mobil itu meluncur turun dari tanjakan sana. Lalu lanjut saja masuk sampai ke jurang. Sudah diteriaki orang-orang sekitar sini kalau ada jurang, tapi masih tidak ada ngeremnya."
"Sampai akhirnya masuk ke jurang, dan kami hanya bisa menunggu pihak kepolisian serta regu penyelamat datang untuk menolong mereka. Jurangnya dalam Mbak, jadi tidak ada yang berani membantu."
Aku langsung menganggukkan kepala, karena memang sudah sesuai dengan dugaanku.
"Saat evakuasi korban, ada terlihat orang mencurigakan nggak Pak?" tanyaku.
"Ada, katanya mereka keluarga korban. Beberapa orang Bapak-bapak dan Ibu-ibu, tapi yang mereka tanyakan ke regu penyelamat hanya keberadaan barang-barang berharga milik korban saja."
"Kan aneh ya Mbak, kalau keluarga korban harusnya tanya apakah ada yang selamat? Jadi seperti sudah yakin, kalau seluruh korban memang telah meninggal dunia," jawab Bapak itu.
"Apakah ini orang-orangnya?" tanyaku, sambil memperlihatkan foto keluarga di akun sosial media Pak Anton.
"Iya benar, itu orang-orangnya. Mereka sampai diusir oleh Bapak-bapak polisi, karena dianggap mengganggu proses evakuasi."
"Tapi orang-orang itu berani sekali lho, karena malah marah sama Bapak polisi. Menuduh Pak polisi mau ambil barang-barang berharga milik korban juga."
"Aduuuh, pokoknya sangat mengganggu sekali Mbak. Sampai diancam mau dibawa masuk ke dalam mobil polisi, katanya akan diproses. Tapi akhirnya mereka ketakutan, dan meminta maaf."
Woowww, ajaib sekali keluarga Pak Anton itu. Pantas Ibu Vira tegas pada mereka. Karena aroma benalunya amat sangat kuat!
"Tidak ada orang yang mencurigakan lainnya Pak?" tanyaku lagi.
"Kalau di hari itu tidak ada Mbak, tapi dua hari sebelumnya ada. Dari perawakannya terlihat seperti pria dewasa, memakai topi dan masker juga seperti Mbak."
"Tapi pria itu terlihat mondar-mandir di dekat pagar pembatas, yang ditabrak oleh mobil korban kemarin. Dia juga bertanya sama saya, berapa kira-kira kedalaman jurang ini."
"Ya saya orang nggak sekolah, mana tahu berapa dalamnya jurang ini. Jadi cuma saya jawab sangat dalam, dan kalau sampai ada mobil dari arah turunan itu masuk ke jurang, bisa langsung meninggal semua orang di dalam mobilnya."
Aku langsung mengernyitkan kening bingung, karena siapa ya orang mencurigakan itu?