Kisah seorang anak perempuan terakhir yang hidupnya selalu di tentukan oleh orang tuanya,dan tidak di beri kesempatan untuk memilih untuk hidupnya.
hingga akhirnya ia pergi dari rumah, dan bertemu dengan seseorang yang mampu untuk ia jadikan rumah dan tempat bersandar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RUSB 9
Seminggu telah berlalu, kini Nina sudah resmi menjadi bagian kepala marketing, ia pun kini tinggal di rumah Haris, namun sejak kemarin ia menginap di kos Della, karena ibu dan bapak Nina sedang di Jakarta karena akan berangkat haji.
Kini Nina dan juga Della sedang keluar, mereka ingin ke Cafe yang sudah sejak lama mereka rencanakan, tentu saja dengan silmi, Nina memang membawa mobil milik kakak iparnya, untuk lebih mudah ke kantor, Nina pun sekarang ke kantor menggunakan mobil milik Anin, karena permintaan Anin, ia tidak tega jika adik iparnya berdesak- desakan dengan orang lain.
" Gue, enggak nyangka Na, loe bisa bawa mobil lancar lagi" gumam Della kala perjalanan menuju rumah Silmi.
" Dulu aku sering kulakan mb, kalau ngepas yang habis banyak enakan bawa mobil, bisa langsung banyak, jadi aku di ajarin sama kakak ku" jawab Della.
" Pak Haris?" tanya Della.
" bukanlah mb, Bang Haris tuh udah lama tinggal di jakarta,kalau pulang dia biasanya suka mancing, sampai kadang enggak pulang, aku di ajari kakakku yang kedua mbk" jawab Nina.
" Pak Wira ya?" tanya Della.
" Mb Della kenal Kak Wira?" tanya Nina.
" Kenal lah, siapa sih anak gunung yang enggak kenal dengan influencer yang sudah menamatkan banyak gunung" jawab Della yang memang suka naik gunung.
" Wahh mb della juga suka naik ya? " tanya Nina.
" Iya, kalau ada long weekend sering,tapi yang deket dan pendek, aku belum sesuhu kakakmu, tapi aku juga baru tau kalau dia adik Pak Haris, waktu main ke toko tau, pas Nyari perabotan untuk kado istrinya " ujar Della yang memang ngefans dengan Wira.
" Kak Malihah memang suka perabota terbaru, dia juga suka menghias, rumahnya aja adem banget kelihatannya" ujar Nina.
Nina dan Della kemudian bercerita banyak hal, dan merencanakan untuk naik gunung bersama,hingga mereka tiba di depan gang rumah silmi, Silmi sudah menunggu mereka sedari tadi.
" Lama banget " gerutu Silmi kala memasuki mobil.
" Yaa maaf mb, macet soalnya kan malam minggu" jawab Nina.
Nina akhirnya melajukan mobil ke Cafe yang mereka tuju, saat di tengah perjalanan ponsel Nina berbunyi, menampilkan panggilan video call dari Kak Malihah Baik2 itu nama yang tertera.
" Na ada vidcall tuh" ujar Della yang memang ponsel Nina ada di sebelahnya.
Saat di lampu merah Nina mengakat video call tersebut,menampilkan keponakannya yang paling besar yaitu Kenzie.
" Nana lama banget sih ngangkat telfonnya" gerutu Kenzie.
"Nana di jalan ken, kenapa?" tanya Nina.
" Aku laper Na, semua orang pada pergi ke bandara nganter kakung sama uti" adu kenzie yang masih cadel itu.
" Mb boleh minta tolong penggain gak mb?" ujar Nina kala melihat lampu berubah warna hijau.
" boleh" Della kemudian mengambil ponsel Nina dan mengarahkannya ke arah Nina.
" Nana jemput,aku lapel" pinta Kenzie pada sang tante.
" kenapa kamu enggak ikut juga tadi?" tanya Nina.
" aku tadi magel, kilain bental ternyata lama banget" jawab kenzie.
" Udah Na ajak aja sekalian, kasian " ujar Della.
" Iya Na" sahut Silmi.
" Ya udah adek, siap- siap Nana udah deket rumah pakdhe, pamit dulu sama bi jumi, sama pak pardi" pinta Nina.
" okey, Nana jangan lama yaa" peringat Kenzie.
" Iya bawel cepet " jawab Nina.
Kemudian Kenzie mematikan panggilan, sedangkan Nina yang memang melewati komplek perumahan kakaknya ia membelokan setir.
" Na ini beneran komplek perumahannya Na?" tanya Della, kala setelah melapor pada satpam.
Walau baru tinggal seminggu di situ satpam sudah hafal dengan Nina.
" Iya mbak" jawab Nina.
" Wah kalau gue jadi loe sih dulu,gue langsung mau tinggal di sini Na, enggak perlu ngekos di tempat kita" .
" Yahh itu mah elu buka Nina" sahut Silmi.
Nina kemudian menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah Haris, di depan berwarna coklat di dalamnya terdapat rumah mewah bergaya american clasic,pintu gerbang terbuka menampilkan Pak Pardi.
Nina membuka kaca mobilnya " Mb Nina, bentar mbak saya bukan dulu gerbangya" ujar Pak Pardi.
"Ehh enggak usah Pak, saya cuma mau jemput kenzie doang, kita mau makan di luar" sahut Nina.
" Oh sebentar mb saya,panggil kan Den Kenzienya " ujar Pak Pardi.
" Enggak usah Pak, paling bentar lagi keluar" sahut Nina.
Dan benar saja Kenzie keluar bersama dengan Bi jumi, anak laki- laki berusaha menginjak enam tahun itu memang begitu dekat dengan Nina, walau mereka sering sekali bertengkar jika bertemu.
" Nana lama banget sih, aku udah laper ini" omel Kenzie kala membuka pintu belakang mobil karena di depan sudah ada Della.
" Bi makasih ya... nanti kalau udah pada pulang minta tolong bilangin kenzie pergi sama saya" ujar Nina.
" Iya Mb Nina, tadi mau bibi masakin den kenzienya enggak mau" ujar Bi Jumi.
" Iya bi gapapa,emang banyak maunya dia,.kalau gitu kita pergi dulu yaa bi" pamit Nina kemudian mencium tangan bi jumi, entah itu kebiasaan yang di ajarkan oleh sang kakak.
Nina kemudian melajukan mobilnya, di dalam mobil mereka mengobrol dan ada sedikit bertengkaran antara Nina dan Kenzie.
Selang tiga puluh menit mereka sampai di tempat yang di tuju,mereka menuju tempat makan sunda yang tempat makanan di gazebo yang sedang vital juga.
Tampak begitu ramai banyak keluarga yang sedang menghabiskan malam mingggunya, memang cowoknya untuk makan keluarga.
Nina dan yang lainnya mulai memesan, sambil menunggu pesanan mereka mengobrol terutama Della yang ngefans dengan Kenzie.
Walau usai kenzie masih anak- anak ia sudah menaiki tiga gunung, karena sang Ayah yang tak lain kakak kedua Nina adalah pencinta alam, makanya sejak kecil kenzie di ajak naik atau di kenalkan dengan Gunung, walau masih yang pendek.
Tak lama ada satu gerombolan keluarga yang tak asing bagi Nina, Silmi dan juga Della, yaitu keluarga besar Kastara dan juga keluarga Nina lebih tepatnya kakak- kakak Nina.
"Na itu bukannya keluarga Kastara sama kakak loe ya?" tanya Della memastikan.
" Iya mbak, kok mereka ada di sini ya?" Tanya Nina balik.
" Yah mana gue tau Na, ajak gabung aja Na, sapa tau kita bisa makan gratis" sahut Della.
" Aduh jangan gak sig mbak, ada Tuan Kastara malah kita enggak bisa menikmati, takut juga kalau salah ngomong " sahut Nina.
" Iya bener tuh kata Nina, apalagi kalau Pak Raynar itu gabung, aduh hawa- hawa serem nya kerasa" timpa Silmi.
" Iya juga ya, okey deh ehh tapi nyapa gak ya? atau pura- pura enggak liat?" tanya Della.
" pura- pura enggak liat aja mbak" sahut Nina.
Namun karena kenzie yang memang tak bisa di ajak kerja sama,ia malah menyapa sang Ayah saat lewat di depan gazebo yang di tepati mereka.
" Ayah mamah" sapa Kenzie.
Nina, Della dan juga Silmi malah menutup muka mereka dengan buku menu.
" Na kayaknya ponakakan mu, enggak bisa di ajak kerja sama dech" bisik Della yang berada do samping Nina.
" emang tuh anak " gumam Nina.
" Sama Nina, lagian Ayah sama Mamah lama, aku tadi minta jemput Nina" jawab Kenzie menunjuk Nina.
Nina dan juga temannya kemudian menurunkan buku menu yang menutupi wajah mereka, setelah Nina menyalami Kakak- katanya dan juga keluarga Kastara yang lebih tua, Della dan Silmi hanya ikut- ikutan.
" Kalian udah lama? " tanya Ayah Danu.
" tidak Pak, kami baru datang" jawab Della.
Ellena tampak menrengek ke arah Nina, sewaktu bayi ia sering di titipkan ke Nina jika Mama dan Ayahnya sedang ada acara, dan juga sering video call, namun Ellana dapat mengenali Tante tersayangnya itu.
Nina dengan cepat mengambil alih Ellena dari gendongan Kakak iparnya tersebut, untung saja Chessy sedang tertidur, jika tidak ia juga akan merengek meminta gendong Nina.
" Na...Na...." oceh Ellena.
" Aduh lucu banget Na" bisik Della.
" Dek kakak titip Ellena ya.. ada yang harus kita bicarakan, takut Ell ganggu, kita cuman di samping kok" ujar Kak Malihah.
" Aman kak" sahut Nina.
" Bun aku gabung sama mereka boleh gak? aku gabung sama kalian bolehkn? " tanya Zeyya.
" Ahh boleh Mb Zeyya" jawab Silmi.
" Ya sudah,kita duduk dulu ya" ujar Bunda Arista.
" Iya bu" jawab Silmi,Nina dan juga Della bersamaan.
Kakek Kastara, Ayah Danu, Bunda Arista, Raynar, Haris,Anin, Wira dan juga Malihah duduk di gazebo di samping gazebo Nina dan yang lain.
Nina, Zeyya , Silmi dan Juga Della bermain bersama dengan si kecil Ellena yang tak mau lepas dari Nina.
" Auhh Kayaknya dia rindu berat sama loe Na" ujar Silmi.
" Hehehehe Iyaa mbak" sahut Nina.
Raynar yang pandangannya tak lepas dari seorang gadis ,dengan hijab maron dengan cardigan maroonnya itu tersenyum melihat interaksi gadis itu dengan anak kecil yang di gendongnya siapa lagi kalau bukan Nina dan juga Ellena.
" perjuangakan bang Bunda dukung kamu seratus persen "