NovelToon NovelToon
Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Wilona Gadis Desa Yang Jenius

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Call Me Nunna_Re

Wilona Anastasia adalah seorang gadis yang dibesarkan di desa. namun Wilona memiliki otak yang sangat jenius. ia memenangkan beberapa olimpiade dan mendapatkan medali emas sedari SMP. dia berniat untuk menjadi seorang dokter yang sukses agar bisa memberikan pengobatan secara gratis di desa tempat ia tinggal. Lastri adalah orang tua Wilona lebih tepatnya adalah orang tua angkat karena Lastri mengadopsi Wilona setelah Putri satu-satunya meninggal karena sakit. namun suatu hari ada satu keluarga yang mengatakan jika mereka sudah dari kecil kehilangan keponakan mereka, yang mana kakak Wijaya tinggal cukup lama di desa itu hingga meninggal. dan ternyata yang mereka cari adalah Wilona..
Wilona pun dibawa ke kota namun ternyata Wilona hanya dimanfaatkan agar keluarga tersebut dapat menguasai harta peninggalan sang kakek Wilona yang diwariskan hanya kepada Wilona...
mampukah Wilona menemukan kebahagiaan dan mampukah ia mempertahankan kekayaan sang kakek dari keluarga kandungnya sendiri...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Call Me Nunna_Re, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Undangan Felix

Felix Dirgantara, pria paruh baya dengan aura berwibawa, berdiri di balkon rumah megahnya. Ia memandang langit senja, memegang foto lama dirinya bersama sahabat lamanya, Alm. Kusuma, dan seorang wanita cantik yang kini telah tiada — Lestari, ibu Wilona.

Ia menghembuskan napas berat.

“Aku berjanji, sahabatku. Aku akan jaga darah keturunanmu seperti milikku sendiri.”

Felix kemudian menatap ke arah halaman luas tempat para staf menata meja panjang untuk makan malam istimewa malam ini. Ia mengundang keluarga Kusuma untuk memperkenalkan cucu sahabatnya, Wilona — gadis yang akan dijodohkan dengan cucunya, Galen Dirgantara, pewaris tunggal keluarganya.

Malam ini, dua darah keturunan besar akan bertemu — satu lahir dari kemurnian, satu dari keserakahan.

Sementara itu di rumah keluarga Kusuma, suasana justru dipenuhi aroma intrik.

Wijaya Kusuma sedang merapikan dasinya di depan cermin. Istrinya, Shinta, sibuk memilih perhiasan mahal untuk dikenakan Tania.

“Kita harus pastikan Tuan Felix tahu siapa yang paling pantas jadi menantunya,” kata Shinta sambil tersenyum licik.

“Dan itu jelas bukan Wilona.”

Wilona, gadis yang mereka pikir polos yang dibesarkan di desa oleh orang lain, hanya diam di sudut kamar. Ia mengenakan gaun sederhana berwarna biru muda — bukan buatan butik, melainkan yang dibeli oleh cinta di toko biasa.

Tania meliriknya dengan tatapan merendahkan.

“Kamu yakin mau pakai baju itu, Wil? Itu bukan pesta desa, ini kita mau ke rumah keluarga Dirgantara, lho.”

Wilona hanya tersenyum kecil.

“Mama lo bilang sopan itu cukup. Gue nggak perlu mewah.” ucap Wilona padahal dalam hatinya ia berkata,"emangnya Lo pikir gue nggak tahu rencana licik kedua orang tua loh aku mah pasti mereka berniat untuk menjatuhkan gue di depan kakek Felix. Tapi bagus juga sih ide kalian jadinya gue bisa tahu gimana karakter sebenarnya dari kakek Felix sahabat kakek gue."

"dih sok-sokan Lo pakai lo gue, tetap aja lo kedengarannya udik."cibir Tania.

"gue cuma berusaha untuk menyesuaikan diri." ucap Wilona santai.

Shinta menyeringai, berbisik pada Wijaya,

“Lihat mas? Nanti Tuan Felix pasti menyesal menjodohkan cucunya dengan gadis kampung, seperti keponakan kamu itu.”

Mereka sudah menyusun strategi: menjatuhkan Wilona dengan cara halus, sekaligus memuji-muji Tania di hadapan Felix agar ia berubah pikiran.

...****************...

Sore menjelang malam. Mobil keluarga Kusuma berhenti di depan rumah megah keluarga Dirgantara. Pilar-pilar tinggi dan taman penuh lampu menggambarkan kemewahan kelas atas.

Wilona terpesona, matanya membulat kecil. Ia belum pernah melihat rumah sebesar ini.

“Rumahnya seperti istana…” gumamnya lirih.

Tania mendengus pelan.

“ Ya Iya lah, semoga lo nggak salah langkah di dalam, dan nggak bikin malu keluargaku Kusuma.”

Begitu mereka masuk, pelayan berbaris rapi menyambut kedatangan keluarga Kusuma. Di ujung tangga, Felix Dirgantara berdiri bersama cucunya Galen — pria muda berparas tegas, mengenakan setelan kemeja dan jeans berwarna hitam yang membuat kadar ketampanan Galen berkali-kali lipat.

Felix menyambut mereka ramah, namun ketika pandangannya jatuh pada Wilona, tubuhnya seolah membeku.

Senyum lembut gadis itu… cara ia menundukkan kepala saat memberi salam… semuanya mengingatkannya pada Lestari Kusuma, wanita yang dulu ia cintai diam-diam namun tak pernah bisa ia miliki.

“Astaga… wajahnya,” bisik Felix pelan, suaranya nyaris tak terdengar.

“Benar-benar seperti Lestari.”

Wilona menunduk sopan.

“ Saya Wilona kek, Terima kasih sudah mengundang saya, kakek Felix.”

Felix hanya bisa tersenyum hangat, menyembunyikan debar di dadanya.

“Kamu mirip sekali dengan ibumu. Cantik dan berwibawa.”

"Cih!! Tuankusuma ini buta atau emang matanya udah katarak kali ya karena faktor umur masa gadis udik dan kampungan seperti itu dibilang cantik."batin Shinta.

"selamat malam tuanku semua, saya senang sekali bisa datang ke kediaman Anda yang sangat megah ini. Sebuah kehormatan bagi saya dan perkenalkan Tuhan ini adalah putri kami satu-satunya yaitu Tania Kusuma."ucap Shinta memperkenalkan Tania namun Felix hanya menganggukkan kepalanya saja kemudian membawa Wilona untuk masuk ke dalam.

Tania yang merasa diacuhkan pun mengepalkan tangannya dengan kuat dan merasa tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Felix.

"Awas aja lo Wilona, gue akan buat lo malu."monolog Tania sembari mengukur di sang Mama masuk ke dalam.

Di meja makan panjang berlapis kain putih, suasana terlihat megah namun canggung.

Felix duduk di ujung, di sebelahnya Galen yang tampak dingin dan formal. Di sisi lain, keluarga Kusuma berusaha tampil sempurna.

Felix membuka percakapan:

“Senang sekali akhirnya bisa berkumpul. Saya ingin mengenal lebih dekat keluarga sahabat saya… terutama Wilona.”

Senyum Shinta tampak menegang. Ia segera menyela:

“Ah, tentu Tuan Felix. Tapi jangan salah, anak kami Tania juga luar biasa. dan Iya tumbuh dalam lingkungan dan aturan-aturan yang ada dalam keluarga Kusuma. Apalagi Tania ini orangnya pintar loh, dia juga juara kelas dan memenangkan beberapa lomba."ucap Shinta jumawa.

Tania tersenyum lembut, berusaha menampilkan kesan elegan.

“Saya hanya ingin menjadi pribadi yang bermanfaat, Kakek.”

Felix mengangguk sopan, namun pandangannya justru tetap jatuh pada Wilona yang diam menatap piring.

“Bagaimana denganmu, Wilona? Kamu suka tinggal di kota?”

Wilona menjawab jujur, suaranya lembut:

“ Sejujur nya, saya lebih suka di desa, kek. Tenang… dan semua orang saling mengenal. Tapi saya ingin belajar hal baru di sini.”

Shinta terkekeh kecil.

“Ya… di kampung tentu saja tenang, tidak seperti di kota besar. Tapi mudah-mudahan Wilona bisa cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan kelas atas.” ucap Shinta seperti menyindir Wilona secara terang-terangan.

Senyum sinis itu menusuk hati Wilona, tapi ia tetap tenang. Felix menatap Shinta tajam.

“Saya rasa yang perlu disesuaikan itu bukan kelasnya, tapi hatinya.”

Keheningan menyelimuti meja. Tania menelan ludah, sementara Galen yang sejak tadi diam hanya melirik Wilona sekilas — ada rasa penasaran di matanya.

Setelah hidangan utama disajikan, Shinta melanjutkan taktiknya.

“Wilona, kamu tahu kan caranya pakai sendok salad?” katanya setengah mengejek.

Wilona menatap piringnya, sedikit bingung, tapi mencoba tersenyum.

Felix memperhatikan, lalu dengan tenang mengambil sendok dan mencontohkannya sambil tersenyum lembut ke arah Wilona.

“Begini caranya. Tapi kamu tidak perlu malu, Nak. Semua orang punya pertama kali.”

Tania melirik sinis.

“Oh, saya pikir semua perempuan harus tahu tata krama meja makan, apalagi calon menantu keluarga besar.”

Felix menatap Tania datar.

“Kamu benar, Tania. Tapi calon menantu keluarga besar juga sebaiknya punya hati yang besar, bukan hanya etika meja makan.”

Kata-kata itu membuat Tania bungkam. Shinta menunduk, menahan kekesalan. Wijaya meneguk air dengan canggung.

Wilona hanya bisa menatap Felix dengan mata berkaca-kaca — bukan karena malu, tapi karena merasa dihargai.

Usai makan malam, Felix mempersilakan semua tamunya menuju ruang tengah. Di sana, berdiri sebuah piano tua yang dulu sering dimainkan oleh Lestari.

“Dulu ibumu suka memainkan lagu ‘Moonlight Sonata’ di piano itu,” kata Felix pada Wilona.

Wilona tersenyum kecil, berjalan mendekat, lalu duduk di bangku piano. Jari-jarinya yang lembut mulai menekan tuts-tuts itu.

Nada-nada lembut memenuhi ruangan, menciptakan suasana hangat yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Felix menutup mata. Dalam benaknya, suara itu membawanya kembali ke masa lalu — saat Lestari memainkan lagu yang sama sambil tersenyum ke arahnya. Air mata menetes di pipinya tanpa ia sadari.

Galen menatap Wilona lama. Ada sesuatu yang berbeda dari gadis itu — sesuatu yang tidak dimiliki gadis mana pun yang pernah ia kenal.

Ketika lagu berakhir, semua terdiam. Hanya bunyi napas dan degup jantung yang terdengar.

Felix bertepuk pelan.

"kakek tidak menyangka ternyata kamu juga sangat pandai bermain piano."

"saya juga nggak tahu kek, entah kenapa jari-jari saya bergerak dengan refleks. Seperti saya sudah sering memainkannya" ucap Wilona jujur.

“Lestari pasti bangga melihatmu sekarang.”

Sementara itu Tania semakin tidak suka ketika Wilona lebih unggul daripada dirinya,

Ma, dari mana sih gadis kampung itu belajar piano emangnya di kampung ada piano ya?." bisik Tania.

"Mama juga nggak tahu sayang, ternyata banyak hal yang disembunyikan dari gadis kampung itu." balas Sinta.

Wijaya pun mendekati Felix,

"Tuan Felix bisakah kita berbicara sebentar?."

"Tentu saja Tuan Wijaya."

Dan mereka pun duduk di ruang tamu di mana Sinta dan Wijaya duduk bersebelahan dan di samping Sinta ada Tania. Sementara Wilona duduk terpisah di bangku yang lainnya. Felix dan Galen duduk bersebelahan.

"Ada apa Wijaya, sepertinya ada hal yang sangat penting yang ingin kamu katakan kepada saya."

"Begini tuan," ucap Sinta mendahului untuk menjawab Felix.

"Saya mau anda mempertimbangkan kembali soal perjodohan antara Wilona dengan cucu Anda yaitu Galen. Karena walau bagaimanapun Wilona besar di kampung yang pastinya dia tidak memiliki tata krama dan didikkan dari keluarga Kusuma. Makanya sikapnya terkesan barbar bahkan ia tidak tegang-tegang untuk menciderai seorang teman sekolahnya hingga masuk rumah sakit."

"Apa maksud kamu?" tanya Felix berpura-pura tidak mengerti padahal sebenarnya Felix sudah tahu semua kejadian itu dari Galen.

"Saya merasa jika yang lebih pantas menjadi menantu dari keluarga Dirgantara adalah putri saya Tania, karena Tania dibesarkan dengan didikan dari keluarga Kusuma. Tania ini patuh dan sopan, Iaa juga bisa mengimbangi Galen dan tentu saja tidak akan membuat malu keluarga Dirgantara."

Tania tersipu malu.

"Mama, Mama ngomong apa sih." ucapnya berpura-pura padahal di dalam hati ia merasa sangat senang.

"Nyonya Sinta, bukankah sudah jelas tertulis di surat wasiat almarhum kakek Kusuma bahwa, yang akan menjadi istri saya adalah Wilona Kusuma. Kenapa Anda tiba-tiba berniat untuk mengubahnya, apakah anda pikir persahabatan antara kakek saya dengan Tuan Kusuma hanyalah sebuah permainan." tekan Galen yang membuat Sinta terkesiap.

"Bukan, bukan itu maksud istri saya Galen. Istri saya hanya tidak ingin jika keluarga ternama seperti Dirgantara memiliki menantu yang bisa membuat mereka malu."

"Saya tidak malu, memangnya kenapa dengan Wilona?,"

"Sepertinya kamu dan juga istri kamu sangat menginginkan anak kamu menjadi cucu menantu saya, tapi saya tegaskan kepada kamu Wijaya, bahwa yang akan menjadi menantu saya hanyalah Wilona Kusuma, baik dan buruknya akan saya terima. Kalau kamu berpikir Wilona tidak pantas karena ia berasal dari kampung, maka kamu boleh menitipkan dia di sini selama 3 bulan dan saya akan membuatnya menjadi gadis yang elegan yang pantas untuk keluarga Dirgantara." ucap Felix tegas dengan sorot mata tajam yang membuat Wijaya terdiam tak berkutik.

Sebelum keluarga Kusuma pamit, Felix memanggil Wilona.

“Mulai malam ini, anggap rumah ini rumahmu juga. Saya ingin kamu lebih sering berkunjung… Galen juga perlu mengenalmu lebih dekat, dan soal omongan kaki jika kamu di sini selama 3 bulan, kakek serius nak. Kalau kamu setuju silahkan datang ke sini kapan saja.”

Galen sedikit terkejut, tapi tak berkata apa-apa. Shinta menegang, Tania memelotot ke arah Wilona.

Wilona hanya menunduk sopan, menahan debar di dadanya.

“Terima kasih,Kakek,” katanya pelan.

“Saya tidak akan mengecewakan Alm. Ibu saya dan juga Alm. Kakek.”

"Kamu memang gadis yang baik, walaupun kamu berasal dari kampung tapi kamu memiliki sopan santun yang tidak dimiliki oleh orang kota."ucap Felix sembari melirik ke arah Tania dan juga cinta.

Felix tersenyum, senyum hangat yang membuat suasana berubah menjadi haru.

Namun di balik senyum itu, Shinta dan Tania sudah menanam dendam baru.

“Malam itu, di bawah cahaya kristal, dua hati mulai ditautkan oleh takdir, sementara hati-hati lain diracuni oleh iri.”

Setelah kepergian keluarga Kusuma Felix dan Galen pun duduk di kursi teras.

"Sepertinya Wilona dalam bahaya, kamu harus selalu melindunginya. Kakek merasa Wijaya dan keluarganya sepertinya hanya menginginkan sesuatu dari Wilona. Dan pasti akan cari tahu itu."

"Dia tidak sepolos yang kakek lihat?."

"Memangnya tadi ada bilang sama kamu kalau dia terlihat polos?, kamu pikir kakek tidak bisa menilainya hanya dari tatapan matanya saja. Kakek yakin dia memiliki kepintaran dari lestari dan juga insting yang kuat dari Kusuma."ucap Felix dengan sangat yakin.

1
Evi Lusiana
jd tania itu wilona y thor?
Yurin y Meme
Membuat saya terharu
Call Me Nunna_Re: makasi kk sudh mampielr🙏 semoga suka
total 1 replies
Call Me Nunna_Re
makasi kk sudh mampir🙏
Tachibana Daisuke
Asiknya baca cerita ini bisa buat aku lupa waktu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!