Cinta sejati seharusnya hanya terjadi sekali dalam hidup. Tapi bagi Alia, cinta itu datang berkali-kali, di dunia yang berbeda, dengan waktu dan takdir yang terus berganti.
Sejak kematian suaminya, Arya, hidup Alia telah kehilangan warna. Hingga suatu malam, alam semesta seolah mendengar jerit hatinya, Alia pun bertransmigrasi ke dunia paralel di mana Arya masih hidup.
Yang ajaib, Alia tidak hanya bertransmigrasi ke satu dunia paralel, melainkan dia terus berpindah-pindah ke berbagai dunia yang berbeda.
Di satu dunia paralel, Alia adalah sekretaris dan Arya adalah seorang CEO. Di dunia lainnya, dia remaja SMA sementara Arya adalah kakak kelas yang populer. Bahkan, ada dunia di mana ia menjadi seorang tante-tante sedangkan Arya masih seorang berondong muda. Dan masih banyak lagi situasi paralel yang lainnya.
Ini adalah perjalanan seorang wanita yang tak pernah bosan membuat pria yang sama jatuh cinta.
Jadi mari kita ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arc Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buang Sampah
"A-Alia, tenanglah. Kita bisa bicarakan ini baik-baik."
Hadi yang awalnya begitu angkuh berubah ciut. Dela pun sama sampai tak berani berkata-kata.
"Gak ada yang perlu dibicarakan lagi. Yang perlu dilakukan sekarang cuma menghancurkan benda diantara selangkanganmu."
Hadi wajahnya memutih pucat. "L-L-Lo gak bisa ngelakuin itu! Lo tahu kan gue ini punya orang tua yang berpengaruh? Kalau lo sampe berani ngapa-ngapain gue, hidup lo bakalan hancur!"
Alia sekarang berdiri persis depan Hadi. "Kau ini masih saja besar kepala. Bukannya meminta ampun, kau malah terus ngomong sembarangan. Yang kau ucapkan tadi makin membuatku ingin melakukanya!"
"...." Sontak Hadi menutup selangkangan dia dengan kedua tangan.
Tapi senyum dingin seketika terbentuk di wajah Alia. Tanpa lagi mengatakan apa pun, dia mengayunkan kuat kaki kanannya.
Bhuuum!
Tendangan telak tepat mengenai kedua tangan Hadi yang ada di selangkangan.
"Kyaaaaaaa!!!" Kemudian teriakan histeris bak seorang perempuan keluar dari mulut Hadi.
Hadi guling-guling di lantai sambil masih berteriak. Air mata mengucur, menandakan kalau rasa sakit yang ia terima benar-benar menyiksa.
"...."
Dela yang menyaksikan kejadian tadi sampai terpaku di tempat. Dia tak mengira Alia sungguh berani melakukan hal tersebut.
Apakah burung punya Hadi memang hancur atau tidak bukan sesuatu yang bisa Dela pastikan. Lagi pula setelah sadar betapa berbahayanya Alia, yang Dela ingin lakukan sekarang hanyalah segera kabur menyelamatkan diri.
"Kau mau kemana?"
Alia menghalangi Dela yang hendak mau lari dengan mendendang kakinya.
Brug!
Dela pun terjatuh dan gagal kabur.
"T-Tolong! Jangan sakiti aku! A-Aku janji gak bakal lagi mendekati Arya."
Tidak seperti Hadi, Dela tahu caranya meminta ampun. Akan tetapi, hati Alia masihlah tak tergerak untuk memaafkannya.
"Kau ini sama bejatnya dengan Hadi. Kau membantu dia untuk menjebak ku. Kalau aku tidak punya kekuatan untuk melawan, kau palingan hanya akan ketawa-ketawa saat aku diperk*sa."
"...."
Dela tak bisa menyanggah itu karena benar adanya.
Alia pun mencekik leher Dela. Cekikannya tidak sampai membuat Dela sesak, tapi tetap cukup kuat sampai membuat Dela tak bisa banyak bergerak.
"Aku sangat merasa mual setiap ingat bahwa kau ini adalah mantannya Mas Arya. Beruntungnya, Mas Arya masih perjaka jadi tak tertular penyakit-penyakit darimu."
"...."
"... Dan kau juga tetap perlu aku hukum. Gimana kalau kau ku buat pincang seperti Hadi?"
"...."
Dela yang sangat ketakutan tak bersuara. Yang terjadi malah dia kencing di celana.
"Cih!" Alia melepaskan cekikannya dan lekas menjauhi Dela.
Alia pun mengambil handphonenya, lalu menelepon Arya.
"Hallo Mas."
"Ya, ada apa?"
"Aku mau minta sedikit bantuan."
"Bantuan apa?"
"Aku mau kamu membantu aku membersihkan beberapa sampah."
"Sampah? Ngapain kamu minta aku ngebersihin sampah? Memangnya kamu gak bisa ngebersihinnya sendiri?"
Alia menjawab, "Sampah-sampahnya lumayan gede. Belum lagi mereka ini bernafas."
"Hah!? Maksudnya apa sih!?"
"Begini,"
Alia mulai menjelaskan kejadian sebelumnya. Dari tentang Dela yang mengajaknya bertemu, sampai soal Hadi, kini diketahui juga oleh Arya.
"Apa kamu gila!? Ngapain juga kamu nemuin Dela sendirian seperti itu!? Kalau ada apa-apa sama kamu gimana?"
"... Maaf. Aku cuma mau menghadapi Dela supaya dia tidak menggangu kamu lagi."
"Gak usah! Jangan menghabiskan waktu kamu! Dela cuma orang tak penting yang tak seharusnya kamu hiraukan!"
"...."
"Udah! Cepat! berikan alamat di mana kamu sekarang berada! Aku akan segera ke sana!"
Setelah memenuhi perintah Arya, Alia diberi peringatan untuk tetap hati-hati. Arya pun berjanji akan segera datang.
Tapi sebelum telepon ditutup, Alia tegas berpesan.
"Jangan ngebut di perjalanan ya! Ingat! Tetap konsentrasi saat berkendara!"
...----------------...
Alia meletakan handphonenya kembali. Yang dia perlu sekarang lakukan ialah menunggu, sambil memastikan tak ada satu pun dari lawan-lawannya yang kabur.
Ada satu anak buah Hadi yang hendak bangkit lagi. Namun Alia cepat menendang kepala orang tersebut hingga dia berakhir pingsan.
Alhasil, orang-orang lain yang terkapar tapi masih sadar, jadi tak ada yang berani untuk macam-macam.
Hadi yang masih menangis serta meringis kesakitan hanya bisa terbaring lemas. Dia menyesal. Kalau tahu jadinya seperti ini, dia takkan mau cari masalah dengan Alia.
Kemudian, Alia pun duduk di sofa dengan tenang seakan dialah si pemilik rumah. Ketika matanya tetap fokus memperhatikan Hadi dan yang lainnya, pikiran dia tertuju ke hal lain.
Aku yang sekarang sangat kuat, ucap Alia dalam hati. Tapi ... Sudah jelas kalau kekuatan aku ini tidaklah wajar.
Alia memang cukup kuat karena pernah berlatih bela diri. Akan tetapi bagaimana mudahnya dia mengalahkan para bodyguard Hadi yang profesional bukanlah hal normal.
Dugaan aku mungkin tepat.
Saat aku bersatu dengan diriku dari dunia paralel, kekuatan aku otomatis bertambah dua kali lipat.
Ketika Alia tiba di dunia kedua, dia memang merasakan bagaimana tubuhnya terasa lebih bugar. Dan setiap kali Alia datang ke dunia paralel lainnya, kondisi tubuh dia pun terus mengalami perubahan yang semakin lama semakin tak bisa dibantah.
Jadi contoh singkatnya mungkin seperti ini.
Saat Alia tiba di dunia kedua, kekuatan dia bertambah dua kali lipat. Lalu saat terhubung dengan dunia ketiga, kekuatannya bertambah tiga kali lipat. Makanya sekarang saat Alia sudah mengalami empat dunia berbeda, kekuatan dia jadi empat kali lebih kuat.
Dan sebenarnya bukan hanya kekuatan. Tapi Alia juga merasakan intelektual dia berkembang pesat. Seperti dia jadi lebih mudah mempelajari hal baru.
Jadi jika dugaan Alia tepat, maka semakin banyak dunia paralel yang ia kunjungi, maka kekuatan dan kepintarannya pun akan terus melonjak tinggi.
Sungguh sebuah keajaiban.
Lagi-lagi Alia dibuat takjub dan bingung dengan kekuatan yang membuatnya berpindah-pindah antar dunia.
Akan jadi seperti apa hidupnya nanti, adalah sesuatu yang Alia sendiri takkan pernah bisa prediksi.
...----------------...
Hampir satu jam berlalu, akhirnya Arya tiba di rumah itu. Dia datang dengan panik. Dia pun mengecek keadaan Alia secara teliti.
Saat melihat orang-orang yang Alia kalahkan, Arya kaget karena baru tahu bahwa ternyata anak buah Hadi lebih banyak dari yang ia kira. Mereka juga tampak sangat kuat.
Gimana caranya Alia ngalahin orang-orang ini!?
Arya tak habis pikir.
Bagaimana orang-orang ini kini diam di atas lantai tak berani melawan Alia juga merupakan hal yang patut dipertanyakan.
"Aku sudah menghubungi polisi kenalan ku," kata Arya setelah lebih tenang. "Aku bisa jamin orang-orang ini akan berakhir mendekam di penjara."
Alasan Alia menelepon Arya memang untuk hal tersebut. Alia berharap Arya punya kenalan orang penting supaya Hadi dan yang lainnya bisa benar-benar dihukum. Takutnya, Hadi akan menggunakan kekuasaan keluarganya lagi agar bisa bebas.
Sekian menit seusai kedatangan Arya, rombongan polisi pun datang. Mereka tegas membawa para pelaku.
Melihat Dela dibawa membuat mata Arya berubah tajam. Tapi arti mata itu bukan berarti Arya merasa iba pada mantannya. Melainkan justru Arya sedang sangat marah karena Dela hampir menyelakai Alia.
Yang berarti, bagi Arya yang sekarang, Alia jauh lebih penting dibandingkan wanita yang hampir ia nikahi itu.