NovelToon NovelToon
Asmaraloka Gita Mandala

Asmaraloka Gita Mandala

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Dark Romance
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Mandala Buana seperti berada di dunia baru, setelah kehidupan lamanya dikubur dalam-dalam. Dia dipertemukan dengan gadis cantik bernama Gita, yang berusia jauh lebih muda dan terlihat sangat lugu.

Seiring berjalannya waktu, Mandala dan Gita akhirnya mengetahui kisah kelam masa lalu masing-masing.

Apakah itu akan berpengaruh pada kedekatan mereka? Terlebih karena Gita dihadapkan pada pilihan lain, yaitu pria tampan dan mapan bernama Wira Zaki Ismawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA PULUH TUJUH : PERHATIAN KECIL

Gita dan Mandala saling pandang, sebelum kembali mengarahkan perhatian pada petugas di meja administrasi. 

“Sudah dilunasi?” Gita meyakinkan apa yang didengarnya tadi.

“Benar.”

“Boleh kuminta rinciannya?” Mandala menatap tegas sang petugas.

“Sudah diberikan kepada Bapak Wira Zaki Ismawan.”

Mandala terpaku, tak percaya dengan apa yang Wira lakukan. Namun, bukan ekspresi bahagia yang tampak dari wajah tampan pria 38 tahun tersebut. 

“Ayo, Mas.” Gita yang mulai memahami bahasa tubuh Mandala, segera meraih lengan pria itu. “Terima kasih. Permisi,” pamitnya pada petugas administrasi.

“Sudah kuduga ada sesuatu di antara kalian berdua,” ucap Gita, setelah berada di halaman parkir rumah sakit. 

“Dari mana Wira mengetahui bahwa aku ada di sini?” Bukannya menanggapi ucapan Gita, Mandala justru melayangkan pertanyaan yang bernada kurang enak. “Kamu memberitahunya?” Dia menatap Gita dengan teramat serius.

“Mas Wira menghubungiku beberapa kali. Aku mengatakan sedang di rumah sakit dan … dan dia datang kemari ____”

“Ah! Gita! Aku tidak menyukai ini!” Tiba-tiba, nada bicara Mandala meninggi sehingga membuat beberapa orang yang ada di sana langsung menoleh. 

“Tenanglah, Mas. Kita sedang di tempat umum,” tegur Gita pelan. Dia harus menahan malu karena menjadi pusat perhatian orang-orang. 

“Ini tidak benar!” Mandala melangkah pergi mendahului Gita, yang masih terpaku dengan tatapan tak mengerti. 

Tak ingin terus menjadi pusat perhatian, Gita bergegas menyusul Mandala. “Tunggu, Mas. Memangnya kenapa? Ada masalah apa antara Mas Maman dengan Mas Wira?” 

“Kamu tidak perlu tahu, Gita!” tolak Mandala pelan, tapi penuh penekanan. 

“Tapi, Mas Maman marah padaku. Jelas aku harus mengetahui permasalahan di antara kalian!” tegas Gita, meski dengan nada bicara yang masih terkontrol.

Mandala menghentikan langkah, lalu menoleh. Tatapannya sungguh tidak bersahabat. Namun, pria berambut gondrong sebahu itu tak mengatakan apa pun dan justru memilih melanjutkan langkah.

“Pria-pria egois! Aku tidak mau lagi berurusan dengan kalian berdua!” tegas Gita. Dia berjalan sangat cepat sehingga berhasil mendahului Mandala, yang justru tertegun dan hanya terpaku menatap kepergiannya. 

Bukan hanya kesal karena diperlakukan seperti itu oleh Mandala. Gita juga sangat marah atas segala yang terjadi. Sebagai seorang wanita, dia merasa tak memiliki apa-apa lagi untuk dipertahankan. Tidak ada seorang pun yang benar-benar menghargainya, walau secara kenyataan Gita memang wanita murahan.

Sesuai yang sudah dibicarakan, warung nasi ditutup hingga beberapa waktu. Gita dan Ratih untuk sementara tinggal di kontrakan sederhana, yang letaknya tidak jauh dari sana. Satu kamar untuk berdua, demi menghemat pengeluaran.

“Bagaimana keadaan Mas Maman?” tanya Ratih, setelah Gita tiba di kontrakan baru yang mereka tempati bersama.

“Dia lebih kuat dari yang terlihat. Luka kecil tidak akan membuatnya mati,” jawab Gita dengan nada agak kesal.

“Kalian bertengkar?” tanya Ratih lagi. Sebagai teman dekat Gita, dia dapat membaca bahasa tubuh serta raut wajah gadis itu dengan baik. 

Gita yang tengah merapikan pakaian, menghentikan aktivitasnya, lalu menoleh. “Aku tidak memahaminya, Rat.”

“Maksudmu?” 

“Mas Maman, Mas Wira. Mereka berdua adalah pria aneh yang ….” Gita menggeleng tak mengerti. “Sulit untuk dijelaskan.”

“Jangan katakan jika kamu tengah berjuang untuk bisa memahami mereka berdua secara bersamaan. Apakah ini yang dinamakan cinta segitiga?” goda Ratih.

“Ah! Tidak,” bantah Gita segera. “Tak ada yang namanya cinta segitiga di antara aku, Mas Maman dan Mas Wira. Aku juga tidak tahu ini disebut apa. Tapi ….” Gita terdiam karena telepon genggamnya berdering. Ada panggilan masuk dari Wira.

“Tuan besar.” Gita menunjukkan telepon genggamnya kepada Ratih, di mana nama Wira tertera sebagai pemanggil. “Dia pasti kesal jika aku tidak mengangkat telepon darinya.”

“Ya, sudah.” Ratih berlalu ke kamar mandi, meninggalkan Gita yang sudah menjawab panggilan telepon dari Wira.

“Kamu sudah pulang dari rumah sakit?” tanya Wira.

“Ya,” sahut Gita agak malas. “Mas Wira melunasi seluruh biaya pengobatan Mas Maman. Kenapa?” 

“Kenapa apanya?” Wira balik bertanya.

“Maksudku, itu bukan tindakan amal yang bisa diterima baik.”

“Mandala marah?” 

“Mas Maman tidak menyukai apa yang Mas Wira lakukan.”

Wira menggumam pelan. “Saya tidak yakin dia memiliki cukup uang untuk melunasi biaya pengobatan,” ujarnya tenang.

“Ya, tapi bukan dengan cara seperti itu.”

“Kenapa ini harus jadi masalahmu? Saya hanya berniat membantu meringankan beban Mandala. Jika dia merasa terhina, biarkan saja. Itu bukan hal aneh.”

Gita terdiam, tak tahu harus menanggapi apa. 

“Saya ingin bertemu,” ucap Wira pelan dan dalam.

“Aku sangat lelah, Mas,” tolak Gita halus.

“Jangan khawatir. Saya hanya ingin ditemani.”

Embusan napas pelan meluncur dari bibir Gita. Sebenarnya, dia sedang malas keluar. Namun, Gita butuh penyegaran pikiran. Akhirnya, dia setuju bertemu dengan Wira. 

Sebelum menemui Wira, Gita memutuskan menjenguk Mandala terlebih dahulu. Dia datang ke sana dengan membawa makanan yang dianjurkan oleh dokter. 

“Makanlah dulu, Mas,” ucap Gita, seraya menyuguhkan telur rebus, ayam kecap dan jeruk. “Kata dokter, Mas Maman harus banyak mengonsumsi makanan yang mengandung protein dan vitamin C. Perbanyak juga minum air putih dan kurangi merokok. Bila perlu, berhentilah dulu selama masa penyembuhan.” 

Mandala tidak menanggapi. Dia hanya menatap Gita dengan sorot tak dapat diartikan. 

“Maaf jika aku terlalu cerewet. Tapi, sudah tugasku untuk memastikan Mas Maman mendapat perawatan yang baik setelah keluar dari rumah sakit. Jadi, tolong jangan protes atau ___”

“Maafkan aku,” sela Mandala pelan , tapi terdengar cukup tegas.

Gita mengangguk pelan. “Aku bisa memahaminya. Mas Maman bisa mengganti uang itu kepada Mas Wira.”

“Pasti. Tadi, aku hanya terkejut."

Gita tersenyum lembut. “Aku harus pergi. Tapi, aku ingin memastikan dulu Mas Maman makan dan minum obat. Setelah itu, biar kubantu mengganti perban.”

“Kamu mau ke mana? Menemui Wira?” Tatapan Mandala berubah jadi penuh selidik. 

“Ada pekerjaan, Mas. Aku harus mencari uang ___”

“Berhentilah, Gita. Tuhan sudah memberimu kesempatan,” sela Mandala segera. 

Gita mengangguk ragu. “Iya, Mas. Aku … aku akan mencari pekerjaan lain.”

Gita tak ingin banyak berdebat. Walaupun kenyataannya masih berkutat dalam dunia prostitusi, dia tidak harus menjabarkan secara detail kepada Mandala karena pria itu pasti akan marah.

Ya. Mandala selalu marah. Entah mengapa, tapi dia sangat aneh dan sulit untuk dipahami. 

Gita menemani Mandala menyelesaikan makan dan minum obat. Setelah itu, dia membantu mengganti perban. 

“Aku ingin mandi,” keluh Mandala.

“Tunggulah sampai besok atau lusa,” ucap Gita, seraya membantu Mandala mengenakan pakaian. 

“Aku pergi dulu. Ingat. Jangan terlalu banyak menggerakkan lengan,” pesan Gita, seraya menatap Mandala penuh arti. Perlahan, dia mendekat, lalu mengecup lembut pipi pria itu.

1
Dwisya Aurizra
rasa benci Wira pada Mandala karena rasa iri sedang Mandala karena Iriana selingkuh dgn Wira, betul GK sih ceceu😂
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Mumun, Mak
total 1 replies
Rahmawati
mandala benci sm wira karna selingkuh sm istrinya dulu, apa mandala bisa maafin wira🤔
Mama Faiz👶
yah, seperti nya malam ini ga up ya thor
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Aamiin. Terima kasih, Kak🥰
total 3 replies
Najwa Aini
maraton baca mengejar ketertinggalan, sampai lupa komen
Najwa Aini
Karena sakit, aku sdah ketinggalan berapa bab ini??
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Sakit apa, Kak? Moga cepat sembuh, ya
total 1 replies
Titik pujiningdyah
takutnya ya diending ternyata gita dan mandala satu ibu. awas aja ya kalau dibikin kayak bumi!!!!
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Satu ibu. Ibu Pertiwi
total 1 replies
Titik pujiningdyah
yakin cuma gitu doang?
Dwisya Aurizra
badai masa kecil saja bisa kalian lewati palagi sekarang
Dwisya Aurizra
ciuman aja kan atau ada yg lainnya greoe" dikit misal🤭
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ya, Allah. Emak luar binasa
total 1 replies
Dwisya Aurizra
astaga 🤣🤣🤣
Rahmawati
setelah tahu masa lalu mandala dan Gita aku rasa kalian memang jodoh, dulu kalian anak anak yg tangguh, skrg kalian pasti bisa melewati cobaan yg lebih besar lagi
Rahmawati
lanjutttt
Lusy Purnaningtyas
positif vibes
Uchy Latupeirissa
Ceritanya real membuat tokoh2nya serasa hidup cara penyajian dan gaya bahasa yang digunakan mudah tetapi selalu ada pengalaman yg dapat diambil hikmahnya... keren bgt.
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Terima kasih atas dukungan dan ulasan positifnya, Kak🥰. Semoga sehat selalu
total 1 replies
Titik pujiningdyah
to the poin bngt git
Titik pujiningdyah
jalan aja lurus sampai ketemu pertigaan. nah itu belok kiri, Man. Setelah lima ratus meter, berhenti. Kamu sudah sampai di hotel bintang lima.
Titik pujiningdyah
emang keterlalu sih si wira. iri yg mendarah daging
Titik pujiningdyah
yaelaaaah selengki
Titik pujiningdyah
duda hot nih
Rahmawati
hayoloh Gita ketagihan sm mandala😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!