Pertemuan pertama Alana dengan Randy terjadi secara kebetulan, dimana Alana langsung terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tak disangka - sangka, ternyata Randy adalah pemuda yang dijodohkan dengannya oleh nenek mereka berdua karena persahabatan. Namun saat Randy mengajak Alana berbicara empat mata, pemuda itu mengakui bahwa ia telah memiliki seorang kekasih, dan ia bersedia menikahi Alana hanya karena tak ingin mengecewakan neneknya. Pada akhirnya Alana pun terjebak dalam pernikahan yang semu, yang membuatnya harus menyembunyikan cintanya di balik kisah asmara Randy dan kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Flowers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERNIKAHAN
Aula hotel berbintang tampak meriah dengan dekorasi pernikahan yang mewah dan elegan. Alana dan Randy tampak seperti pasangan pengantin dari negeri dongeng, mempelai pria sangat tampan dan mempelai wanitanya juga sangat cantik dan anggun. Mereka tampak selalu tersenyum bahagia saat menyambut para tamu undangan, namun tidak ada yang tahu isi hati mereka yang sebenarnya. Sementara itu, nenek Mira duduk di kursi roda ditemani nenek Ranita. Ia sudah cukup sehat untuk menyaksikan pernikahan cucunya. Wajah kedua sahabat itu tampak berseri - seri karena impian mereka telah terwujud hari ini.
Tibalah suatu momen dimana Randy mencium bibir Alana dengan lembut, ini adalah ciuman yang pertama bagi Alana. Ciuman yang tampak sangat manis dipandang tapi sebenarnya terasa getir. Bagiamana tidak, karena sebenarnya semua ini hanyalah sebuah sandiwara pernikahan.
Sebuah beban yang berat bagi Alana untuk bersanding di sisi Randy. Aku dan kamu bagai bumi dan langit, batin Alana. Tanpa sadar Alana mengalihkan pandangannya ke arah neneknya. Hatinya yang mulai goyah menjadi kembali bersemangat saat melihat neneknya bahagia. Tak pernah kulihat nenek tampak sebahagia ini. Setidaknya ini semua kulakukan demi nenek, ujar Alana membulatkan tekad dalam hatinya.
Akhirnya pesta telah usai, pasangan pengantin tetap tinggal di hotel itu, di sebuah kamar yang termahal dan eksklusif, yang memang biasa disewa untuk pengantin. Tempat tidur dihias dengan sangat romantis dengan bunga bertabur di atasnya. Alana menatap kosong ke arah jendela kamar. Sunyi, hanya terdengar samar suara gemericik air dari dalam kamar mandi yang digunakan oleh Randy. Beberapa saat kemudian Randy sudah keluar dengan pakaian rapi dan harum parfum maskulinnya.
"Beristirahatlah, Alana.." ujar Randy, "aku akan keluar sebentar."
Alana mengangguk. Ia tahu Randy sudah janjian dengan sesorang yang spesial di malam pernikahan itu. Karena sejak awal pernikahan ini sudah disepakati dengan sebuah perjanjian antara mereka berdua. Ya, Randy akan menemui kekasihnya di luar hotel ini, sesuai permintaan wanita yang sedang terluka karena ditinggal menikah oleh pasangannya. Randy segera keluar dari kamar hotel dengan memakai topi dan masker untuk berjaga - jaga agar tidak dikenali orang lain. Pemuda itu meninggalkan mempelai wanitanya sendirian di malam yang seharusnya menjadi malam pertama mereka. Alana berusaha memejamkan matanya dengan merebahkan diri tidur di atas kasur yang sangat nyaman itu. Tiba - tiba air matanya meleleh membasahi bantal, teringat kembali sebuah momen bersama Randy sebelum pernikahan itu dilangsungkan.
" Aku akan menikahimu, Alana. Dan aku berjanji akan memberikan semua hakmu sebagai istriku, tapi aku tidak bisa memberikan cintaku padamu, ijinkan aku tetap bersama Delia sebagai sepasang kekasih.." kata - kata Randy yang lembut tapi menusuk hati kala itu terngiang di telinga Alana.
"Baik, Randy.. Aku mengerti, aku juga akan menjalankan kewajibanku sebagai istrimu, tapi aku tidak akan mengganggu hubunganmu dengan Delia. Tapi berjanjilah padaku, bahwa kamu akan menyembunyikan hubungan ini dari semua orang, terutama dari nenek kita agar tidak menyakiti mereka berdua.." sahut Alana dengan tegas.
"Tentu saja, Alana.. Aku tahu batasanku, aku akan menjaga nama baik keluarga kita dan nama baik perusahaan. Kamu tidak perlu khawatir." tegas Randy. Dan itulah yang terjadi, pernikahan yang diwarnai perjanjian saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Meski sebenarnya keduanya sama - sama sedih, tapi mereka berusaha menjalani takdir pernikahan yang semu ini.
Alana terbangun dari tidurnya. Jam berapa ini, rupanya aku tertidur, batin Alana sambil mencari jam di ruangan itu. Tiba - tiba pandangannya tertuju pada sosok yang tertidur lelap di sofa. Randy.. batinnya terkejut. Kapan dia datang, kenapa aku tidak mendengarnya? Di keremangan lampu tidur, Alana kini memperhatikan selimut yang terpasang rapi di tubuhnya. Padahal ia yakin semalam ia tertidur tanpa sempat menggunakan selimut. Apakah mungkin Randy yang menyelimutiku? tanya Alana dalam hati. Ternyata hari sudah pagi. Alana segera bangun dari tempat tidurnya, lalu mengambil selimut yang menutupi tubuhnya tadi dan menutupi tubuh Randy yang terbaring di sofa. Randy menggeliat dan Alana tertegun. Ia spontan menahan nafas dan terdiam, sementara kedua mata Randy perlahan mulai terbuka dan terkejut melihat Alana yang sudah berdiri di hadapannya.
"Maafkan aku membuatmu terbangun, .. tapi ini dingin dan aku ingin menyelimutimu," ujar Alana terbata,"tapi berhubung kamu sudah bangun, bagaimana kalau kamu pindah saja ke tempat tidur.. " Alana menambahkan sambil menunjuk ke arah tempat tidur, "Aku tidak ingin tidur lagi, aku mau mandi dan memesan makanan."
Randy mengucek matanya, rupanya ia masih sangat mengantuk. Kemudian pandangannya tertuju pada tempat tidur yang dimaksud Alana, "oh.. baiklah..," sahutnya dengan suara sedikit parau setengah sadar. Ia berjalan sambil membawa selimutnya ke arah tempat tidur, merebahkan diri, lalu memejamkan matanya lagi.
Alana merapikan sofa yang ditiduri Randy tadi. Ada jaket Randy di sana, Alana bermaksud melipatnya. Harum semernbak bau parfum wanita menyeruak dari jaket itu. Bukan aroma parfum yang dipakai Randy tadi, ini pasti bau parfum kekasihnya. Alana menghela nafas, terbayang tubuh suaminya sedang dipeluk oleh wanita lain di malam pertama pernikahannya. Tidak apa - apa, Alana.. Bukankah sejak awal seharusnya pernikahan ini tidak terjadi dan saat tetap dilangsungkan, bukankah kamu sudah bersiap untuk menerima kenyataan ini, bahwa kamu bukanlah pemilik Randy, ujar Alana dalam hatinya sambil menghibur diri. Meskipun begitu, dalam hati ia tetap bersyukur karena wanita itu tidak hadir dalam pesta pernikahannya. Mungkin Randy yang melarangnya untuk menjaga perasaan neneknya, batin Alana.