Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan menawarkan sejuta pengobat lara dan ketenangan untuk Selena.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 05.
"Sel.. Selena...!!!" Teriak Erlan memanggil nama istrinya dan berusaha untuk mengejar perempuan itu. Tapi, dengan cepat Vera langsung menarik lengannya.
"Cukup Erlan! Kamu sudah dengar sendiri bukan ? Dia akan ajukan perceraian kalian, dan kita gak perlu sembunyi-"
"DIAM!!!!" bentak Erlan dengan suara yang meninggi membuat orang-orang yang berlalu lalang seketika langsung menghentikan langkah kaki mereka menatap Erlan dan Vera seraya berbisik-bisik. Bahkan, ada juga beberapa orang yang merekam kejadian itu.
Salah satu dokter yang melihat pertengkaran Erlan dan Vera, segera melangkahkan kakinya menuju ruang dirut untuk memberi laporan. Wajahnya terlihat tegang, khawatir situasi di depan umum bisa menimbulkan masalah yang bisa mencermarkan nama baik rumah sakit.
Erlan masih berdiri kaku, napasnya memburu dan kedua tangannya mengepal di sisi tubuh.
Vera tetap berdiri disamping Erlan dan tak melepaskan tangannya dari lengan Erlan. Suasana di sekitarnya semakin riuh, bisik-bisik orang-orang anggota pasien dan perawat tak henti, beberapa ponsel menyorot ke arah mereka.
Disisi lain, Selena terus melangkah cepat sambil menundukkan kepalanya tak menghiraukan yang ada dibelakang sana, berkali-kali Selena mengusap air matanya yang jatuh berlinangan membasahi pipi mulusnya.
Hatinya terasa remuk redam. Ia tak menyangka Erlan akan menggoreskan luka sedalam ini. Ia pikir rumah tangga nya baik-baik saja dan hanya sering mengalami masalah kecil, tapi tak disangka justru dibelakangnya ternyata ada badai besar yang tiba-tiba menghantam Selena tak bisa ia hindari.
Erlan menatap punggung istrinya yang sudah berjalan jauh, ia langsung menghempaskan tangan Vera dan bergegas ingin menyusul Selena. Tapi, baru saja hendak melangkah terdengar suara tegas mencoba menghentikan kegaduhan yang ia dan Vera buat.
"Ada apa ini ?!" ujar Dirut menatap satu persatu orang yang berkerumun disana
Sontak, Erlan langsung berbalik badan lalu menundukkan kepalanya. Begitu juga dengan Vera.
"Ada apa ini?!" Tanya Dirut mengulangi ucapannya.
"Pak Dirut, maaf tad-"
"Bubar!!! Semua nya bubar". Kata Dirut tersebut dengan tegas
Mendengar itu, semua orang langsung berbalik badan membubarkan diri. Vera dan Erlan juga ikut bubar, tapi baru saja mereka hendak melangkah pergi tiba-tiba Dirut itu memanggil kedua.
"Dr. Erlan... Perawat Vera, ikut saya keruangan". Titah nya dengan tegas
"Baik dok".
"B-baik dok".
Dengan ragu-ragu, kedua nya bergegas melangkahkan kakinya menyusul Dirut tersebut yang sudah lebih dulu berjalan kembali keruang kerjanya.
.
.
"Silahkan duduk". Dokter Dirut itu mempersilahkan untuk Erlan dan Vera duduk dikursi sofa yang ada diruang kerjanya.
Erlan mengangguk dan segera mendudukkan dirinya dikursi, begitu juga dengan Vera. Ia duduk disamping dan seberangan dengan direktur.
Pria dewasa yang usianya 4 tahun lebih tua dari Erlan itu duduk dengan tenang dikursi single sofa, mengenakan jas dokter dan setelan kemeja formal putih dan celana hitam dengan name tag yang tergantung dilehernya dengan bertuliskan nama 'Raja M.'
"Kalian tau kenapa saya meminta kalian berdua kemari?" ujar dr. Raja dengan suara yang tenang namun tegas. Matanya menatap Erlan juga Vera dengan tatapan mengintimidasi.
Vera tak menjawab, ia hanya melirik sekilas pada Erlan. Sedangkan, lelaki itu langsung menganggukkan kepalanya.
"Ya dok, kami tau". Jawab Erlan lirih
Aura dr. Raja benar-benar mendominasi ruangan, wajahnya terlihat sangat tenang. Tapi, tatapan matanya sungguh tajam dan mengintimidasi setiap lawan bicaranya.
"Sekarang jelaskan! Bagaimana bisa kalian tidak memakai pikiran kalian ketika melakukan kesalahan ini?!". Bentak dr. Raja seraya mengepalkan tangannya menahan amarah
Erlan menundukkan kepala, rahangnya mengeras tak berani mendongak menatap dr. Raja,“Dok… kami salah. Saya tidak berpikir panjang.”
Vera menunduk menatap kearah lantai, tapi bibir nya ikut menimpali ucapan Erlan.“Saya tidak bermaksud merusak, Dok. Saya hanya mengikuti arahan Dr. Erlan.”
Mendengar itu, kening dr. Raja mengernyit. Ia mencondongkan tubuh sedikit ke depan, tangannya mengepal di atas meja. “Mengikuti arahan? Kalian sadar betul ini bisa mencoreng nama rumah sakit! Di depan staf, pasien, dan bahkan ada yang merekam semuanya. Bagaimana kalian bisa sebodoh itu?”
Erlan menunduk lagi, bibirnya mengepit, mencoba menahan rasa bersalah dan panik yang menekan dadanya. Sedangkan, Vera terperanjat kecil mendengar bentakan itu dan terus menatap ke lantai, tangan kanannya menggenggam tepi sofa.
Dr. Raja menatap satu persatu wajah mereka, kemudian menghela napas panjang. “Saya tidak mau melihat kejadian seperti ini terulang. Pahami baik-baik, profesionalisme itu nomor satu. Dan kalian akan tetap bertanggung jawab atas kekacauan ini, baik di depan staf maupun pasien".
Dr. Raja menjeda ucapannya, dan kembali menghela nafas panjang.“Saya tidak akan langsung memecat kalian. Tapi ada konsekuensi. Mulai hari ini Dr. Erlan akan sementara ditugaskan di Rumah Sakit Sabda Husada, dan perawat Vera dipindahkan ke departemen lain. Ini demi profesionalisme dan agar tidak ada lagi kejadian seperti tadi.”
Erlan menunduk lalu menganggukkan kepalanya patuh, “Saya mengerti, dok. Dan, saya berjanji kejadian ini tidak akan terulang lagi.”
Vera juga mengangguk-anggukkan kepalanya. "Saya juga berjanji dok".
Dr. Raja menatap mereka sejenak.“Ingat, rumah sakit ini bukan tempat untuk urusan pribadi. Profesionalisme nomor satu.”
"Baik dok, kami mengerti". Jawab Erlan dan Vera bersamaan. Setelah itu, kedua nya segera pamit undur diri.
.
.
Sedangkan, ditempat lain. Selena berjalan keluar dari lobi rumah sakit menuju taman yang tempatnya tak jauh dari area rumah sakit. Hanya menyebrang jalan raya dan seketika itu sudah sampai ditaman.
Angin pagi terasa sejuk menerpa wajah Selena yang cantik natural meski tanpa polesan make up. Ia duduk dibangku kayu, pandangan matanya menatap kosong kearah tanaman bunga-bunga berwarna-warni yang tumbuh dengan subur dan terawat. Air mata nya tak henti-hentinya jatuh berlinangan membasahi pipi mulusnya.
Inikah hasil yang ia tuai selama menjalani rumah tangga tiga tahun lama nya ? Pengkhianatan yang sungguh menyakitkan!.
Tak pernah terlintas dalam pikiran Selena jika Erlan akan berbuat setega itu padanya. Janji suci yang pria itu ucapkan didepan papa nya para saksi kini hanya menjadi serpihan kata-kata kosong yang menghujam hatinya.
Selena tertawa getir, menertawakan dirinya yang begitu naif. Sambil menundukkan kepala, Selena menatap tangannya yang gemetar memegang tas kecilnya, mencoba menahan air mata yang terus saja tumpah. Pikiran tentang rumah tangga yang selama ini ia anggap aman dan penuh cinta kini runtuh begitu cepat, meninggalkan kehampaan dan kesakitan yang menakutkan.
.
.
.
Haii jangan lupa dukungannya! Like, vote dan komen... Makasih 🎀❤️
seperti diriku jika masalah keungan tipis bahkan tak ada bayangan
Maka lampirku datang 🤣🤣🤣
dan sekarang datang