NovelToon NovelToon
Kepincut Ustadz Muda: Drama & Chill

Kepincut Ustadz Muda: Drama & Chill

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ayusekarrahayu

Maya, anak sulung yang doyan dugem, nongkrong, dan bikin drama, nggak pernah nyangka hidupnya bakal “dipaksa” masuk dunia yang lebih tertib—katanya sih biar lebih bermanfaat.

Di tengah semua aturan baru dan rutinitas yang bikin pusing, Maya ketemu Azzam. Kalem, dan selalu bikin Maya kesal… tapi entah kenapa juga bikin penasaran.

Satu anak pembangkang, satu calon ustadz muda. Awalnya kayak clash TikTok hits vs playlist tilawah, tapi justru momen receh dan salah paham kocak bikin hari-hari Maya nggak pernah boring.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayusekarrahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9 Drama dikelas Pertama

"Heh, ini belum bersih! masih berminyak gini, bisa nyuci ga si lo!", Rita melotot ke arah Maya sembari memegang piring yang baru selesai satu itu.

Putri berkacak pinggang, "Tau ni, mana lama banget dari tadi baru selesai satu biji, keliatan banget pemalas nya!, cuci piring aja ga bisa".

Maya menoleh santai, wajahnya sok serius namun tegas, ia lalu menunjuk piring di tangan Rita.

“Heh, lo kira piring ini gampang dicuci? Ini tuh piring bandel, minyaknya nempel kayak mantan yang nggak rela ditinggalin. Gue lagi nego dulu biar dia mau bersih. Jadi sabar, jangan buru-buru nyalahin gue.”

Putri mendengus, berkacak pinggang makin kencang. “Alah, alasan aja! Nyuci piring gitu doang kok drama. Kentara banget pemalasnya!”

Maya langsung mendongak, menatap mereka dengan dagu terangkat. “Ya jelaslah gue lama. Gue tuh nggak pernah hidup susah kayak kalian. Di rumah, bahkan buat angkat gelas aja ada ART khusus bagian itu. Jadi tangan gue ini lebih sering nyentuh gelas koktail sama kuas makeup, bukan spons busa murahan.”

Rita dan Putri langsung saling pandang, lalu sama-sama menyeringai sinis.

“Oh gitu? Terus kenapa lo malah mau masuk pesantren? Bukannya mendingan lo ngelunjak aja di rumah lo yang mewah itu?” sindir Rita.

Maya tiba-tiba terdiam sesaat. Tatapannya berubah, tidak lagi penuh drama, tapi ada ketegasan pelan di suaranya.

"Apapun alasan gue masuk kesini,itu bukan urusan lo berdua. Yang pasti tempat ini ga ada apa-apa nya dibanding kehidupan gue sebelumnya,keberadaan kalian disini juga bukan karna keinginan sendiri kan,"Maya bersedekap menatap remeh pada dua seniornya itu.

Putri dan Rita terlihat bungkam,mereka berlalu dengan wajah menahan kesal,lalu meninggalkan Maya seorang diri.

"Huh dasar...cewe-cewe narsis, bilang aja lo pada iri sama gue", gumam Maya lirih.

......................

Beberapa saat kemudian akhirnya kegiatan Maya berakhir juga. Piring-piring sudah terlihat bersih walaupun harus menghabiskan waktu hampir satu jam lebih.

Ia menaruh spons yang sudah lemas tak berdaya di sebelah wadah cucian piring. Tangannya merah keriput karena air sabun, kuku-kukunya sedikit tergores. Ia menghela napas panjang, lalu menatap tumpukan piring yang akhirnya berhasil ia taklukkan.

“Fiuhhh… akhirnya selesai juga. Piring-piring ini beruntung banget ketemu gue. Kalau orang lain yang nyuci, mungkin kalian udah retak dari tadi,” gumamnya sambil menepuk-nepuk dada sendiri, bangga.

Dengan langkah malas ia meninggalkan dapur, menyeret sandalnya menuju asrama. Sesampainya di depan pintu kamar, Maya membuka pintu dengan gaya dramatis, seperti seorang aktris yang baru selesai syuting sinetron penuh air mata.

“GUEE PULANGGG…!!!” serunya keras.

Sinta, Zahra, Rara, dan Dewi yang sedang duduk santai di kasur masing-masing sontak menoleh kaget.

“Ya ampun, Maya!” Zahra refleks melempar bantal. “Bisa nggak sih masuk kamar biasa aja? Suara kamu itu bikin jantung aku mau copot rasanya."

Maya langsung menjatuhkan diri ke kasurnya, wajahnya ditempelkan ke bantal. “Kalian nggak akan ngerti penderitaan seorang gadis lemah nan rapuh yang dipaksa jadi budak piring.”

Rara terkikik. “Budak piring? Maksud kamu cuci piring di dapur?”

Maya mengangkat wajahnya, cemberut. “Iya. Seminggu penuh! Bayangin, tangan selembut ini—” ia menunjuk jarinya dramatis, “—dipaksa bersentuhan dengan spons busa murahan. Rasanya kayak… kayak… disuruh gladiator tapi senjatanya sendok sayur!”

Dewi tak kuat menahan tawa. “lo harusnya bersyukur May, biasanya kalau ada yang coba kabur apalagi di hari pertama itu hukumannya lebih dari ini tau”.

Maya mencebik kesal, bersikap dramatis sembari menatap kuku-kuku indahnya. "Tapi bagi gue hukuman ini tuh udah berat,apalagi gue gak pernah nyentuh spons cuci piring selama gue hidup".

Sinta menepuk bahu maya lalu tersenyum tipis. “Yaudah, anggap aja latihan sabar. Nggak semua hal di pesantren ini sesuai maunya kita, Maya.”

Maya terdiam sesaat, lalu mendesah panjang. “Iya sih… tapi tetep aja sakit hati gue. Kuku gue yang indah ini kayaknya kehilangan sinarnya.”

Zahra memutar bola mata. “Lo tuh aneh banget, May. Udah deh, siap-siap aja. Sebentar lagi bel masuk kelas.”

Mendengar kata “kelas”, Maya mendadak meloncat dari kasur. “Oh no! Hari ini kan kelas pertama setelah hukuman diumumin. Gue nggak boleh keliatan kalah! Gue harus tampil kece, biar semua orang tahu Maya tetap bersinar meski dihujani busa sabun.”

Dengan cepat ia merapikan kerudungnya, menepuk-nepuk rok seragam, lalu berdiri di depan kaca kecil di dinding. “Liat nih, bahkan setelah pertempuran sengit melawan minyak goreng, gue masih terlihat stunning. Tuhan emang adil.”

Rara mendesah, lalu menarik tangannya. “Ayo lah, keburu telat nanti. Nanti Ustadz Azzam bisa marah kalo kita sampe telat".

Maya mendengus, namun tetap melangkah mengikuti teman-temannya keluar kamar. Mereka berjalan bersama menuju kelas.

Suasana koridor pesantren ramai, suara sandal gesek dan tawa para santri memenuhi udara. Maya berusaha berjalan dengan gaya anggun, padahal langkahnya sedikit terseret karena lelah habis mencuci.

Sesampainya di kelas, mereka disambut suara riuh para santri lain yang sudah duduk. Maya langsung menarik kursi di deretan tengah, lalu duduk dengan wajah percaya diri.

“Selamat datang, dunia. Inilah awal kebangkitan seorang gadis penuh cita-cita yang harus bangkit dari tumpukan piring kotor,” ucapnya lirih, seakan pidato untuk dirinya sendiri.

Sinta menepuk jidat. “Ya Allah, Maya…”

Zahra, Rara, dan Dewi langsung menahan tawa.

Tak lama, suara pintu kelas dibuka. Azzam masuk, membawa beberapa buku tebal. Suasana mendadak hening. Semua mata tertuju padanya.

Maya menyilangkan tangan di dada, menegakkan dagu. Dalam hati ia bertekad: Oke, hukuman boleh bikin tangan gue keriput, tapi di kelas pertama ini gue harus tetep jadi pusat perhatian.

Azzam meletakkan buku-buku tebal di atas meja guru. Suaranya tenang tapi tegas,"Assalamualaikum semua, untuk hari ini saya akan menggantikan ustadzah mira,beliau sedang ada keperluan mendadak".

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh ", jawab dari para santri sembari mengangguk samar. Beberapa santriwati lain bahkan terlihat kesenangan melihat Azzam, ustad tampan yang amat mereka sukai.

"Bismillahirrahmanirrahim. Baik, anak-anak. Hari ini kita mulai pelajaran pertama.”

Para santriwati langsung duduk rapi, sebagian membuka buku catatan. Maya? Dia masih sibuk menegakkan dagu dengan gaya ala model majalah.

“Buka halaman 5,” ucap Azzam.

Suara kertas berdesir, semua membuka kitab. Kecuali Maya. Ia malah sibuk mengamati kuku-kukunya yang agak kusam.

Azzam memperhatikan dari kejauhan. “Maya.”

Maya langsung mengangkat kepala, senyum manis. “Yes, Ustadz?”

“Halaman berapa kita tadi?” tanyanya datar.

Maya terdiam sebentar, lalu dengan percaya diri menjawab, “Halaman… eeh… tiga puluh… eh, lima belas?”

Satu kelas langsung terkekeh. Sinta menutup wajah dengan tangan, malu punya teman sekocak itu.

Azzam menatapnya tajam. “Halaman 5, Maya. Tolong dibuka.”

“Oke, sip. Halaman lima. Easy peasy,” Maya membuka bukunya dengan gaya sok santai, padahal jelas panik.

Setelah itu, Azzam menunjuk beberapa santri untuk membaca. Giliran Maya tiba, ia berdiri dengan penuh percaya diri.

“Baiklah, hadirin sekalian…” suara Maya dibuat seolah sedang memandu acara. “Izinkan saya membacakan ayat mulia ini dengan penuh perasaan dan—”

“Maya.” Azzam memotong cepat, nadanya tegas. “Baca sesuai teks. Tidak usah pakai drama.”

Suara tawa kecil terdengar dari teman-teman sekelas. Maya cemberut, lalu mulai membaca. Tapi alih-alih serius, intonasinya malah seperti orang sedang mendongeng.

Zahra berbisik ke Rara, “Astaga, ini anak kalau disuruh baca ayat aja kayak lagi audisi teater.”

Azzam akhirnya menghela napas panjang. “Cukup, Maya. Duduk.”

Maya langsung menjatuhkan diri ke kursi dengan gaya dramatis, menepuk dada sendiri. “Fiuhh, selesai juga perjuangan hidup gue. Hampir aja pita suara ini pecah demi ilmu.”

Rara dan Dewi hampir meledak menahan tawa.

Azzam menatapnya sebentar, lalu melanjutkan pelajaran. Namun sesekali terlihat senyum kecil di sudut bibirnya, meski buru-buru ia sembunyikan.

Pelajaran berjalan cukup tenang, sampai akhirnya bel tanda istirahat berbunyi.

Maya langsung mengangkat tangan tinggi-tinggi. “Yes! Freedom! Akhirnya gadis malang ini bisa menghirup udara segar lagi!”

Semua teman sekelas menoleh ke arahnya, beberapa geleng-geleng kepala.

Sinta menarik lengannya. “Maya, sumpah deh… kalau terus-terusan kayak gini, yang kena marah bukan cuma kamu, tapi kita juga ikut malu.”

Maya hanya terkekeh, lalu berdiri. “Santai aja, Sin. Gue ini ibarat pelangi di pesantren ini—bikin suasana nggak monoton. Kalau gue serius terus, dunia ini hambar.”

Sinta mendesah panjang. “Ya Allah… semoga Ustadz Azzam masih panjang sabarnya.”

Maya nyengir lebar, lalu melangkah keluar kelas dengan gaya bak seorang selebriti yang turun dari panggung bergengsi.

.

.

✨️ Bersambung ✨️

1
Ayusekarrahayu
Ayooo bacaa di jaminnn seruuu
Rian Ardiansyah
di tunggu kelanjutannya nyaa kak
Tachibana Daisuke
Bikin syantik baca terus, ga sabar nunggu update selanjutnya!
Ayusekarrahayu: sudah up ya kak
total 1 replies
Rian Ardiansyah
ihh keren bngtttt,di tungguu kelanjutan nyaaaa kak😍
Ayusekarrahayu: makasiii😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!