Edgar dan Louna dituduh membuang bayi hasil hubungan mereka. Enggan berurusan dengan hukum, akhirnya Edgar memutuskan untuk menikahi Louna dan mengatakan bayi itu benar anak mereka.
Selayaknya mantan kekasih, hubungan mereka tidak selalu akur. Selalu diwarnai dengan pertengkaran oleh hal-hal kecil.
Ditambah mereka harus belajar menjadi orang tua yang baik untuk bayi yang baru mereka temukan.
Akankah pernikahan yang hanya sebuah kesepakatan itu berubah menjadi pernikahan yang membahagiakan untuk keduanya ?
Atau mereka akan tetap bertahan hanya untuk Cheri, si bayi yang menggemaskan itu.
Yuk ikuti kisahnya...!!
Setiap komen dan dukungan teman-teman sangat berharga untuk Author. Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Rumah Kakek
Edgar, Louna dan Cheri dalam perjalanan ke mansion besar Kakek nya.
Cheri terlihat nyaman tidur di pelukan Louna. Sesekali Edgar membantu membenarkan posisi Cheri jika melihat Louna merasa kesusahan.
"Setelah dari rumah Kakek kita memeriksakan Cheri. Aku sudah buat janji dengan rekanku. Kemudian kita membeli ranjang untuk Cheri dan meja untuk nya berganti popok" Kata Edgar.
"Tidak beli baju dan kebutuhan lainnya ?" Tanya Louna.
"Kau tidak lelah ?". Tanya Edgar. Louna menggelengkan kepalanya.
"Baiklah kita akan beli semuanya".
"Kau dengar Cheri, Daddy mu sekarang sudah kaya. Semuanya yang kau butuhkan akan dibelikan olehnya. Dulu saat Mommy masih bersama nya, Mommy jarang diberikan hadiah. Ia justru memberikan Mommy hadiah-hadiah yang di dapat nya dari para kekasih nya yang lain". Kata Louna. Ia membuat gestur seolah sedang berbisik pada Cheri. Tapi nyatanya suaranya dibuat sekeras mungkin sampai wajah Edgar memerah membayangkan jika dulu dirinya melakukan hal konyol itu.
"Sudahlah, Lou. Jangan mengganggu Cheri kasihan dia sedang tidur". Kata Edgar mencegah agar Louna tidak menceritakan hal buruk nya lagi.
"Aku hanya ingin dia tau seperti apa kau dulu". Balas Louna tanpa rasa bersalah. Rasanya puas menyindir Edgar.
"Tapi ceritakan yang baik-baik saja". Protes Edgar tidak terima.
"Iya, nanti saja kalau sempat".
Kemudian hanya ada suara musik pengantar tidur yang mengalun. Tidak ada obrolan lagi antara keduanya.
Louna sebenarnya masih merasa canggung dengan apa yang mereka lakukan lagi tadi.
"Lou, kau sekarang memiliki kekasih ?" Tanya Edgar. Entah mengapa ia ingin sekali tau tentang Louna.
"Ada". Jawab Louna tempat berpikir.
"Siapa ?" Tanya Edgar penasaran. Ia sampai mengalihkan pandangannya pada Louna.
"Pokoknya ada. Kau tidak akan tau". Jawab Louna sewot.
"Dia tidak tau kau sudah menikah ?" Tanya Edgar lagi.
"Tidak perlu. Dia tidak keberatan juga".
Edgar tidak bertanya lagi. Tapi dalam hatinya semakin penasaran siapa kekasihnya Louna.
Tidak berapa lama mereka tiba di mansion Kakeknya Edgar. Louna belum pernah kesini. Ia hanya tau jika bangunan mewah dan besar ini adalah kediaman keluarga besar Edgar.
"Ed, aku harus bagaimana nanti ?" Tanya Louna yang tiba-tiba saja merasa gugup.
"Ikuti aku saja. Tidak perlu menjawab jika aku tidak menyuruh..Dan yang paling penting tidak perlu berbuat baik pada semua orang kecuali Kakek". Tegas Edgar.
"Memangnya ada siapa saja ?"
"Nanti kau tau. Pokoknya ingat, jangan bicara sebelum aku menyuruh mu. Nanti aku akan membelikan mu hadiah". Kata Edgar kemudian keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Louna.
Ia menggandeng sebelah tangan Louna. Edgar bisa merasakan jika tangan Louna sangat dingin.
"Tidak perlu gugup begitu. Kita tidak datang untuk meminta restu". Goda Edgar.
"Aku tidak gugup soal itu. Aku takut Kakek mu benar-benar percaya kalau kita membuang bayi. Katanya Kakek mu adalah orang yang menyeramkan". Ucapan Louna membuat Edgar tertawa.
"Menyeramkan dari mana ? Coba nanti kau nilai sendiri".
Edgar masuk saat pintu di buka dari dalam. Pintu kayu yang bermeter-meter tingginya itu menyita perhatian Louna.
'Seperti pintu kerajaan saja'. Gumam Louna.
"Selamat datang, Tuan Muda dan Nona Muda. Tuan besar sudah menunggu di ruang keluarga". Kata seorang pria paruh baya yang merupakan kepala pelayan di mansion ini.
Edgar hanya mengangguk dan menuju ke tempat dimana Kakeknya berada. Seperti dugaan nya, bahwa Kakek nya tidak sendiri. Di sana juga ada Paman dan Bibinya beserta keluarga masing-masing.
"Kenapa banyak orang ?" Bisik Louna yang merasa risih dengan tatapan tajam mereka semua.
"Mereka menyambut anggota baru di keluarga ini". Jawab Edgar dengan asal.
"Kau sudah datang. Duduklah". Kata Kakek yang melihat kedatangan Edgar dan seorang wanita di sebelahnya.
"Kau cinta pertama nya Edgar dulu ya ?" Tanya Kakek pada Louna.
Louna bingung mau menjawab apa. Mana ia tau ia cinta pertama Edgar atau bukan.
"Kakek, jangan bicara yang tidak-tidak". Kata Edgar menatap Kakek nya tidak suka.
"Oh, jadi dia tidak tau". Kakek hanya mengangguk-angguk sambil meminum kopinya.
"Ed, siapa yang kau nikahi ini ?". Tanya Bibi Helena yang sedari tadi menatap tidak suka kearah Louna.
Edgar diam saja. Enggan menjawabnya. Ia malah menyuruh Louna duduk di salah satu sofa.
"Aku datang hanya untuk memberitahu bahwa aku sudah menikah. Aku sudah harus bertanggung jawab dan aku sudah siap mengemban tugas untuk memimpin Rumah Sakit". Kata Edgar tanpa basa-basi.
Semua yang ada disana begitu terkejut. Termasuk Louna. Dalam hati ia mengumpat Edgar yang menjadikannya sebagai alat untuk mendapatkan Rumah Sakit milik keluarga nya.
Tapi Kakek tidak terkejut sama sekali. Diam-diam ia malah tersenyum kecil.
"Baiklah kalau kau sudah merasa mampu. Aku menyerahkan tugas itu padamu". Putus Kakek tidak berlama-lama.
"Dad, apa yang kau katakan ? Edgar masih belum mengerti mengapa malah menyerahkan Rumah Sakit besar itu padanya. Berikan saja dia Rumah Sakit yang kecil saja". Tolak Paman Edgar yang bernama Allan.
"Rumah Sakit itu adalah milik Daddy ku yang dikelola oleh keluarga Abreo. Jika bukan aku yang mengelolanya lalu siapa ?" Tanya Edgar dengan menantang. Ia sudah muak dengan keluarga Ayahnya yang benar-benar berusaha menyingkirkan nya.
"Maksud Paman, Kau masih belum mengerti. Apa tidak sayang jika Rumah Sakit itu tiba-tiba hancur dalam sekejap". Paman Allan tiba-tiba merubah nada bicara nya.
"Terserah. Tapi aku tidak butuh keputusan siapapun. Aku akan mengambil alih Rumah Sakit itu. Dan syarat yang diajukan oleh Kakek sudah ku penuhi. Aku pergi". Kata Edgar mengajak Louna berdiri dan menggandeng tangannya lagi.
Sebenarnya Louna bingung tapi mulutnya terkunci seperti pesan Edgar tadi.
"Ed, kau mau kemana ? Kita belum bicara". Kata Kakek.
"Aku akan mengunjungi Kakek jika sendiri. Maaf, tapi anak dan istriku tidak nyaman berada disini". Jawab Edgar tanpa menoleh.
Ia melangkahkan kakinya keluar dari mansion sang Kakek.
"Ed, jadi kau mau menikah dengan ku karena ingin mengambil alih Rumah Sakit keluarga mu ?" Sungut Louna. Entah mengapa mengetahui kebenaran ini membuat hati sedikit sebal.
"Kalau aku mengatakan aku menikahi mu karena aku mencintaimu, memangnya kau percaya ?" Tanya Edgar menghenti langkah nya.
"Tentu saja tidak kan ?" Edgar berbisik di telinga Louna kemudian mencium pipi Louna sekilas.
"Ayo masuk mobil. Cheri sudah bangun. Sepertinya ia mencari susunya". Edgar membukakan pintu mobil lagi untuk Louna.
Dan Louna menurut saja tanpa protes. Entah mengapa setiap kali Edgar menciumnya, ia merasa terhipnotis.
"Ayo, Cheri kita beli perlengkapan untuk mu dan hadiah untuk Mommy". Kata Edgar melajukan mobilnya.
..
lanjut thor