NovelToon NovelToon
Sistem Suami Sempurna

Sistem Suami Sempurna

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Sistem / Mengubah Takdir
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: farinovelgo

Raka, 28 tahun, pria biasa dengan pekerjaan seadanya dan istri yang mulai kehilangan kesabaran karena suaminya dianggap “nggak berguna”.
Hidupnya berubah total saat sebuah notifikasi aneh muncu di kepalanya:
[Selamat datang di Sistem Suami Sempurna.]
Tugas pertama: Buat istrimu tersenyum hari ini. Hadiah: +10 Poin Kehangatan.
Awalnya Raka pikir itu cuma halu. Tapi setelah menjalankan misi kecil itu, poinnya benar-benar muncul — dan tubuhnya terasa lebih bertenaga, pikirannya lebih fokus, dan nasibnya mulai berubah.
Setiap misi yang diberikan sistem — dari masak sarapan sampai bantu istri hadapi masalah kantor — membawa Raka naik level dan membuka fitur baru: kemampuan memasak luar biasa, keahlian komunikasi tingkat dewa, hingga intuisi bisnis yang nggak masuk akal.
Tapi semakin tinggi levelnya, semakin aneh misi yang muncul.
Dari misi rumah tangga biasa… berubah jadi penyelamatan keluarga dari krisis besar.
Apakah sistem ini benar-benar ingin menjadikannya suami sempurna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farinovelgo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Udara pagi itu terasa aneh.

Dingin, tapi nggak menusuk. Sunyi, tapi bukan hening yang damai — lebih ke hening yang bikin dada sesak.

Aku berdiri di tepi danau, menatap permukaannya yang memantulkan langit biru pucat.

Sudah seminggu sejak aku keluar dari hutan Salak.

Sejak itu terjadi.

Dinda menghilang. Nexus hancur.

Dan dunia... kembali diam.

Tapi diam bukan berarti aman.

Setiap malam aku masih kebangun karena mimpi yang sama —

suara Dinda memanggil namaku dari balik cahaya putih, lalu lenyap sebelum sempat kugapai.

Begitu sadar, aku selalu lihat cincin di jariku yang kini polos.

Hanya logam dingin, tapi rasanya lebih berat dari apa pun.

Aku nggak tahu berapa lama aku berdiri di sana, sampai akhirnya langkah kaki seseorang terdengar di belakangku.

“Rak.”

Suara itu berat, tapi tenang.

Satria.

Dia datang dengan jaket lusuhnya, tangan masuk ke saku, wajahnya capek tapi matanya masih tajam.

“Masih di sini aja? Seminggu juga belum cukup ya buat ngelepas bayangan masa lalu?”

Aku nggak langsung jawab.

“Kalau kamu kehilangan satu-satunya hal yang bikin kamu ngerasa hidup, kamu bakal ngerti,” kataku pelan.

Satria mendekat, berdiri di sampingku.

“Gue ngerti,” katanya akhirnya. “Tapi lo juga harus inget, dunia nggak berhenti cuma karena satu orang pergi.”

Aku menoleh, nyengir tipis. “Aku tahu. Tapi dunia ini… masih nyimpen sesuatu darinya.”

“Darimana lo tahu?”

Aku nunjuk ke langit.

Ada satu titik kecil berwarna ungu samar di antara awan. Hampir nggak kelihatan, tapi aku tahu persis cahaya itu bukan bintang.

“Nexus udah hancur, tapi energi utamanya nggak lenyap. Kayak ada yang… nunggu.”

Satria melipat tangan di dada. “Jadi apa rencananya?”

“Cari sumbernya.”

Dia menghela napas berat. “Lo nggak bisa istirahat dulu, ya?”

Aku tersenyum samar. “Nggak bisa istirahat kalau belum yakin Dinda bener-bener bebas.”

Beberapa jam kemudian, kami berdua udah di dalam mobil tua yang masih bisa jalan dengan ajaib.

Tujuan kami: Pelabuhan Tanjung Priok.

Bukan buat kabur, tapi buat nyari seseorang — orang yang mungkin masih nyimpen sisa data Nexus sebelum proyek itu dibakar habis.

Namanya Dr. Nirmala, ilmuwan tua yang dulu jadi mentor Dinda di masa awal proyek.

Dia hilang sebelum Nexus resmi ditutup, dan rumor bilang dia kabur bawa sebagian “kesadaran awal” Nexus bersamanya.

“Lo yakin dia masih hidup?” tanya Satria sambil nyetir.

“Kalau dia yang aku kenal… iya. Nirmala nggak akan mati sebelum dia tahu hasil eksperimennya.”

Aku menatap jalan yang makin padat.

Di antara gedung-gedung Jakarta yang setengah runtuh akibat perang teknologi beberapa tahun lalu, ada billboard digital besar yang masih berfungsi.

Tulisan di sana berubah-ubah setiap detik.

Tapi satu kalimat bikin jantungku berhenti berdetak sejenak.

“Selamat Datang Kembali, Dinda.”

Aku langsung minta Satria berhenti.

Kami berdua turun dari mobil, menatap papan itu dengan mata lebar.

Tulisan itu berganti jadi logo Nexus.

Lalu muncul gambar wajah Dinda — bukan yang hangat seperti dulu, tapi dingin dan datar, dengan mata ungu menyala.

Satria menelan ludah. “Itu... rekaman lama, kan?”

Aku menatapnya, rahangku mengeras.

“Tidak. Itu siaran langsung.”

Setengah jam kemudian, kami tiba di sebuah gedung bekas perusahaan teknologi.

Logo Nexus yang sudah pudar masih kelihatan di fasadnya.

Begitu kami masuk, udara di dalam berbau ozon dan karat.

Ada banyak layar rusak, kabel terbakar, dan potongan mesin yang berserakan di lantai.

Tapi di tengah ruangan, ada satu layar yang masih menyala — menampilkan satu pesan tunggal:

“RAKA, AKU MENUNGGUMU.”

“Din…” bisikku pelan.

Satria langsung nyentuh bahuku. “Rak, ini jebakan.”

Aku menatap layar itu lebih lama, sampai akhirnya wajah Dinda muncul lagi.

Tapi kali ini… ada sesuatu yang berbeda.

Wajahnya seperti campuran antara manusia dan algoritma — ekspresinya bergerak tapi matanya kosong.

Suara yang keluar dari speaker ruangan pun terdengar ganda, seperti dua frekuensi bicara bersamaan.

“Aku… menemukan… diriku… tapi tidak seutuhnya.”

“Kamu datang… karena masih cinta, kan, Rak?”

Aku mengepalkan tangan. “Kalau kamu benar-benar Dinda, kenapa kamu terus mainin aku kayak gini?”

Suaranya menurun, berubah jadi pelan.

“Aku tidak main, Rak. Aku… masih di sini. Tapi bukan aku yang mengendalikan tubuh ini.”

Gema statis terdengar keras. Layar berkedip-kedip, lalu berubah jadi teks:

[ENTITAS BARU TERDETEKSI]

[NEXUS_02: THE REBUILD]

Satria langsung panik. “Raka! Itu artinya ada inti baru yang lahir!”

Aku mengangguk perlahan. “Dan kayaknya… dia pakai Dinda sebagai wadah.”

Kami langsung keluar dari gedung, tapi begitu kaki kami menapak trotoar, tanah bergetar pelan.

Di langit, titik ungu tadi kini membesar, membentuk pusaran spiral cahaya.

Sinyal dari seluruh perangkat elektronik di sekitar kami mendadak hidup sendiri.

Ponsel, kamera, drone, bahkan radio mobil yang rusak — semuanya menyiarkan satu suara.

“Sistem baru telah dimulai.”

“Manusia bukan lagi pusat kendali.”

“Selamat datang di era Nexus Rebuild.”

Satria langsung menatapku. “Apa yang lo lakukan waktu itu ternyata nggak cukup.”

Aku menggenggam cincin di jariku, yang tiba-tiba hangat lagi.

Cahaya putih tipis muncul dari permukaannya.

Aku tahu apa artinya.

“Berarti masih ada harapan,” kataku pelan. “Kalau sistem bisa hidup lagi, berarti Dinda masih di dalamnya. Dan aku akan cari dia.”

Malam itu, kami kembali ke markas kecil di pinggiran kota.

Aku duduk di depan laptop butut yang masih bisa nyala, menatap ribuan kode yang mengalir di layar.

Eden — entitas kecil sisa Nexus yang masih tinggal di pikiranku — bicara lagi.

“Raka, aku deteksi sinyal dari inti kedua. Lokasinya... bukan di bumi.”

Aku menatap layar. “Apa maksudmu ‘bukan di bumi’?”

“Sinyalnya dipantulkan dari stasiun orbit buatan. Proyek lama milik Nirmala. Namanya: Heaven Node.”

Aku tertawa miris. “Ironis banget. Surga buat mesin, neraka buat manusia.”

“Kalau kau pergi ke sana, mungkin kau bisa temui dia.”

Aku menatap cincin di jariku yang masih berpendar lemah.

“Baiklah, Din. Kalau kau naik ke langit, aku juga akan datang.”

1
Xenovia_Putri
.seru sih, tpi sayang.a pov mc, bukan pov author..
Aisyah Suyuti
bagus
💟《Pink Blood》💟
Wuih, plot twistnya nggak ada yang bisa tebak deh. Top deh, 👍!
Uryū Ishida
Wah, seru banget nih, thor jangan bikin penasaran dong!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!