Alluna seorang gadis yang ceria, bertubuh kecil imut, memasuki sekolah SMU-nya, tanpa di sadarinya dia menjadi sorotan seluruh sekolah akibat dirinya telah di tolong dengan posisi di peluk oleh KETOS yang sangat populer bahkan di idamkan oleh seluruh wanita di sekolah itu.
KETOS yang dingin dan sulit tersentuh itu, tidak pernah berdekatan dengan seorang wanita, bahkan sampai ada yang menggosipkan jika pria ganteng itu adalah seorang Gay.
Bagaimana tidak ... KETOS yang bernama Alaska itu masih mencintai sahabat kecilnya, dan dalam pikirannya selalu terisi oleh sahabatnya itu yang bernama Alluna.
Namun sayang ... Alluna hilang ingatan di kala Alluna telah pergi dari kota yang sama dengan sahabatnya Alaska.
siapa sangka saat kembalinya Alluna ke kota itu, dua orang tuanya yang telah bertemu kembali yang lama telah bersahabat itu. Membuat keputusan tanpa sepengetahuan anaknya yaitu menjodohkan Alluna dan Alaska secara diam-diam.
Bagaimana kisah cintanya? yu saksikan ceitanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Ternyata datangnya Rendra dan Alaska bersamaan dengan Gisel yang tiba di depan Alluna, dan di tangan Gisel telah membawa banyak makanan.
"Sel ... banyak amat," protes Alluna saat di sodorkan keresek itu kepada Alluna.
"Bisa ga habisin makanan sebanyak itu?" canda Gisel dengan senyumnya, karena Gisel merasa ada ketegangan menghampiri muka Alaska dan Rendra.
"Mana bisa, ini bawa lagi, aku makan roti saja," tolak Alluna dengan memberikan satu keresek itu ke tangan Gisel.
"Baiklah terimakasih, ini ambil Ka, dan ini buat Lo Ren," ujar Gisel membagikan makanan sudah seperti membagi sembako.
"Terimakasih," ujar Alaska dan Rendra bersamaan, dan mereka pun spontan saling pandang.
Mereka pun makan bersama di pinggir lapangan itu.
Beberapa jam kemudian ...
Tak terasa waktu telah berlalu dan kini mereka telah waktunya pulang.
Rendra yang merasakan penasaran pun kembali menghampiri Alaska dengan bergegas menuju kelas Alaska.
"Kamu..., ngapain di sini?" tanya Alaska sambil melirik kelas Rendra, merasa khawatir kepada Alluna.
"Kita perlu bicara Ka," ujar Rendra.
"Ya ampun Ren, bisa nanti kali, ga antar pulang dulu Alluna?, ke mana Alluna?," Alaska melirik sana sini mencari Alluna.
"Friska ga ada aku rasa dia aman ka," timpal Rendra.
"Kalau Lo ga anter Alluna, aku yang akan antar," ujar Alaska yang hendak melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.
"Maksud Kaka ..., aku mau di antar pulang olehmu Ka?" tanya Alluna yang kebetulan lewat kelas Alaska dan mendengarkan pembicaraan mereka.
"Iya Lun, aku akan mengantarmu," Alaska menggenggam jemari Alluna.
"Lepas ka, aku ga mau lagi di antar kaka, aku ga mau lagi berurusan dengan kakak," ujar Alluna menghempaskan tangannya yang tengah di pegang Alaska.
Alaska terdiam, merasakan kaget dan nyeri dalam satu waktu atas ucapan Alluna.
"Kamu kenapa Lun?, apa salahku?" ujar Alaska bersedih.
"Kakak tahu aku tadi di jalan ada yang nodong dengan pisau, jika saja aku tidak membela diri dan lolos mungkin wajahku sudah hancur, dan semua karena kita dekat," cecar Alluna, dia berani berkata seperti itu karena melihat isi sekolah yang mulai sepi, dan kini hanya mereka bertiga berada di sana.
Alaska terhenyak kaget atas penjelasan Alluna, dan dia baru menyadari rasa khawatir saat pergi sekolah melihat Alluna itu karena ada hal yang telah mengancam Alluna, Alaska tidak menyangka akan perasaan itu, jika itu sebuah firasat.
"Biar aku yang antar Alluna Ka, ayo Alluna, jangan di teruskan ini di sekolah," ajak Rendra.
"Tunggu ..., aku ingin tahu siapa yang telah mengancammu dan apa yang telah di katakannya Lun?" tanya Alaska.
Alluna pun menarik Rendra untuk berhenti melangkah, lalu melirik ke arah Alaska.
"Saya tidak mengenal pria itu, yang jelas paruh baya, dan dia mengatakan harus menjauhi kakak, jika tidak akan melakukan jauh dari hal itu, bahkan dia nyaris menoleh luka di pipiku ka," ujar Alluna yang sudah tidak tahan merahasiakan semua ini, apalagi melihat sikap Alaska yang terus ingin memaksa mengantar dan lain-lain kepada dirinya.
Membuat Alluna terpaksa mengatakan semua ini, "Sudah ya Ka, aku antar Alluna, lain kali aku jemput kamu Lun, jangan pergi jika aku belum datang," pesan Rendra dengan menggenggam tangan Alluna dan membawa Alluna menuju gerbang sekolah.
Alaska terdiam mematung di tempat, badannya merasa lemas, dan entah siapa lagi yang menganggu Alluna atas kedekatan mereka.
Alaska frustasi dia terduduk lemas di sebuah bangku dekat kelasnya, dengan memijat keningnya yang seketika terasa pusing.
Bersambung ...