Athaya, seorang gadis mungil yang tinggal di pelosok desa. Berlari tunggang langgang kala ketahuan mencuri mangga tetangganya.
"Huuu dasar tua bangka pelit! Minta dikit aja gaboleh!" sungutnya sambil menatap jalanan yang ia tapaki tadi—menjauhi massa penduduk yang mengejarnya.
Athaya adalah gadis desa yang hidup sebatang kara di tengah masyarakat yang menganut budaya nepotisme.
Dimana, mereka lebih memikirkan kerabatnya, daripada orang susah yang ada di sekitarnya. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Athaya untuk bertahan hidup.
Sampai akhirnya, ia mengalami hal di luar nalar saat masuk ke hutan. Ia masuk ke dalam portal misterius dan berakhir masuk ke dalam tubuh seorang selir yang sedang di siksa di tengah aula paviliun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mur Diyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebusukan yang mulai terbongkar
Elise berjalan lemah beriringan dengan Putri Xiao Lu keluar dari akademi kekaisaran. Mereka baru saja menyelesaikan pelajaran pertama mereka.
Wajah Elise berubah muram sedari tadi. Sementara wajah Xiao Lu tampak berseri-seri tanpa ada rasa tegang sedikitpun.
"Kamu kok bisa santai? Padahal tadi materinya sangat menjijikan!" decak Elise menatap Xiao Lu miris.
Xiao Lu yang awalnya senyam-senyum santai pun menoleh. "Kenapa? Bagus kok, memang seharusnya setiap putri itu diberikan pendidikan se*sual sedari belia." jawab Xiao Lu santai.
Mata Elise memicing malas. "Ya tapi tetap sa—"
"Yoo!! Selir Elise bersama siapa ini?"
Elise dan Xiao Lu menoleh bersamaan menatap ke arah Putri Mahkota Elana dan juga dayangnya, Xiao Ye.
"Sama teman lah! Pake nanya!" sungut Elise kesal.
Wajah Elana berubah kesal dengan jawaban Elise. Dulu Elise tidak akan berani menjawab ucapannya. Tapi lihatlah sekarang, gadis itu sangat lantang sekali menjawab pertanyaannya.
"Jaga bicaramu pada Putri Mahkota! Sadar diri kamu cuma selir disini!!" teriak Xiao Ye emosi.
"Lah, perduli amat." sinis Elise lirih.
Elana menatap Elise kesal. Ia mencubit jemarinya sendiri saking kesalnya dengan sikap Elise yang terus melawan.
Ditambah kini Elios terlalu memperdulikan Elise daripada dirinya, itu benar-benar membuatnya kesal setengah mati.
"Jadi kamu istri pertama Pangeran Elios?" Kini Xiao Lu mulai membuka suara.
Elana menatap Xiao Lu dari atas sampai bawah. "Gadis tidak bermoral darimana ini? Sejak kapan seorang wanita boleh memakai pakaian ketat seperti itu?" sinis dayang Xiao Ye berdecak risih.
"Memangnya ada yang salah dengan bajuku?" ucap Xiao Lu balik bertanya. "Dan juga dayangmu yang tidak sopan itu. Apa kau tidak mengajari mulutnya untuk menghormati kasta yang lebih tinggi darinya?" Xiao Ye menegang kala Putri Xiao Lu menatapnya penuh seringai.
"Tentu saja, dia bawahanku. Pasti aku mengajarinya." sela Elana.
"Mengajari? Tapi mulut busuknya seperti tidak pernah mengenyam pendidikan saja." jawab Putri Xiao Lu tersenyum miring. Memainkan kuku jarinya santai.
Elana mengepalkan tangannya kesal. "Sebenarnya ini perempuan asalnya darimana?! Berani-beraninya dia melawan seorang Putri sepertiku!" geram Elana dalam hati.
Begitupun dengan Xiao Ye, ucapan yang keluar dari mulut Xiao Lu benar-benar penuh intimidasi. Membuatnya kesal sekaligus terbungkam tanpa bisa membela diri.
"Ada apa ini?"
Suara Elios dari belakang sontak membuat mereka ber-empat menoleh bersamaan.
Elana tersenyum melihat kehadiran suaminya. Ia langsung berjalan kecil meraih lengan suaminya dan menyenderkan kepalanya manja.
"Suamiku, akhirnya kamu datang juga." ucapnya dengan nada yang mendayu.
Elios sama sekali tak bereaksi. Justru tatapannya terus terfokus pada Elise yang lebih memilih bermain-main dengan bunga taman daripada harus berhadapan dengan dirinya.
Sesekali Elise melirik ke arah Elios malas. "Kenapa natapin aku mulu sih?! Sanalah pergi! Aku malas banget berurusan sama kamu!" usir Elise dari dalam hati.
"Elios, kau lupa aku?"
Suara dari Xiao Lu sontak membuyarkan lamunan Elios yang terus menatap Elise. Lelaki itu sontak mengalihkan pandangannya, menatap teman masa kecilnya dulu-Putri dari sebrang, Xiao Lu.
"Xiao Lu yah?" tanya Elios membulat.
Xiao Lu tersenyum mengangguk. "Syukurlah, kamu ternyata masih mengingatku." jawabnya.
Tanpa sengaja Elios menepis Elana dari lengannya. Berjalan dengan langkah tenang menghampiri Xiao Lu. Membuat Elana berdecak kesal karena dirinya malah dianggurin sedari tadi.
"10 tahun tak pernah bertemu. Kamu benar-benar berubah, Xiao Lu." ucap Elios tersenyum sambil menyalami sahabat kecilnya itu.
"Iyalah, udah 10 tahun Elios. Kau kira aku masih gadis gendut yang hobi minum susu dulu?" jawab Xiao Lu tersenyum kesal.
"Siapa tau masih minum susu." jawab Elios terkekeh.
Elana menatap keduanya penuh emosi. Ia menghentakkan kakinya kesal melihat Elios mengobrol dengan wanita lain selain dirinya sekrab itu.
Sementara Elise menatap keduanya intens. Entahlah, dia sendiri seperti biasa saja melihat mereka berdua mengobrol. Justru ia merasa lega karena akhirnya ia tidak harus berurusan dengan Elios hari ini.
"Setelah menikahi selir, apa dia juga akan menambah istri lagi?!" decaknya dalam hati.
Merasa mendapat lampu hijau untuk kabur. Elise perlahan berjalan selangkah demi selangkah menjauhi mereka. Berbeda dengan Elana yang fokus menatap mereka berdua penuh kekesalan.
"Kabur bisa ini." lirih Elise mencoba untuk mengalihkan diri dari mereka.
Baru saja ia akan berlari. Elios malah memanggilnya. "Kau mau kemana, Elise?" lirih Elios menggeram.
Membuat Elise yang sudah menyiapkan ancang-ancang justru terhenti sebelum misi dimulai.
Mau tak mau ia pun menoleh. Menatap suaminya itu dongkol. "Ke paviliun ku lah, kemana lagi?" jawabnya sinis.
"Apa aku menyuruhmu untuk kembali?" ucap Elios menatapnya dingin.
"Kan kalian lagi mengobrol. Lanjut lah, aku gamau ganggu kalian." ucapnya santai.
Yang justru disalah artikan oleh Elios. "Kau cemburu?" tanyanya.
Rahang Elise menganga mendengar ucapan bodoh yang keluar dari mulut Elios.
Apa tadi dia bilang? Cemburu? Buat?
Elise menggeleng tak habis fikir dengan ucapan Elios. Ia menatap Elios jengah, lalu berbalik dan meninggalkan mereka semua. Tak perduli dengan Elios yang terus memanggilnya.
Xiao Lu menatap intens kepergian Elise. Lalu beralih menatap Elios di depannya. Membuat lelaki itu mengerutkan dahi tak mengerti.
"Kenapa?" tanyanya.
Xiao Lu menggeleng sambil tersenyum tipis. "Ngga papa, cuma untuk menaklukan hati Selirmu itu bukan kaya gitu caranya."
Mendengar itu satu alis Elios menukik. Seolah penasaran dengan cara menaklukkan hati yang Xiao Lu maksud.
"Elios!!" rengek Elana setelah sekian lama ia diam saja.
Elios menoleh, menatap Elana datar. "Apa?"
Dada Elana seperti di tusuk ribuan jarum. "Apa ini? Sejak kapan Elios berbicara sedingin itu padanya?" batinnya meremat ujung dress miliknya kesal.
"Kenapa kamu jadi dingin begini, Elios?" cicit Elana muram.
Elios menghirup nafas panjang. Ia sudah tau semua akal-akalan licik Elana. Bahkan kejahatan istrinya yang ia anggap lugu dan lembut itu, ternyata memiliki sifat bengis dibaliknya.
Setelah menyadari kedekatan Elana dengan ibunya. Elios mulai tanda tanya dengan sikap ibunya yang terlalu membenci Elise. Padahal Elise tidak pernah sedikitpun memiliki masalah dengan permaisuri agung. Namun tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba ibunya membenci Elise tanpa sebab.
Dan setelah di selidiki tuntas, ternyata itu karena ulah Elana yang terus mencuci otak ibunya dengan kesedihan palsu yang selama ini menjadi topeng Elana.
Tak mau berbicara dengan Elana. Elios pun berjalan meninggalkan mereka bertiga. Menyisakan Elana, Xiao Lu dan juga dayang Xiao Ye sendiri di area gerbang akademi kekaisaran.
"Elios! Elioss!!" teriak Elana berharap Elios berhenti dan menoleh ke arahnya.
Namun nihil, Elios sama sekali tak perduli dengan seruannya. Membuat hatinya tercubit kekecewaan yang amat dalam.
Xiao Lu melirik Elana dengan senyum miring di bibirnya. "Sudahi dramamu. Dasar rubah licik." sindir Xiao Lu sontak mencubit hati Elana.
"Apa maksudmu menuduhku seperti itu?!" seru Elana tak terima.
"Ohhh, ngga sadar diri rupanya?" ucap Xiao Lu balik bertanya, dengan mimik wajah yang mengejek.
"Diam kamu! Kau fikir kau siapa hah?!"
"Bukan siapa-siapa memang. Tapi aku tau semua kebusukanmu dibalik sikapmu yang munafik itu." jawab Xiao Lu menyeringai. Membuat tubuh Elana gemetar.
"Jangan-jangan dia tau kelakuanku dibelakang?" batin Elana memucat.