Terpaksa Menikahi Narapidana

Setelah serangkaian acara selesai, Airin pun di bawa ke suatu tempat. Tempat itu akan menjadi tempat tinggal nya sementara. Nyonya Lina tidak membiarkan Airin kembali ke keluarga nya.

Mereka sangat ja-hat dan akan memanfaatkan Airin lagi. Nenek Lina sudah tahu tentang kehidupan Airin dan juga keluarga nya.

Calon mertua nya Airin itu, ternyata sudah menyuruh seseorang untuk mencari tahu tentang kehidupan Airin selama ini.

"Ini dimana?" Tanya Airin saat ia dan Leo tiba di sebuah apartemen mewah.

"Untuk sementara, ini akan menjadi tempat tinggal mu. Semua barang-barang milik mu, sudah ada di sini. Jadi, kamu tak perlu lagi kembali ke rumah itu." Ucap Leo.

Ia berbicara tanpa ekspresi. Padahal jelas sekali jika Airin tadi sempat melihat senyum di wajah seram itu.

"Terima kasih, kalau begitu. Oh ya, apakah aku boleh bertanya?"

"Silahkan."

"Apakah kamu benar-benar narapidana?"

"Iya."

"Terus, kamu benar-benar memperko-sa dan membu-nuh?"

"Nanti kau akan tahu."

"Apa aku tidak bisa tahu sekarang? Bukan kah kita akan segera menikah. Suami istri tak boleh menyimpan rahasia."

Leo yang akan berbalik pergi, kemudian malah kembali dan mendekat ke arah Airin. Pandangan kedua nya kini saling beradu.

Bahkan Airin bisa meraskan deru nafas milik calon suami nya itu. Airin gugup. Ia terdiam dan kesulitan untuk bernafas.

Perlahan tubuh nya berjalan ke belakang hingga terbentur dinding.

"Auh!"

"Sa-kit?"

"Iya."

"Hati-hati. Kamu bukan anak kecil lagi." Setelah mengatakan hal itu, Leo langsung pergi dan meninggalkan Airin dengan wajah kesal nya.

Airin mengira jika Leo akan memberi perhatian karena tubuh nya terbentur. Tapi ternyata, Leo malah mengejek nya.

"Uuuuhh,,, dasar Bang Napi nyebelin!" Ucap Airin.

"Kami bilang apa?" Wajah Leo kembali nongol dari balik pintu. Seperti nya memang ia sengaja tidak pergi dulu.

"Eh, tidak ada."

"Baiklah kalau begitu. Aku pergi."

"Memang nya, kamu mau kemana?"

"Penjara."

Airin langsung diam. Ia tak menanyakan apapun lagi. Entah penjara seperti apa yang menahan Leo..

Ia bisa masuk dan keluar sesuka hati nya. Bahkan, ia tak tampak seperti seorang laki-laki pemer-kosa.

Airin pun menggelengkan kepala nya tanda tak ingin lagi memikirkan hal itu. Ia sudah pasrah dengan semua yang terjadi. Toh, calon Ibu mertua nya sangat lah baik.

Apa lagi yang perlu di pikirkan oleh gadis itu. Daripada nanti ia akan terus di sik-sa di rumah Ayah nya, lebih baik ia menikah dengan Leo.

Airin pun langsung melihat-lihat apartemen mewah itu. Di dalam kamar, semua keperluan Airin tersedia di sana.

Bahkan seluruh barang-barang milik nya yang tersimpan di gudang Ayah nya, di bawa ke sana dan diletakkan di dalam kamar nya.

Tak ada satu pun barang-barang pribadi nya yang tertinggal. Semua nya di bawa ke apartemen itu oleh para pelayan.

Airin pun menatap satu foto yang tergantung di dinding kamar itu. Foto diri nya dan Ibu nya yang sudah lama tak terlihat.Foto itu tampak sudah di bersihkan.

Leo dan keluarga nya, bahkan tahu jika foto itu sangat berharga bagi Airin. Airin menangis dalam diam dan memeluk foto itu erat. Seandainya Ibu nya masih ada, pasti hidup nya tak akan seperti itu.

Airin pun tertidur karena kelelahan. Ia bahkan tak sempat makan. Di dalam mimpi nya, Airin bertemu dengan sang Ibu dan Ibu nya tersenyum dan mengucapkan selamat pada nya.

Setelah itu, Airin pun terbangun. Semua mimpi itu benar-benar sangat nyata. Apalagi Ibu nya yang sudah meninggal itu, memakai pakaian yang sama seperti yang ada di foto.

"Nona sudah bangun?" Ucap seorang pelayan wanita yang masih muda.

"Siapa kamu? Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?" Airin yang baru saja bangun, sedikit terkejut dengan kehadiran wanita itu.

"Maafkan saya, Nona Airin. Saya adalah pelayan yang di bawa Tuan Leo untuk melayani semua kebutuhan anda. Saya masuk lewat pintu dan di bawa langsung oleh Tuan Leo."

"Jadi, tadi ia ada di sini? Saat aku tidur?"

"Iya, Nona."

"Lalu, apa yang ia lakukan pada ku? Jawab jujur?"

"Tidak ada. Tuan hanya menatap Nona ketika tidur lalu tersenyum. Setelah itu, Tuan langsung pergi."

"Apa kamu tidak bohong?"

"Saya tidak berani, Nona."

"Baiklah."

"Nona, saya sudah menyiapkan makan. Nona belum makan sejak tadi."

Airin pun memegang perut nya yang keroncongan. Ternyata ia memang benar-benar sedang lapar.

"Baiklah. Aku akan bersih-bersih dulu baru kemudian makan. Terima kasih."

Pelayan itu pergi dan Airin pun bersiap untuk mandi dan mengganti pakaian nya. Setelah itu, ia pun makan dengan lahap. Hampir semua makanan yang tersedia di sana ia habiskan.

"Apa Nona masih mau pencuci mulut?"

"Boleh."

Pelayan itu pun kembali memberikan makanan pencuci mulut untuk Airin. Airin benar-benar memakan nya dengan lahap.

"Bagaimana, Nona? Apa Nona suka makanan buatan saya?"

"Tentu saja. Semua nya enak-enak. Terima kasih, ya."

"Tak perlu berterima kasih, Nona. Karena semua ini adalah kewajiban saya. Nona memuji saya saja, sudah membuat saya sangat senang." Ucap Pelayan itu.

Bagaimana tidak senang. Jika ia di puji oleh Airin, maka Leo akan memberi nya bonus yang besar. Dan bonus itu pun tidak main-main.

Sebesar itu pengaruh Airin di kehidupan Leo. Oleh karena itu, pelayan itu pun akan di limpahkan keberuntungan yang sangat besar.

******

Di kantor polisi.

"Ayaaaaah.. Ibuuuu. Meta nggak mau di penjara. Tolongin Metaaaaa."

Huuuuuuhuuuuuu

Meta terus saja menangis saat kedua orang tua nya datang. Ia tak sanggup tinggal di dalam sel.

"Sabar, sayang. Sebentar lagi kamu keluar. Hukuman nya tidak akan berat, kok."

"Tapi, aku sudah tidak kuat lagi."

Meta terus saja merengek. Akan tetapi, orang tua nya tidak bisa berbuat apa-apa. Meta harus berada di sana selama beberapa hari, baru lah ia bisa keluar.

"Sayang, sebentar lagi Airin menikah. Pasti kakak mu itu perlu wali. Nanti, kita akan meminta dia melepas mu, supaya Ayah bisa menikah kan nya. Jadi, kamu sabar lah dahulu."

"Benarkah? Baiklah kalau begitu. Aku akan menunggu."