Jodoh itu unik.
Yang selalu diimpikan, tak berujung pernikahan. Yang awalnya tak pernah dipikirkan, justru bersanding di pelaminan.
Lintang Jelita Sutedjo dan Alan Prawira menikah atas dasar perjodohan kedua orang tuanya. Selisih usia 10 tahun tak menghalangi niat dua keluarga untuk menyatukan anak-anak mereka.
Lintang berasal dari keluarga ningrat yang kaya dan terpandang. Sedangkan Alan berprofesi sebagai dokter spesialis anak, berasal dari keluarga biasa bukan ningrat atau konglomerat.
Pernikahan mereka dilakukan sekitar empat bulan sebelum Lintang lulus SMA. Pernikahan itu dilakukan secara tertutup dan hanya keluarga yang tau.
Alan adalah cinta pertama Lintang secara diam-diam. Namun tidak dengan Alan yang mencintai wanita lain.
"Kak Alan, mohon bimbing aku."
"Aku bukan kakakmu, apalagi guru bimbelmu yang harus membimbingmu!" ketus Alan.
"Kak Alan, aku cinta kakak."
"Cintaku bukan kamu!"
"Siapa ??"
Mampukah Lintang membuat Alan mencintainya? Simak kisahnya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 - Pengakuan Lintang
"Suami? Apa maksudmu, Lin? Sejak kapan kalian berdua menikah?" cecar Gendhis dengan nada suara yang terdengar begitu terkejut.
Deg...
Awalnya Lintang terkejut mendengar suara Gendhis yang mengangkat panggilannya ke ponsel Alan. Sekarang justru keadaan berbalik. Gendhis yang terkejut mendengar ucapan yang terlontar dari bibir Lintang.
Cemburu, kecewa, marah menumpuk jadi satu di hatinya hingga tanpa sadar Lintang mengubah panggilan pada Alan yang biasanya 'kakak' menjadi 'suamiku' di sambungan telepon dengan Gendhis.
Tentu saja Lintang keceplosan mengatakan hal itu. Bibirnya refleks berkata perihal status dirinya dengan Alan yang selama ini pernikahan rahasia mereka masih disembunyikan karena berawal dari cinta yang menggebu untuk Alan. Otomatis rasa cemburu mengikuti.
Di alam bawah sadarnya, Lintang ingin menekankan secara tersirat jika Alan adalah suaminya-miliknya. Bukan milik wanita lain apalagi milik wanita yang saat ini sedang berbicara dengannya di sambungan telepon.
Tak dapat dipungkiri Lintang sempat merutuki dalam hatinya atas perkara bibirnya yang keceplosan. Namun rasa cinta dan cemburunya pada Alan jauh lebih tinggi saat ini.
Alhasil Lintang menganggap ya sudahlah. Terlanjur basah, jadi kenapa tidak mandi sekalian. Kepalang tanggung.
Urusan Alan marah padanya nanti, itu bisa dipikir nanti belakangan.
"Aku dan Kak Alan sudah menikah," ucap Lintang yang akhirnya memilih untuk jujur pada Gendhis.
Lintang berharap dengan kejujurannya tersebut, Gendhis bisa menjaga jarak dengan Alan. Bila perlu pergi yang jauh dari hidup suaminya.
"Kapan?"
"Belum lama," jawab Lintang singkat.
"Kenapa kalian tidak mengundangku? Apa kamu sudah tak menganggap ku kerabat?"
"Maaf, Mbak. Perihal siapa saja tamu undangan pernikahan kami, papi-mami serta keluarga Kak Alan yang mengurusnya. Aku tak ikut campur," jawab Lintang apa adanya.
Faktanya, segala te_tek be_ngek urusan pernikahan mereka dari A sampai Z memang ditangani oleh kedua orang tua Lintang dan Mama Dian.
Gendhis terdiam sejenak usai mendengar jawaban Lintang. Ia menghela nafas beratnya.
Sejujurnya Gendhis sedih. Namun bukan karena Alan telah menikah dengan Lintang. Hanya saja ada dua hal yang membuatnya sedih mendengar kabar bahagia tersebut.
Pertama. Ia tak bisa hadir di pernikahan sahabat terbaiknya tersebut yang ternyata berjodoh dengan Lintang.
Kedua. Gendhis sedih karena hubungan kekerabatan antara keluarga Sutedjo dengan Hadijoyo kurang harmonis cukup lama. Bahkan cenderung saling menjauhi. Jika bertemu di pesta yang sama pun dua keluarga ini sangat jarang untuk saling menyapa.
Semua ini karena imbas perkara di masa lalu.
Ibu kandung Gendhis bernama Maya ketika muda pernah berpacaran cukup lama dengan adik kandung Papi Aryo yang bernama Reza Sutedjo.
Bahkan segala biaya kuliah dan hidup Maya sepenuhnya ditanggung oleh Reza. Maya berasal dari keluarga sangat sederhana alias miskin, namun berprestasi di sekolah.
Setelah lulus kuliah, Maya dan Reza sepakat untuk menikah. Namun sayang rencana itu hanyalah sebuah rencana yang pada akhirnya tak bisa terealisasi.
Ibu kandung Gendhis berselingkuh dengan seorang pria bernama Dotok Hadijoyo. Keduanya berkenalan ketika Reza membawa Maya ke sebuah pesta keluarga besar.
Dotok masih punya hubungan kerabat dengan Reza. Namun dari segi usia tentu jauh berbeda. Maya dan Reza sebaya. Sedangkan usia Dotok sepuluh tahun lebih tua dari mereka berdua.
Dari perselingkuhan itu, Maya hamil di luar nikah. Ya, Gendhis adalah anak di luar pernikahan.
Reza sekaligus keluarga Sutedjo tentu marah sekaligus kecewa berat mengetahui perselingkuhan tersebut. Padahal hari pernikahan antara Reza dan Maya sudah di depan mata.
Semua keluarga besar sudah mengetahui kabar tanggal pernikahan Reza dengan Maya via W A G keluarga Sutedjo. Walaupun undangan fisik belum dicetak.
Dotok akhirnya menikah dengan Maya yang sudah terlanjur hamil. Reza yang kepalang sakit hati dan didera rasa malu karena terlanjur menyebarkan rencana pernikahannya dengan Maya pada teman dan rekan kerjanya di kantor, akhirnya mengambil jalan pintas. Bu_nuh diri.
Akan tetapi, hidup Maya juga tak selamanya bahagia bersama Dotok. Ketika Gendhis berusia sepuluh tahun, Dotok melakukan poligami karena membuat wanita lain hamil.
Maya mau tak mau menerima kehidupan berpoligami. Ia tak ingin Gendhis kekurangan untuk biaya sekolah dan hidupnya sehari-hari.
Terlebih Maya tidak pernah bekerja. Ia hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Keuangan rumah tangga sepenuhnya dipegang oleh Dotok.
Alan sama sekali tak tau liku-liku kehidupan keluarga Gendhis tersebut. Dikarenakan sahabatnya itu tak pernah bercerita apapun perkara pribadi kedua orang tuanya, poligami, dan masa lalu keluarga.
Setahun sebelum Gendhis menikah dengan Galih, Dotok meninggal dunia. Harta warisan sang ayah pun harus dibagi. Gendhis dan ibunya hanya mendapat secuil saja.
Dikarenakan sejak sang ayah menikah lagi, harta dipegang penuh oleh istri kedua. Pada pernikahan kedua sang ayah, menghasilkan dua anak yang semuanya berjenis kela_min laki-laki. Otomatis jatah mereka jauh lebih banyak daripada Gendhis.
Banyak orang mengatakan, bisa jadi inilah karma alias hukum tabur tuai yang mau tak mau harus diterima oleh Maya dan Gendhis. Walaupun Gendhis tak berdosa sama sekali di masa lalu kedua orang tuanya. Namun, ia tetap terkena imbasnya.
☘️☘️
"Maaf, Lin. Kamu jangan salah paham dulu. Alan sedang ke toilet katanya perutnya sakit. Tadi, aku dengar ponsel Alan yang ada di atas meja berdering beberapa kali. Aku pikir ada hal penting. Jadinya aku angkat,"
Ponsel Alan memang tak diberi kode atau sandi apapun. Jadi siapapun memang bisa membukanya jika sedang tak dipegang oleh sang empunya ponsel.
Walaupun begitu selama ini Lintang tak pernah membuka ponsel milik suaminya itu jika Alan tak mengizinkannya. Bahkan pernah ada pesan atau telepon masuk ke ponsel suaminya ketika Alan sedang mandi, Lintang tak pernah mau mengangkatnya.
Lintang takut Alan marah. Lintang takut Alan menganggap dirinya telah lancang jika menyentuh ponsel pribadi suaminya itu. Lintang takut Alan menuduhnya sebagai istri yang tak percaya dengan suami. Semua Lintang lakukan sesuai nasehat ibunya.
"Ponsel pribadi siapapun adalah hal yang sangat pribadi dan sensitif. Jika pemiliknya belum mengizinkan, adek tak boleh menyentuhnya apalagi mengutak-atik isi di dalamnya."
"Termasuk ponsel milik suami sendiri?"
"Ya," jawab Mami Sinta. "Kecuali suamimu telah memberi lampu hijau maka adek boleh membukanya. Jangan terlalu mengekang suami ini-itu. Karena sesuatu yang terlalu dipegang erat dengan kencang, dia akan sesak dan memberontak pergi. Adek mengerti?"
Lintang menganggukkan kepalanya tanda ia mengerti akan segala nasehat ibunya kala itu.
"Mbak Gendhis sekarang ada di mana?"
"Aku lagi di rumah,"
"Kok kedengarannya agak ramai. Memangnya lagi ada acara di sana?" tanya Lintang yang mendadak baru sadar telinganya mendengar kebisingan di tempat Gendhis, tapi bukan suara sound ho_reg yang banyak viral di mana-mana.
"Hari ini acara syukuran empat bulanan kehamilanku yang sengaja aku gabungin bareng ulang tahunku," jawab Gendhis.
Deg...
"Kenapa kakak enggak bilang kalau diundang Mbak Gendhis ke rumahnya? Kenapa kakak malah datang sendirian dan enggak ngajak aku?" batin Lintang mendadak sendu.
Bersambung...
🍁🍁🍁
gemes sm si lintang jdnya