NovelToon NovelToon
The Great General'S Obsession

The Great General'S Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Obsesi / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Sungoesdown

Wen Yuer dikirim sebagai alat barter politik, anak jenderal kekaisaran yang diserahkan untuk meredam amarah iblis perang. Tetapi Yuer bukan gadis biasa. Di balik sikap tenangnya, ia menyimpan luka, keberanian, harga diri, dan keteguhan yang perlahan menarik perhatian Qi Zeyan.

Tapi di balik dinginnya mata Zeyan, tersembunyi badai yang lambat laun tertarik pada kelembutan Yuer hingga berubah menjadi obsesi.

Ia memanggilnya ke kamarnya, memperlakukannya seolah miliknya, dan melindunginya dengan cara yang membuat Yuer bertanya-tanya. Ini cinta, atau hanya bentuk lain dari penguasaan?

Namun di balik dinding benteng yang dingin, musuh mengintai. Dan perlahan, Yuer menyadari bahwa ia bukan hanya kunci dalam hati seorang jenderal, tapi juga pion di medan perang kekuasaan.

Dia ingin lari. Tapi bagaimana jika yang ingin ia hindari adalah perasaannya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sungoesdown, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Taman Terlarang

Langit mulai memudar saat Qi Zeyan menunggang kudanya melewati gerbang luar benteng. Warna senja belum sepenuhnya tenggelam, tapi bayangannya sudah berubah kelam. Merah-oranye di ufuk barat menyerupai luka yang mengering dan di bawahnya, wajah Zeyan seperti bayangan dari luka itu.

Ia turun dari kudanya tanpa menunggu bantuan. Gerakannya cepat, tajam, penuh tekanan seperti mata pisau. Para penjaga yang melihatnya hanya memberi hormat singkat sebelum buru-buru menunduk dan menyingkir. Tak satu pun dari mereka cukup bodoh untuk mengucapkan sepatah kata pun ketika raut tajam itu lewat.

Qi Zeyan baru saja kembali dari pertemuan politik di luar benteng, apapun itu pasti tidak berjalan lancar. Sekarang, saat kembali ke wilayah kekuasaannya sendiri, ia tidam ingin siapapun mengganggunya. Tapi bahkan kesunyian di bentengnya pun terasa tidak cukup untuk meredakan amarah yang mengendap.

Di kejauhan, Han Zichen berdiri di sisi tangga utama, tampak hendak menyampaikan sesuatu. Namun saat melihat wajah Zeyan yang gelap, ia hanya mengangguk sopan dan melangkah mundur tanpa suara.

Beberapa langkah di belakang, Mingyue berdiri, memeluk lengan Wen Yuer dengan wajah murung.

"Ku beri tahu kau Wen Yuer, itu adalah wajah 'jangan dekati aku' yang artinya dia tidak menerima sapaan, laporan, keluhan, atau apapun." bisik Mingyue pelan, sambil menoleh ke arah Yuer. "Lihat cara jalannya? Itu berarti dia menahan amarah. Kalau aku bicara, dia cuma akan mendengus. Kalau orang lain bicara, bisa dipenggal."

Yuer mengangkat wajahnya, menatap sosok Qi Zeyan yang melangkah melintasi halaman batu dengan aura dingin yang menggulung. Jubah hitamnya melambai, sepatu botnya bergema berat di atas tanah, dan wajahnya nyaris tidak menunjukkan ekspresi manusiawi.

Jika Qi Zeyan yang biasanya dingin seperti udara dingin benteng ini, maka Qi Zeyan saat ini seperti awan gelap sebelum badai.

"Sesuatu pasti tidak berjalan sesuai kemauannya atau seseorang bertindak diluar batas," lanjut Mingyue pelan, berusaha menurunkan suara meski jelas takut. "Aku benar-benar ingin mendekatinya saat dia seperti ini, tapi dia bahkan tidak mengizinkanku."

Yuer tidak menjawab. Pada awalnya matanya mengikuti Zeyan, namun kini sepasang matanya tertumbuk pada sesuatu di kejauhan. Tepat di antara pilar besar lorong selatan, ke arah taman belakang yang sebagian besar tidak boleh dimasuki oleh siapapun kecuali Qi Zeyan—ia melihat sesuatu.

Bukan bayangan. Bukan khayalan. Tapi sosok perempuan berpendar cahaya berwarna hijau yang berdiri tenang dalam balutan pakaian lembut. Tidak seperti prajurit. Tidak seperti pelayan.

Sosok itu berdiri dengan tenang, wajahnya tidak tampak jelas karena cahaya senja memudar di belakangnya. Tapi dari sikap tubuhnya, Yuer tahu bahwa wanita itu melihatnya.

Ia bahkan merasa sosok itu menatapnya.

Wanita itu memutar tubuhnya perlahan. Gaunnya menyentuh tanah seperti kabut. Lalu ia melangkah ke arah taman belakang.

"Kau melihat itu?" bisik Yuer.

Mingyue menoleh, bingung. "Melihat apa?"

Yuer mengerutkan kening. Kemudian ia pura-pura menguap kecil.

"Ah tidak. Kalau begitu aku ke kamar, ya," ucap Wen Yuer pelan, tersenyum pada Mingyue dan mengangguk sopan pada Zichen sebelum berbalik dan melangkah pergi, bayangan tubuhnya perlahan menghilang di balik koridor.

Mingyue tampak hendak membuka mulut dan hendak menyusul. Namun sebelum satu kata pun sempat terucap, tangan seseorang mencengkeram lembut pergelangan tangannya.

Ia menoleh.

Zichen berdiri di sampingnya, menatapnya dalam diam sejenak sebelum akhirnya berkata, dengan suara lebih rendah dari biasanya, "Boleh kita bicara sebentar?"

Mingyue terdiam beberapa saat. Hanya berdiri begitu saja, membiarkan genggaman Zichen tetap di sana—cukup erat untuk terasa, tapi tak menyakitkan. Mereka hanya saling menatap dan Mingyue tidak menolak maupun mengangguk—melainkan satu kalimat terucap membuat tatapan Zichen goyah.

"Apa pada akhirnya kau merindukanku, Han Zichen?"

...

Yuer tidak kembali ke kamarnya, itu tipuan. Saat yakin tak ada seorangpun yang melihat, ia berbalik arah diam-diam. Langkahnya ringan, menyusuri lorong belakang benteng dengan ketepatan yang membuatnya seolah mengenal tempat itu.

"Aku memang buta arah, tapi instingku tajam." Gumamnya.

Ia melintasi dapur lama yang jarang dipakai, lalu mencapai sisi dinding yang sedikit lebih rendah di taman belakang sebagai pembatas bagian taman terlarang milik Qi Zeyan.

Yuer hanya berdiri disana, menimbang. Perempuan itu tidak muncul lagi dan masuk kesana mungkin sangat beresiko disaat semua orang tidak ada yang berani.

"Kalau dia muncul lagi aku akan ma–" Kalimatnya terhenti kala ia melihat sosok wanita berpendar hijau itu melayang di atas taman terlarang itu.

Sosok wanita itu tersenyum ke arahnya. Wen Yuer segera mengatupkan bibirnya dan menarik roknya sedikit ke atas untuk memanjat dinding.

"Kalau aku mati setelah ini, setidaknya aku tidak mati penasaran."

Gaunnya tersangkut sebentar, tapi ia membebaskannya dengan cepat.

Wen Yuer mendarat dengan lancar dan menatap sekeliling. Taman itu sepi. Jalan berbatu tertutup daun. Pohon-pohon tinggi berjajar seperti penjaga yang tertidur. Suasana di sini berbeda. Udara lebih lembap, lebih berat. Ada aroma bunga yang tidak tumbuh di bagian lain benteng.

Yuer melangkah masuk.

Ia mengikuti jalur yang dilalui sosok itu sampai sosok itu berhenti di dekat kolam bundar yang airnya jernih dan memantulkan warna hijau dari pohon-pohon di sekitar.

Lalu ia melihatnya.

Zeyan.

Berdiri membelakangi bangunan tua, mengenakan jubah hitam, rambut sebagian terikat, sebagian jatuh di bahunya. Bahunya tegang. Kepalan tangannya jelas menggambarkan amarah yang belum reda.

Tapi kemudian dia berbalik dan membeku. Wen Yuer tidak memiliki kesempatan untuk bersembunyi dan sepasang mata mereka bertumbuk.

"Kau?" suaranya seperti semburan api.

Tubuh Yuer menegang tetapi berusaha tetap berdiri di kakinya, matanya tetap memandang Zeyan.

"Apa mereka tidak memberitahumu untuk tidak masuk kesini?!" ucap Zeyan tajam.

Yuer menunduk sedikit. “Aku tidak—”

"Siapa yang memberimu izin untuk memasuki tempatku?!" bentaknya.

Langkah beratnya menghentak batu. Ia melangkah sampai dia berdiri di hadapan Yuer, matanya membara.

"Apa kau pikir tempat ini milikmu? Hanya karena aku... hanya karena aku membiarkanmu berkeliaran dengan bebas, bukan berarti kau bisa seenaknya masuk ke wilayahku!"

Yuer terdiam. Rahangnya mengencang. Tapi ia tidak menunduk.

Zeyan menatapnya, napasnya memburu. "Apa kau pikir aku akan terus membiarkan ini? Kau—"

"Aku tidak datang untuk mengusikmu," potong Yuer, suaranya mulai naik. "Aku tahu ini terdengar seperti bualan, tapi aku tahu langkahku bukan karena alasan konyol."

"Oh? Jadi masuk tanpa izin itu bukan konyol? Kau pikir aku bodoh?"

"Tidak!" Yuer kini berdiri lebih tegak, berusaha menahan tubuhnya sendiri. "Aku… aku hanya mengikuti seseorang!"

Wen Yuer merutuk dirinya dalam hati.

Zeyan mencengkeram lengannya. "Seseorang? Di tempat ini?! Ku sarankan kau pikirkan alasanmu yang tetap tidak akan menyelamatkanmu dariku, Wen Yuer."

Yuer menatap balik. Mata mereka bertabrakan. Dentuman diam di antara keduanya.

Zeyan belum pernah melihatnya seperti ini. Bukan hanya keras kepala. Tapi tidak takut.

"Aku sungguh minta maaf," kata Yuer akhirnya.

Zeyan melepaskan lengannya dengan gerakan kasar.

"Keluar. Sekarang juga. Sebelum aku benar-benar kehilangan kesabaran."

Yuer menatapnya. Lalu berbalik.

Tapi bukan ke arah tempat dia masuk.

Ia berjalan melewati jalur utama, dan membuka pintu utama wilayah larangan—yang dijaga oleh seorang pria tua. Pria tua itu tertegun, keheranan mengapa Wen Yuer bisa keluar dari sana. Beberapa prajurit yang berjaga dari kejauhan juga membeku dan berbisik melihatnya.

...

Di atas batu datar yang biasa menjadi tempat duduknya, Wen Yuer duduk memeluk lutut, pandangannya kosong menatap air kolam.

Langkah pelan terdengar di belakang. Han Lin muncul tanpa suara, membawa keheningan bersamanya. Ia berhenti di samping batu itu, lalu duduk di batu lain yang agak jauh, menjaga jarak sopan.

"Aku melihatmu keluar dari taman terlarang."

Yuer tidak langsung menjawab. Ia tetap menatap kolam, sebelum akhirnya berkata pelan, "Dan yang kau lihat itu benar"

Han Lin menggeleng pelan. "Aku penasaran, bagaimana kau bisa masuk?"

Yuer menggigit bibirnya. Ia ragu sejenak, lalu mengembuskan napas. "Aku masuk ke sana lewat dinding samping, hanya pintu masuk yang dijaga oleh pama tua itu kan..."

Han Lin terkekeh, "Kau benar, Zeyan hanya mempercayai Paman Li untuk menjaga dan merawat taman terlarangnya, tidak dijaga ketat pun orang-orang tidak berani meski hanya sekedar mendekat."

"Aku tau aku terlalu nekat,"

Han Lin menoleh. "Pasti ada alasannya, kan?"

Wen Yuer ragu untuk sejenak tapi kemudian mengangguk, "aku mengikuti seseorang."

Han Lin terdiam, menunggu Yuer dengan sabar.

"Itu..." lanjut Yuer, suaranya rendah. "Sosok wanita. Tapi... dia seperti bukan manusia. Seperti cahaya yang membentuk tubuh. Aku tidak tahu kenapa aku mengikutinya. Tapi dia menoleh padaku, seolah meminta aku datang."

Han Lin terdiam.

"Aku tahu kedengarannya aneh," Yuer cepat berkata, kali ini menatapnya, "Aku tidak mengharapkan kau percaya. Tapi aku tahu apa yang kulihat."

Han Lin menahan tatapannya beberapa saat, sebelum akhirnya berkata, "Aku tidak melihatmu sebagai orang yang mudah berhalusinasi."

Yuer tersenyum kecil, pahit. "Aku juga tidak."

Keheningan turun sejenak sebelum Yuer melanjutkan, nadanya lebih lembut, lebih tulus. "Aku hanya ingin kau berjanji untuk tidak mengatakan ini pada siapa pun. Bahkan pada Panglima."

Han Lin mengangguk mantap. "Baik."

Yuer menunduk sedikit, lega. "Terima kasih."

Han Lin lalu terkekeh ringan, dan tanpa berpikir, tangannya terangkat untuk menepuk kepala Yuer dengan gerakan ringan, tulus, bukan romantis.

"Melihatmu disini seperti ini, pasti Qi Zeyan memarahimu. Kau tidak bisa mengharapkan Qi Zeyan akan bersikap lembut pada siapa pun yang masuk ke tempat yang bahkan orang terdekatnya pun tidak berani masuk."

Yuer mengangkat kepala, matanya sedikit menyipit. "Bahkan kau dan Zichen pun tidak?"

Han Lin menggeleng. "Tidak."

"Mingyue?"

"Dia juga tidak pernah melangkah masuk." Han Lin menjawab mantap.

Yuer perlahan memutar wajahnya, mengingat raut Mingyue yang terlihat ngeri saat Zeyan lewat menuju taman itu.

"Ada cerita lama," Han Lin berkata, "tentang seorang prajurit yang penasaran dan menyelinap ke taman itu. Hari berikutnya... kepalanya tergantung di gerbang barat."

Yuer diam. Ia menatap air kolam dengan pandangan tak terbaca. hanya diam bersamanya, membiarkan ketenangan sore menelan kata-kata mereka.

1
lunaa
lucu!!
lunaa
he indirectly confessing to herr 😆🙈
lunaa
gak expect tebakan yang kupikir salah itu benar 😭
lunaa
yuerr lucu bangett
lunaa
damn zeyan, yuer juga terdiam dengarnya
Arix Zhufa
baca nya maraton kak
Arix Zhufa
semangat thor
Arix Zhufa
ehemmmm
lunaa
itu termasuk dirimu zeyan, jangann nyakitin yuerr
Arix Zhufa
mulai bucin nich
Arix Zhufa
cerita nya menarik
Arix Zhufa
Alur nya pelan tapi mudah dimengerti
susunan kata nya bagus
Sungoesdown: Makasih kak udah mampir🥰
total 1 replies
Arix Zhufa
mantab
Arix Zhufa
Thor aku mampir...semoga tidak hiatus. Cerita nya awal nya udah seru
Sungoesdown: Huhuuu aku usahain update setiap hari kak🥺
total 1 replies
lunaa
liat ibunya jinhwa, pasti yuer kangen sama ibunya 😓
lunaa
then say sorry to herr 😓
lunaa
suka banget chapter inii ✨🤍 semangat ya authorr 💪🏻
Sungoesdown: Makasih yaa🥰
total 1 replies
lunaa
yuer kamu mau emangnyaa 😭🤣
lunaa
dia mulai... jatuh cinta 🙈
lunaa
menunggu balasan cinta yuer? wkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!