Valentine Lee mengalami malam terburuk dalam hidupnya. Ia diperkos4 oleh pria yang mencintainya selama ini, lalu mendapati tunangannya berselingkuh. Dalam kepedihan itu, ia mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya.
Saat sadar, seorang pria tampan dan berkuasa bernama Vincent Zhao mengaku sebagai tunangannya dan membawanya pulang untuk tinggal bersamanya.
Namun ketika ingatannya pulih, Valentine akhirnya mengetahui siapa Vincent Zhao sebenarnya. Akankah ia memilih Vincent yang selalu melindunginya, atau kembali pada tunangan lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Keesokan harinya.
Toko gaun pengantin.
Ruangan luas dengan lampu kristal bergemerlap itu dipenuhi cermin-cermin besar yang memantulkan bayangan indah setiap calon pengantin. Deretan gaun putih berjajar rapi di sisi kanan, sementara setelan jas pria digantung elegan di sisi lainnya.
Vincent keluar dari ruang ganti dengan jas putih gading yang pas di tubuh bidangnya, bahannya berkilau halus di bawah cahaya lampu. Dasi kupu-kupu hitam di lehernya menambah kesan tegas dan berwibawa. Tatapannya dalam, dan setiap langkahnya penuh percaya diri—sosok seorang pria yang siap mengikat janji.
Tak lama, tirai ruang pas dikhususkan untuk pengantin wanita perlahan terbuka. Valentine melangkah keluar dengan sedikit gugup, namun begitu anggun.
Ia mengenakan gaun pengantin model ball gown berwarna putih mutiara, dengan korset berpayet kristal halus yang berkilauan setiap kali ia bergerak. Bagian rok mengembang indah, bertumpuk dengan tulle tipis yang membuatnya tampak bak seorang putri. Lengan gaun berpotongan off-shoulder, memperlihatkan bahu jenjangnya yang halus. Sementara veil tipis sepanjang lantai jatuh lembut dari kepalanya, dihiasi bordiran renda perak di bagian ujung.
Valentine memegang sedikit sisi roknya agar tidak tersandung, wajahnya memerah karena gugup, namun matanya berbinar penuh harapan.
Vincent menoleh, dan seketika langkahnya terhenti.
Matanya membesar, lalu menatap wanita itu dengan intens.
“Valentine…” bisiknya, suaranya sedikit parau. “Kau terlihat… terlalu cantik untuk nyata.”
Valentine menunduk, tersenyum malu.
“Kau hanya berlebihan. Aku… aku bahkan merasa kaku memakai gaun sebesar ini.”
Vincent tersenyum tipis, kemudian perlahan menghampiri. Ia berdiri tepat di depannya, menatap wajah Valentine dari jarak begitu dekat.
“Tapi bagi mataku, kau adalah pengantin tercantik yang pernah ada. Bahkan jika ada seribu gaun lain di dunia ini, gaun ini hanya akan bersinar karena dipakai olehmu.”
Valentine terdiam, hatinya berdegup cepat.
“Jangan bicara seperti itu… nanti aku benar-benar percaya, dan aku takut tak ingin melepas gaun ini lagi.”
Vincent menunduk sedikit, menatap matanya lebih dalam, lalu berbisik lirih,
“Kalau begitu, jangan pernah lepaskan. Karena mulai hari ini, aku ingin kau hanya jadi milikku.”
Valentine tersipu, matanya berair karena rasa haru yang tak bisa ia bendung.
Vincent mengecup lembut dahi calon istrinya dengan senyum hangat yang jarang sekali terlihat di wajah dinginnya.
“Aku tidak sabar menjadikanmu istriku, Valentine… dan bersamamu sampai kita menua bersama,” batin Vincent, tatapannya penuh cinta dan janji yang tulus.
Di luar momen indah itu, persiapan pernikahan mereka sudah semakin matang. Kartu undangan telah tersebar ke kerabat terdekat, bahkan berita mengenai pernikahan Vincent Zhao—Direktur Utama perusahaan Zhao Group—dengan Valentine sudah ramai dibicarakan kalangan elite. Berita itu pun akhirnya sampai ke telinga keluarga Valentine.
Di ruang tamu keluarga Valentine, suasana tegang terasa. Sandra, sang ibu angkat, duduk dengan wajah masam, sementara Arnold dan Katty tampak gelisah.
“Ma,” kata Arnold dengan nada tidak puas, “Valentine benar-benar akan menikah. Apakah Vincent tidak berniat membayar kita sebagai ganti rugi? Bukankah selama ini dia hidup di keluarga kita?”
Sandra mengetukkan jarinya di meja, ekspresi matanya penuh perhitungan.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Valentine dibesarkan dengan susah payah di keluarga ini. Vincent tidak bisa begitu saja membawanya pergi tanpa memberikan imbalan. Dia harus membayar.”
Katty yang duduk di samping langsung menimpali, suaranya penuh kelicikan.
“Kalau Vincent tidak mau membayar, bagaimana kalau kita mendatangi Valentine saja? Dia sudah lama tinggal bersama Vincent. Tidak mungkin Vincent tidak memberinya uang. Kalau Valentine berani menolak… kita bisa mempermalukannya di depan publik. Bayangkan saja—calon istri direktur utama Zhao, tapi tidak sanggup memberi uang untuk keluarga sendiri.”
Sandra tersenyum tipis, tatapannya berkilat puas.
“Sepertinya saranmu ini sangat bagus, Katty. Kita bisa menggunakannya untuk menekan Valentine. Pada akhirnya… dia tidak akan punya pilihan selain menyerahkan uangnya.”