Istriku Canduku(Pengantin Pengganti

Ketegangan masih menyelimuti ruang tamu keluarga Faizal. Pria paru baya itu masih menatap tajam pria yang beberapa menit lalu mengucapkan akan melamar putri sulungnya.

Mirna sesekali mengusap bahu suaminya berharap sang suami bisa meredakan emosinya dan berbicara baik-baik pada kedua orang yang tengah menunduk itu.

Rasa tidak tega seorang Ibu pada anak gadisnya kini tengah melingkupi perasaan Mirna. Wanita itu tidak tega melihat anak gadisnya tertunduk sedih di hadapan Ayahnya.

"Memangnya kamu memiliki apa untuk membahagiakan Putri saya? Apa kamu bisa menjamin jika hidup putri saya kedepannya akan bahagia bersamamu?" Tanya Faizal lagi yang kali ini nada suaranya sudah tidak setinggi tadi. Namun masih terkesan ketus.

Valdo mengangkat kepalanya memandang calon mertuanya itu. "Saya berjanji akan membahagiakan Dira! Saya pastikan Dira tidak akan kekurangan materi hidup bersama saya!" Ucap Valdo sombong.

Mirna yang mendengar ucapan Valdo itu pun melebarkan bola matanya. Namun segera menunduk kala tatapan sang suami mengintimidasinya.

"Kelihatannya dia cukup beduit, sesuai kriteria menantu idaman!" Batin Mirna

"Bahagia dalam rumah tangga itu tidak melulu tentang materi. Tetapi cinta, kasih sayang yang utuh dan tidak terbagi. Apa kamu bisa memberikan itu semua pada Putri saya?" Ucap Faizal lagi yang tidak mengalihkan tatapannya dari Valdo.

Sementara Valdo dan Dira kompak menelan ludah saat mendengar kalimat yang di ucapkan Faizal itu.

Valdo terdiam untuk beberapa saat. Pria itu tengah mengumpulkan segala keyakinannya jika dirinya akan menjadikan Dira satu-satunya yang dia prioritaskan.

"Kenapa tidak menjawab? Apa kamu tidak sanggup menjaga cintamu hanya untuk Dira?"

"Saya sanggup, saya sanggup dan berjanji akan menjadikan Dira istri saya satu-satunya!" Sahut Valdo yang sukses membuat Dira menoleh kuat padanya.

"Apa maksud Valdo berkata seperti itu? Apakah...apakah dia akan menceraikan istrinya?" Batin Dira bersorak!

*

*

Raya menendang-nendang ombak kecil yang menerpa kakinya yang telanjang. Tertawa-tawa saat air laut itu kembali menerpa kakinya.

"Kak, pengen naik Jet sky..!" Pekik Raya saat melihat beberapa orang tengah asik balapan Jet sky.

"Tapi kita nggak bawa baju salin, ya...sayang banget!" Ucapnya lagi saat menyadari jika dirinya dan Bian ke pantai tidak membawa pakaian salin sebab niatnya hanya jalan-jalan saja.

Mendengar ucapan Raya Bian menatap beberapa orang yang tengah bermain Jet sky. Sepertinya istrinya itu ingin sekali membawa motor besar itu. Bian jadi tidak tega sebab tadi saat berangkat dari rumah tidak mengabulkan keinginan Raya yang ingin membawa motor CBR miliknya.

Bukan apa-apa, Abian berulang kali menatap tubuh mungil istrinya dan body motornya yang lebih besar body motor daripada istrinya yang mungil itu. Karenanya Abian tidak mengizinkan karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

"Kamu mau naik Jet sky?" Tanya Bian pada akhirnya.

"Mau...mau bawa Jet sky sendiri seperti mereka!" Jawab Raya manja sambil menunjuk beberapa orang yang tengah asik balapan Jet sky.

"Tapi kita nggak bawa pakaian salin!" Ucapnya lagi dengan raut wajah sedih.

"Yuk, kita naik Jet sky!" Abian langsung menarik tangan Raya dan mengajaknya ke tempat dimana penyewaan Jet sky berada.

"Sini ponselmu biar di titip disini saja!" Bian menadahkan tangannya meminta ponsel Raya yang ada di dalam kantongnya. Raya pun memberikannya tanpa banyak bertanya. Gadis itu tengah menatap deretan Jet sky dengan mata berbinar-binar.

"Ayo! Mau Jet sky yang mana?" Tanya Bian menyuruh Raya memilih warna Jet sky yang di inginkannya.

"Aku mau warna hitam silver itu kak!" Tunjuknya girang sekali akhirnya bisa naik Jet sky lagi setelah sekian lama. Terkahir dirinya naik Jet sky saat liburan bareng geng ceriwis beberapa tahun lalu.

"Tapi kak, kita pasti bakal basah nanti, kita kan nggak bawa baju salin!" Ucapnya sambil menatap Bian risau.

"Jangan pikirkan itu, sekrang kita naik Jet sky saja dulu soal baju salin nanti kita pikirkan kemudian. Yuk! Mau siapa nih yang nyetir?" Ucap Bian lagi sambil memakaikan life jaket ke tubuh Raya.

"Aku...aku yang bawa ya kak, atau mau balapan? Yuk!" Ajak Raya yang siap menaiki Jet sky yang telah disiapkan oleh petugasnya.

"No! Kita bareng saja. Nanti jika kamu beneran bisa bawa Jet sky baru kita balapan!" Sahut Bian yang masih ragu dengan kelihaian istrinya itu dalam mengendalikan motor air tersebut.

"Hm..kak Bian meragukan aku ya!" Balas Raya sambil menaikkan sebelah alisnya.

Wush!!!

Raya membawa Jet sky nya membelah lautan luas itu tanpa kesusahan sedikitpun. Abian yang duduk di belakang sang istri nampak terkejut dengan semua itu. Tubuh mungilnya bocilnya itu ternyata mampu membawa dan memainkan Jet sky yang besar dan berat itu.

Raya membawa Jet sky nya berputar-putar dan melaju kencang tanpa ada rasa takut sedikitpun di wajah gadis itu. Abian memeluk erat pinggang Raya khawatir jika Tubuh nya terlempar kala gadis itu memutar-mutar Jet sky nya.

Setelah sekitar setengah jam menelusuri lautan luas itu berlomba dengan pengunjung lainnya. Akhirnya Raya kembali membawa Jet sky nya ke tepi.

"Kak, ayo kita balapan!" Ajaknya dan menyuruh Bian untuk mengambil Jet sky sendiri.

"Hm! Mau balapan ya..? " Tanya Bian yang mendadak muncul akal liciknya.

*

*