The Eternal Witch

Telingaku berdenging akibat keributan yang terjadi antara Alzer dan Xavier, mereka berdua kini tengah adu mulut tentang sesuatu yang tidak ku pahami.

"Menjauh lah, disini jadi berbau amis karena manusia ikan sepertimu naik ke daratan" hina Alzer sambil menutup hidungnya.

"Sepertinya seseorang harus memukul hidungmu karena tidak bekerja dengan baik, mau ku bantu memperbaikinya?" Tangan Xavier mengepal seolah-olah akan melayangkan tinju wajah Alzer.

Aku memegang kepalaku yang pusing, keributan dua manusia di depanku membuatku ingin berteriak karena frustasi dengan tingkah kekanak-kanakan mereka.

Brakk

Tanganku bergerak untuk menggebrak meja, membuat keduanya terpelojak kaget akibat suara yang di timbulkan dari gebrakan itu.

"Apakah kalian tidak bisa menutup mulut kalian?" Tanyaku menatap masing-masing dari mereka dengan tajam.

Aku melihat Xavier melakukan gerakan mengunci mulutnya sedangkan Alzer tersenyum sambil memperlihatkan giginya yang berderet rapi.

"Dan tidak bisakah kau berhenti membaca dan main bersamaku?" Ucap Azler sambil bersandar pada lengannya.

Xavier menginjak kaki Azler membuat sang empu kesakitan, aku hanya menatap mereka dengan menggelengkan kepalaku, aku mencoba kembali fokus pada apa yang aku baca, sebelum tangan Alzer menutup bukuku dengan paksa.

"Apa yang kau lakukan?" Kesal ku yang hanya membuat Alzer terkekeh

"Kau tidak akan bisa fokus membaca di sini" Alzer menutup buku ku kemudian memasukannya kedalam tas tanpa seijinku.

"aku akan mencarikan mu tempat lain yang lebih damai daripada tempat yang di penuhi dengan bau amis ini" ucapnya menyindir Xavier.

Tangannya menarikku pergi sebelum tangan Xavier menahan lenganku. Mereka saling adu pandang, membuatku yang berada di antara mereka menatap mereka saling bergantian.

"Dia tidak mau pergi" Suara berat Xavier menantang Alzer.

Alzer tertawa remeh sebelum melayangkan tatapan tajam kearah Xavier, cengkraman di tanganku semakin erat membuatku sedikit kesakitan.

"Hentikan!" Teriakku yang kemudian menghempaskan kedua tangan mereka.

"Aku tidak akan pergi kemanapun, aku akan kembali ke asrama!"

"Kalian berdua" ucapku menunjuk secara bergantian kearah mereka

"Kalian sangat menyebalkan!" Ucapku kemudian pergi untuk kembali ke Asramaku

Aku menghentak hentakan kakiku saat aku berjalan pergi meninggalkan kedua manusia itu dengan pandangan tak percaya.

***

"Hei Erika, kemana kau akan pergi?" Sapa Etor yang melihatku menuruni tangga

Aku baru saja akan pergi mengambil paket yang dikirim oleh Eyangku, saat sebelum suara Etor menghentikan langkahku.

"Eyang mengirim sesuatu, aku ingin mengambilnya di depan" jawabku sambil tersenyum cerah

"Lalu kau mau kemana?" Aku bertanya balik.

"Aku akan pergi ke pasar dengan Kira, kau tidak ingin ikut?" Mendengar itu, aku berfikir sejenak sebelum mengaguk.

"Tunggu sebentar ya, setelah mengambil barang aku akan menyusul" ucapku kemudian segera berlari untuk mengambil barang.

Beberapa menit setelah aku mengambil barang yang dikirim Eyangku aku kembali dan meletakkannya di kamar Asrama dan segera menyusul teman-temanku.

Aku melihat Etor dan Kira tengah menungguku di depan gerbang Akademi, tanganku melambai untuk menyapa sembari mempercepat langkahku untuk menghampiri mereka.

"Kau lama sekali" keluh Etor yang hanya membuatku tersenyum memamerkan gigiku.

Kami berjalan bersama menuju Pasar Sihir yang letaknya tak jauh dari Akademi, sapu terbang dan karpet terbang melayang layang di udara, suara para pedagang meramaikan pasar yang dipenuhi barang-barang ajaib di sekitarnya.

Mataku mengawasi para penjaga pasar yang penampilannya setengah manusia dan setengah rusa, mereka berjaga di gerbang Pasar dengan posisi tegak, jangan lupakan tombak mereka yang menjadi senjata pelindung mereka.

Saat mulai masuk kedalam pasar mataku bergerak kagum melihat rentetan buah yang melayang di udara secara ajaib, pedagang buah itu berteriak untuk menawarkan dagangannya pada para pengunjung.

Di sisi lainnya ada penjual kacamata yang menawarkan berbagai macam kacamata, salah satu yang paling lucu adalah kacamata yang memperlihatkan mata yang keluar, itu hampir membuatku dan teman-temanku tertawa saat melihatnya.

Kami terus berjalan sampai kami tiba di sebuah teater mini yang letaknya di tengah-tengah pasar sihir, penjaga teater mempersilakan kami masuk, aku dan Kira pergi memesan popcorn sedangkan Etor pergi memesan tiket.

Setelah beberapa saat, akhirnya kami berhasil masuk dan duduk di tempat yang telah di sediakan.

"Cerita tentang apa ini?" Aku bertanya pada kedua temanku

"Ini cerita legenda tentang perang penyihir dengan kegelapan" bisik Kira menerangkan

"Aku dengar perang ini melibatkan pihak laut timur" lanjut Kira membuat ku semakin penasaran.

Sedikit yang kutahu tentang perang ini, namanya War in the dark, dimana para penyihir disulitkan akan datangnya kegelapan yang tiba-tiba menyelimuti dunia sihir di abad ke 19, para penyihir yang hanya mengandalkan batu sihir tiba-tiba tidak bisa menggunakan kekuatan mereka, hanya keturunan penyihir murni yang masih bisa menggunakan kekuatannya.

Hal itu membuat seluruh penyihir resah dan khawatir, kegelapan semakin menelan cahaya di dunia sihir, bahkan para petinggi Akademi yang merupakan petinggi Dunia sihir turun tangan dan meminta bantuan para siren di laut timur.

Kegelapan berlangsung selama bertahun-tahun, dan selama bertahun-tahun itu teror terjadi setiap harinya, satu-persatu keturunan murni dengan Energi alami di bantai habis-habisan. Sampai seorang pemuda dari keturunan murni mengambil resiko besar untuknya, dia menyalurkan Energinya disetiap penyihir di kota, dan akhirnya mereka berhasil mengalahkan kegelapan dengan menghancurkan seluruh pohon kematian yang ternyata menjadi penyebab terjadinya kegelapan di seluruh dunia sihir.

Sedikit informasi yang kutahu dari pohon kematian, pohon ini dibangkitkan oleh sihir hitam dan beberapa tumbal para penyihir, pohon ini ditemukan di lereng gunung yang jauh tidak bisa di jangkau oleh manusia.

Saat pohon ini di temukan akar pohon ini menjalar di seluruh tanah di sekitarnya menyerap Energi Sihir yang ada membuat seluruh Energi sihir di dunia sihir tidak dapat di gunakan.

Pohon Kematian juga mengumpulkan mayat dari tanah dan mengendalikannya untuk menyerang para penduduk, hal ini membuat perang ini disebut sebagai perang di dalam kegelapan.

Lalu apa fungsi dari meminta bantuan dari laut timur? Tentu fungsinya sangat banyak, pada saat itu keadaan dunia sihir sudah sangat kacau, bahkan akar dari pohon kematian sudah sampai ke dasar laut, membuat para para petinggi Akademi meminta Siren mengatasi akar yang menjalar di dasar laut, selain itu para siren juga mengusir kegelapan dengan alunan melodi mereka yang indah.

Begitulah cerita yang kutahu, kini cerita sudah dimulai tirai teater terbuka menampilkan tiruan sebuah pohon besar dengan akar yang menjalar di seluruh panggung teater.

Teater pun di mulai....