NovelToon NovelToon
BENCONG UNDERCOVER - My Bencong Is Aman-zing

BENCONG UNDERCOVER - My Bencong Is Aman-zing

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Kehidupan Tentara / Roman-Angst Mafia
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yuni_Hasibuan

Ini tentang TIGA TRILIUN...
yang dipermainkan oleh DIMITRY SACHA MYKAELENKO, hanya demi satu tujuan:
menjebak gadis yang sejak kecil selalu menghantui pikirannya.

Dialah Brea Celestine Simamora—putri Letkol Gerung Simamora, seorang TNI koplak tapi legendaris.
Pak Tua itulah yang pernah menyelamatkan Dimitry kecil, saat ia bersembunyi di Aceh, di tengah api konflik berdarah.

Kenapa Dimitry sembunyi? Karena dialah
pewaris Mykaelenko—BRATVA kelas dunia

Kepala kecilnya pernah di bandrol selangit, sebab nama Mykaelenko bukan sekadar harta.
Mereka menguasai peredaran berlian: mata uang para raja, juga obsesi para penjahat.

Sialnya, pewaris absurd itu jatuh cinta secara brutal. Entah karena pembangkangan Brea semakin liar, atau karena ulah ayah si gadis—yang berhasil 'MENGKOPLAKI' hidup Dimitry.

Dan demi cinta itu… Dimitry rela menyamar jadi BENCONG, menjerat Brea dalam permainan maut.

WARNING! ⚠️
"Isi cerita murni fiksi. Tangung sendiri Resiko KRAM karena tertawa"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuni_Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Rencana Gila Pak Mora

***

Beberapa menit yang terasa sangat lama berlalu, akhirnya pintu mobil terbuka. Bu Mayang dan Saloka langsung berubah pucat, begitu melihat Brea terbaring lemas di jok belakang mobil, tidak sadarkan diri.

"Brea! Nak! Brea, bangun!" teriak Mayang, suaranya gemetar ketakutan sambil mengguncang-guncang pundak anak gadisnya itu.

Saloka dengan cepat memeriksa nadi dan napas Brea untuk memastikan dia masih hidup.

Tanpa buang waktu, Saloka mengambil ponselnya dan menelepon Pak Mora. "Om... Gawat Om. Ada keadaan darurat. Brea... Mbak Brea kami temukan pingsan di dalam mobil." Laporannya singkat tapi tegas.

"Hah? Apa maksud kau, Saloka? Kalau ngomong yang benar lah!" Pak Mora menyahut panik di seberang telepon.

"Tadi,, mbak Brea nyuruh aku buat jemput Bu Mayang dalam mini market, karena curiga ada yang nggak beres dengan salah satu pengunjung. Tapi, begitu kami kembali, keadaannya sudah jadi begini... Mbak Brea pingsan di kursi belakang."jelas Saloka.

"Yang betul aja kau? Sudah kau periksa apa ada yang nggak beres? Apa jangan-jangan ada yang naruh racun ke dalam Mobil? Kau udah tutup semua pintu rapat-rapat sebelum pergi, kan?" Tanya Pak Mora curiga.

"Sudah Om, semua prosedur pengamanan sudah saya lakukan. Ini bukan Racun, tapi... ada... ada sesuatu yang ditempel di kaca mobil, Om," mata saloka baru terarah ke kaca mobil, dan menarik koran yang di tempelkan di bagian kaca luar.

"Apa? Apa yang di tempelkan?" Tanya Pak Mora nggak sabaran, dia kalap.

"Ini... Sebuah koran. Di dalamnya ada foto... foto yang mengerikan. Foto domba disembelih pakai gaun pengantin. Dan ada tulisan ancaman untuk mbak Brea."

Di ujung telepon, Pak Mora seperti kena setrum. "Apa? Ancaman?!" Teriaknya makin panik

"Ok.. Jangan cuma tunggu di situ! Bawa anakku ke rumah sakit sekarang! Sekarang juga, aku langsung kesana." perintahnya, suaranya nyaris tidak terkendali karena panik dan marah.

Brea segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Di ruang gawat darurat, dokter dan perawat langsung menanganinya, sementara Pak Mora dan Mayang menunggu di luar dengan perasaan cemas dan hati yang hancur.

Setelah adrenalin awal mereda, Pak Mora menarik istrinya ke sudut lorong rumah sakit yang sepi. Wajahnya muram, dipenuhi kekhawatiran yang sangat dalam.

"Mayang... ini pasti ulah Renggo," bisik Pak Mora, suaranya parau. "Anak setan masih bebas berkeliaran, dan sekarang kelakuannya makin keterlaluan. Ini bukan lagi cuma mau menculik, Mayang. Ini teror!" Ucapnya, sambil meremas selembar foto yang baru saja di berikan oleh Saloka pada dirinya.

Mendengar nama Renggo di sebut, tubuh Mayang langsung gemetar. Matanya membelalak, diliputi ketakutan yang langsung menyergap. "Ini.. ulah Renggo? Brea baru aja selamat, Yah! Kenapa harus begini lagi? Kenapa anak kita yang terus-terusan jadi korban?" ratapnya, suara penuh kepanikan seorang ibu yang merasa tak berdaya.

Pak Mora menarik napas dalam, berusaha menenangkan diri sendiri dan istrinya. "Aku juga nggak tau, Sayang. Tapi yang pasti, teror kayak gini... biasanya cuma peringatan."

Mayang mengangkat wajahnya, air mata mulai menitik. "Peringatan? Peringatan untuk apa?"

"Peringatan," jawab Pak Mora, matanya memancarkan ketakutan yang sama, "kalau akan ada sesuatu yang jauh lebih ngeri daripada sekadar penculikan. Anak Setan itu, pasti nggak bakal main-main lagi."

Mayang terhuyung, wajahnya pucat. Dunia serasa berputar kencang. Ancaman untuk Brea, kenangan penculikan, dan teror berdarah itu menghantamnya bersamaan. Kakinya lunglai, hampir rubuh kalau Pak Mora tidak segera menyangga tubuhnya.

"May... Mayang! Tarik napas, Sayang. Pelan-pelan," desis Pak Mora, memeluk bahu istrinya erat, mencoba memberi ketenangan yang nyaris tak ia miliki. Suaranya berusaha keras agar tak terdengar panik.

"Aku... aku nggak sanggup lagi, Yah. Dia mau apalagi sih, sama anak kita?" isak Mayang, masih gemetar.

Pak Mora menggeleng pelan, dia juga hampir kehilangan akal menghadapi Renggo yang makin kesini makin nekat dan keterlaluan.

Tapi satu ide langsung terlintas dalam benaknya, untuk menjegal rencana busuk bocah itu.

"Dengar Mayang,, aku.. aku punya satu cara, buat menghentikan aksi gila anak setan itu. Mungkin ini satu-satunya cara yang bisa bikin Brea benar-benar aman," bisik Pak Mora, menatap tajam mata istrinya, berusaha meyakinkan.

Mayang mengusap air matanya, mencoba fokus. "Cara? Cara apa Yah? Sudah lama kalian kejar dia, tapi sampai belum ketangkap. Ini sama aja kayak kita nggak punya kuasa buat lawan orang semacam Renggo." Cicitnya pedih.

"Yah,, kau benar. Mungkin kita nggak punya kuasa, tapi ada satu orang yang punya. Dan orang itu kemungkinan besar mau bantu kita... asal kita mau terima 'syarat' yang dia ajukan," jawab Pak Mora, hati-hati memilih kata-katanya.

Mayang mendadak diam. Sebuah firasat buruk menjalar di benaknya. Matanya menyipit, menatap suaminya yang tampak serius. "Jangan bilang kalau orang itu nak Dimitry? Yang sudah berikan kalung seharga tiga Triliun ke Brea, anak kita?" tebaknya, suaranya campur aduk antara tidak percaya dan cemas.

Pak Mora menghela napas berat, lalu mengangguk pelan. "Iya. Dimitry. Dia yang bantu aku dan tim untuk menemukan Brea waktu diculik, berkat chip di kalung itu."

"Terus apa hubungannya kalung sama cara menghentikan Renggo?" tanya Mayang, masih belum paham. Pikirannya belum nyambung ke arah sana.

Pak Mora menarik napas dalam, lalu bicara terus terang. "Mayang, sebenarnya kalung itu bukan kalung sembarangan."

"Siapa yang bilang itu Kalung sembarangan? Harganya aja Tiga Triliun. Mana ada orang yang berani menganggapnya sembarangan" potong Mayang cepat.

"Yah. Kau betul,, sudah ku konfirmasi langsung, kalainh itu memang segitu nilainya. Tapi nggak cuma itu, Mayang. Dimitry sempat menyiratkan secara nggak langsung, kalau kalung itu, bisa di anggap sebagai mas kawin."

"Apa? Mas kawin?!"

Mayang terkesiap, mulutnya terbuka. "Mas kawin?" ulangnya, seperti tak yakin dengan apa yang barusan didengarnya.

Mayang cuma bisa ternganga, mencerna informasi yang terdengar begitu tidak masuk akal. "Yah, jangan bercanda. Kita harus sadar diri dulu! Jangan jadi serakah dan tinggi hati. Pertama harga kalung tiga triliun, terus sekarang kau bilang mas kawin? Ayah pikir kita siapa? Mereka siapa?"

"Atau Jangan-jangan, Ayah cuma salah sangka! Mungkin Dimitry cuma mau balas budi, karena dulu Ayah pernah tolong dia waktu di Aceh. Bukan... Pasti maksudnya bukan begitu." protesnya kalut, berusaha menyangkal keras.

"Tapi Coba kau dengar dulu Mayang. Dengan menikahkan anak kita Brea sama Dimitry, maka status Brea akan berubah. Dia akan resmi jadi bagian dari keluarga Mykaelenko. Perlindungan buat dia bakal nggak main-main. Dan sumber daya buat menjegal Renggo juga ada. Itu satu-satunya cara buat bikin Brea benar-benar aman, Mayang" jelas Pak Mora, mencoba menjelaskan.

Tapi Mayang langsung menggeleng cepat tanpa suara. Sebagai seorang ibu, hatinya Dengan keras berusaha menyangkal. Pernikahan yang di katakan Pak Mora suaminya, jelas bukan pernikahan biasa, itu bisa jadi mimpi buruk buat anak gadis mereka satu-satunya.

"Ayah jangan main-main, Yah. Jangan sembarangan menafsirkan. Jangan lupa kita ini siapa, dan keluarga mereka itu jauh dari tingkatan keluarga kita. Bisa aja kau cuma salah menafsirkan." Ucap Mayang masih nggak bisa terima.

Pak Mora terdiam sebentar, menatap keluar jendela lorong rumah sakit yang sepi. Keraguannya sendiri terlihat jelas di wajahnya yang lelah. Tapi ingatannya akan pembicaraan terakhir dengan Dimitry membuatnya sedikit yakin.

"Aku sendiri, sebetulnya juga masih belum yakin, Mayang," akunya pada akhirnya, suaranya rendah.

"Tapi waktu bicara sama Dimitry semalam, cara dia ngomong, apa yang dia kasih tau soal arti chipset hijau itu... semuanya nyaris nggak bisa di artikan de han makna lain. Dia mau Brea, Sayang. Dia mau jadikan anak kita sebagai istri. Meski memang belum bilang secara terang-terangan."

Mayang menghela napas panjang, pikirannya ruwet. Di satu sisi, takut malu karena salah menebak niat orang kaya. Di sisi lain, takut dengan ancaman Renggo yang makin menjadi.

Melihat kegelisahan istrinya, Pak Mora memegang tangan Mayang dan menggenggamnya erat. "Mayang, dengar dulu ya. Kamu nggak usah khawatir sendirian. Aku yang akan pastikan semua ini. Aku yang akan temui Dimitry dan tanya dia baik-baik, apa banar niatnya seperti itu. Kita nggak boleh nebak-nebak dan jadi tinggi hati."

Dia berhenti sebentar, menatap mata istrinya. "Tapi... Kau juga harus siap. Kalau ternyata ini memang satu-satunya jalan buat menyelamatkan Brea dari Renggo... kalau jalan itu harus lewat pernikahan... kita harus bisa terima dengan lapang dada. Demi keselamatan anak kita, Mayang."

Kata-kata itu terasa berat di antara mereka, tapi penuh ketegasan.

***

1
sasi Cia
Alamakkkk...share lock aja WC nya di mana 😭😭😭
sasi Cia
Whahahaha
sasi Cia
GO GO GO!!
Xavia
Jelek, bosen.
sasi Cia: idihhh alay lu! manusia kek kau ini, cuma bisa koar koar, ngekritik kosong, mulut besar, cocok banget tinggal di hutan, soal nya gak guna ,🙊🙊
total 2 replies
Esmeralda Gonzalez
Aku suka banget sama karakter tokoh utamanya, semoga nanti ada kelanjutannya lagi!
Yuni_Hasibuan: Sip,,,,
Terimakasih banyak Say.
Tetep ikutin terus.. Ku usahakan baka update setiap hari.


Soalnya ini setengah Based dari true story. Ups,,, keceplosan.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!