Saat mencoba menerobos ke tingkat kekuatan tertinggi, Xiao Chen—Raja Para Dewa Kultivator—terhisap ke dalam celah dimensi dan terdampar di dunia asing yang hanya mengenal sihir dan pedang.
Di dunia yang nyaris hancur oleh konflik antar ras dan manusia yang menguasai segalanya, kekuatan kultivasi Xiao Chen bagaikan anomali… tak dapat diukur, tak bisa dibendung.
Ia terbangun dalam tubuh muda dan disambut oleh Elvira, elf terakhir yang percaya bahwa ia adalah sang Raja yang telah dinubuatkan.
Tanpa sihir, tanpa aturan, hanya dengan kekuatan kultivasinya, Xiao Chen perlahan membalikkan dunia ini—membangun harapan baru, mencetak murid-murid dari nol, dan menginjak lima keturunan manusia terkuat bagaikan semut.
Tapi saat kekuatan sejati menggetarkan langit dan bumi, satu pertanyaan muncul:
Apakah dunia ini siap menerima seorang Dewa... dari dunia lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GEELANG, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 – Mata yang Mengintai Langit
Langit yang semula cerah tiba-tiba diselimuti awan keperakan tipis. Dari permukaan, tampak biasa—tapi bagi seorang kultivator sekelas Xiao Chen, itu bukan fenomena alami.
> “Hmph... pengintaian kuno?” gumam Xiao Chen pelan sambil berjalan keluar dari ruang Kelas Arkanum.
Ia menyentuh tanah dengan telapak tangan. Aliran energi spiritual dari dunia ini terasa bergelombang, seolah ada ‘mata’ yang diam-diam menatapnya dari langit.
> “Sihir pengawasan tingkat nasional, ya?”
Namun sebelum ia sempat menindak, sihir itu langsung lenyap.
🧠 Sistem Penyegelan Mulai Aktif
Di dalam tubuh Xiao Chen, sebuah mantra sihir rumit mulai mengalir perlahan di pembuluh darah spiritualnya. Warna samar ungu mengitari tubuhnya, tak kasat mata oleh mereka yang lemah.
> “Tsk. Mereka mencoba menyegelku?”
Ia berdiri tenang, tapi di dalam pikirannya, formulasi rumit mulai muncul. Puluhan lapis rune kuno yang berasal dari peradaban dunia ini mencoba menempel pada energi spiritual murninya. Namun...
> “Menempel pada tubuhku?”
Dalam sekali hembusan napas, seluruh rune itu langsung terbakar, seperti kertas tipis disiram api abadi.
> “Teknik segel sihir dunia ini... seperti mencoret tinta di atas batu langit.”
🏞️ Danau Takdir – Elvira Beranjak
Sementara itu, Elvira berdiri di depan danau raksasa yang permukaannya memantulkan langit berbintang. Ia mengenakan jubah hitam ungu dengan simbol kuno Elvarion bersinar samar di dada.
> “Ini tempat yang disebutkan oleh roh leluhur... Danau Takdir.”
Ia melangkah ke tengah danau. Permukaan air tidak basah—seperti berjalan di atas kristal halus.
Tiba-tiba, suara menggema:
> “Pewaris Elvarion... bawa darahmu ke batu pusat, dan jawablah panggilan ras terlupakan.”
Elvira menggigit jarinya dan menjatuhkan setetes darah ke batu putih di tengah danau.
Air danau tiba-tiba bersinar ungu tua. Cahaya naik ke langit, membentuk lambang mata tertutup.
> “Dengan ini… Elvarion akan bangkit.”
“Dan kekuatan ras minor akan kembali.”
🧙♂️ Pertemuan Rahasia Para Archmage
Di tempat lain, di dalam ruang suci Akademi Astra Magna, tiga Archmage utama bertemu dalam lingkaran sihir.
Mordric III – Pemimpin pengawas sihir dunia.
Archmage Seraphiel – Ahli segel dan hukum dimensi.
Archmage Vaelis – Penjaga keseimbangan kekuatan.
> “Anomali itu... bernama Xiao Chen,” ucap Mordric dingin.
> “Kita tak bisa menyentuhnya langsung. Tapi jika dia berada dalam sistem akademi, kita bisa menguji batasnya.”
Vaelis menyela:
> “Bagaimana jika dia benar-benar ‘Raja Langit’ dalam ramalan kuno? Bukankah lima keluarga manusia akan menganggapnya musuh?”
> “Justru itu,” balas Seraphiel.
“Biar mereka yang menciptakan alasan untuk menyerangnya.”
🛡️ Kembali ke Xiao Chen – ‘Yoyo Party’ dan Misi Baru
Di hari berikutnya, Lyra, Rey, dan Sera menghampiri Xiao Chen dengan penuh semangat.
> “Xiao Chen! Kita dapat misi dungeon rank D!”
“Mau ikut?” seru Rey.
Sera menyambung:
> “Tapi tempatnya agak jauh... dan katanya penuh monster batu yang menyerap sihir.”
Xiao Chen hanya tersenyum tipis.
> “Itu berarti kalian tak bisa bergantung pada sihir kalian.”
Lyra ragu.
> “Tunggu... kau tahu cara lain?”
Xiao Chen menepuk bahu mereka satu per satu, menyuntikkan sedikit energi kultivasi murni.
Tubuh mereka mendadak terasa ringan, hangat, dan... kuat?
> “Gunakan teknik tubuh kalian. Fokus ke gerakan dan pernapasan.”
> “Apa ini... kekuatan para kultivator!?”
“Gila... aku bahkan bisa melihat pergerakan monster!” kata Rey dengan mata berbinar.
Mereka akhirnya menerima Xiao Chen tak hanya sebagai rekan... tapi sebagai guru bayangan mereka.
🌌 Petunjuk di Malam Hari
Malam itu, Xiao Chen berdiri di atap asrama akademi.
Arah pandangannya ke langit... ke arah retakan samar yang ia lihat sesaat—sebuah titik lemah antara dimensi.
> “Aku tidak ingin naik lagi. Aku ingin tinggal... dan menghancurkan akar busuk di dunia ini.”
Ia menutup mata, lalu membuka mata ketiganya—mata spiritual—yang memantulkan simbol kuno dari dunia asalnya.
> “Waktunya membuka kembali jalur kultivasi sejati... meski dunia ini belum siap.”