NovelToon NovelToon
Menantu Dari Desa

Menantu Dari Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Romansa / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Naura Anjani, seorang gadis desa yang menikah dengan pria asal kota. Namun sayang, gadis itu tidak di sukai oleh keluarga suaminya karena dianggap kampungan dan tidak setara dengan menantu lain yang memiliki gelar pendidikan tinggi dan pekerjaan yang memadai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

"Hah?! Mau apa, Mbak?"

"Sudah, ayo pokoknya ikut saja!"

Naura yang belum sadar dengan maksud dari kakak iparnya itu, tiba-tiba Rere juga ikut datang.

"Lama sekali sih kamu, Naura, sudah ditunggu Mama di depan!" tukas Rere dengan ketus.

"Eh, tapi Mbak, aku malu kalau harus ke depan sekarang. Lihat saja, aku belum ganti baju, belum siap apa-apa. Masih bau dapur begini."

"Alah kelamaan! Sudah, ayo!" Rere menarik tangan Naura dengan cepat.

Hingga akhirnya, kini Naura berdiri mematung di tengah-tengah para tamu arisan yang tampak sedang menyerbunya dengan lirikan sinis mereka.

"Eh siapa itu?"

"Loh, bukannya itu istrinya Azriel, ya?"

"Hah?! Masa sih? Kok ... aduh! Gimana ya ...."

"Yang benar itu istrinya Azriel? Coba lihat itu, istrinya Rangga dan Rio saja cantik sekali begitu, modis juga. Azriel kan yang paling tampan, kok mau-maunya punya istri lusuh begitu!"

"Oh... Jadi ini tujuan mereka?" gumam Naura dalam hati.

"Meski sudah menikah, bukan berarti tidak bisa dandan modis dong," komentar ibu-ibu berhijab merah. "Jangan bau dan lusuh begini. Mirip pembantu deh. Padahal, kamu kan istri seorang dosen loh. Harus lebih modis."

"Bener tuh! Apalagi, sekarang zamannya banyak pelakor di luar sana," imbuh ibu-ibu bergamis ungu. "Hati-hati, loh. Nanti malah suamimu direbut oleh mahasiswinya. Mana mahasiswi sekarang cantik-cantik dan pintar dandan. Pintar-pintar juga, kan?"

"Naura memang seperti itu," ucap Rere dengan wajah prihatin yang dibuat-buat. "Kami sudah sering kasih tahu supaya dia tetap menjaga penampilannya untuk Azriel. Tapi, dia memang suka membantah."

"Kasihan, Mama. Tiap Mama bicara, Naura tidak mau nurut," Ria ikut menimpali.

"Harap maklum ya, Ibu-ibu. Naura memang masih penyesuaian tinggal di sini," ucap Mama Sovi dengan wajah ikut dibuat merana seolah-olah Naura adalah menantu yang suka membangkang. "Kalau dulunya tinggal di desa. Kalau diajari hidup seperti orang kota memang susah, ya?"

"Hm, bener sih. Kebiasaan di desa dari lahir ya, Bun," ucap ibu-ibu bergamis hijau. "Ibarat kata, seperti ikan yang biasa tinggal di laut bebas, kalau diajak tinggal di akuarium mewah memang susah, kan? Ada saja kelakuannya."

"Itulah kenapa kalau cari jodoh untuk anak itu harus yang benar-benar setara," tutur ibu-ibu bergamis hitam. "Susah memang kalau dari awal sudah tidak setara. Perkara kecil seperti ini, bisa jadi perkara besar. Padahal sebenarnya solusinya hanya komunikasi. Cuma kalau sudah beda pola pikir, komunikasi biasanya sulit dijalin."

"Yah, mau gimana lagi," balas Mama Sovi masih dengan wajah merananya. "Kan Azriel sendiri yang milih Naura. Tidak mungkin kami menolak pilihan Azriel. Apalagi, Azriel terlihat cinta mati."

"Orang desa biasanya kan main guna-guna, ya? Perdukunan di sana masih kental tuh," desis salah satu ibu bergamis abu-abu.

"Benar itu, bisa jadi," balas yang lainnya berbisik pelan.

Aliran darah Naura benar-benar di buat mendidih mendengar semua percakapan mereka.

Mereka benar-benar tak memikirkan sedikit pun perasaannya.

Dengan mudah dan pastinya sengaja, mereka mengolok-olok Naura. Bahkan, mereka menggiring opini bahwa dirinya mengguna-guna Azriel.

Padahal, mereka sama sekali tidak tahu alasan sebenarnya kenapa Naura tidak bisa berdandan cantik dan masih bau dapur.

Naura memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan diri.

Jika ia langsung marah-marah, maka mereka pasti akan langsung membenarkan ucapan ibu mertua dan dua iparnya yang jahanam itu!

Naura menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.

Setelah merasa lebih tenang, Naura mulai menerbitkan senyum di wajahnya.

Meski senyumannya itu mungkin akan terlihat aneh di hadapan mereka. Namun, ia tetap berusaha untuk tersenyum demi menutupi semua luka dan rasa kecewanya.

Kata-kata memang bisa lebih tajam dari sebilah pedang. Tapi ia tidak akan tinggal diam.

Jika mereka sudah melempar dan menghujamkan banyak luka padanya, ia akan membalasnya agar semua kesakitan dan luka yang ia rasakan juga bisa mereka rasakan.

"Saya minta maaf kalau penampilan saya mengganggu kalian semua. Tapi, masakannya sudah sesuai selera kalian semua, kan?" tanya Naura sambil menatap semua tamu di sana satu persatu.

"Oh, ini enak, kok. Semuanya seperti masakan di restoran mahal," jawab para ibu-ibu sambil sesekali menganggukkan kepala.

Naura mengulas senyuman tipis meski hanya sesaat. Ini adalah saat yang tepat baginya untuk meluncurkan serangan balik.

"Syukurlah!" ucap Naura dengan senyum cerah. "Sebenarnya aku yang memasak semua makanan ini, termasuk minuman dan camilannya. Tidak ada yang membantuku di dapur, tapi aku tetap senang kalau kalian semua suka masakanku."

Raut wajah Naura kini berubah sendu. "Aku minta maaf karena sudah membuat semuanya tidak nyaman karena penampilanku yang kumal dan mirip pembantu," ia kini pura-pura mengusap ujung matanya seolah habis menangis. "Tapi, aku memang belum punya waktu untuk ganti baju dan berdandan karena sibuk memasak sampai siang. Setelah itu, Mbak Rere dan Mbak Ria malah memintaku untuk menjaga dan menyuapi ketiga anak mereka di belakang rumah."

Naura menjeda ucapannya sebentar dengan memasang raut wajah yang semakin menyedihkan lagi.

Semua itu ia lakukan untuk meraih simpati para tamu agar mereka berpihak padanya.

"Aku yang belum siap-siap dan masih menyuapi tiga keponakanku malah dipanggil oleh Mbak Rere dan Mbak Ria untuk ke depan tanpa persiapan apapun," timpalnya lagi mendramatisir fakta yang ada agar semakin menyayat hati para tamu. "Andai saja mereka mau memberiku waktu untuk mandi dan bersiap. Aku juga bisa tampil lebih lebih baik dari sekarang. Sama seperti anda semua yang sudah tampil rapi dan menawan."

"Ya Allah, ternyata begitu kejadiannya," celetuk ibu-ibu bergamis hitam.

Naura menarik sudut bibirnya karena ceritanya sudah mampu menarik simpati dan komentar dari salah satu tamu.

Ia yakin sekali kalau setelah ini akan ada rentetan komentar serupa seperti sebuah efek kartu domino yang dijatuhkan.

"Pantas saja tidak bisa dandan, menantu bungsunya dijadikan babu dan babysitter di rumah ini," imbuh ibu bergamis hijau dengan lirikan sinis ke arah Mama Sovi, Rere, dan Ria.

"Jahat sekali ya mereka," ucap ibu-ibu berkerudung merah. "Seharusnya mereka bersyukur loh punya menantu sebaik Naura. Sudah pandai memasak, baik juga pada keponakan. Eh, malah dijebak dan dipermalukan di sini."

"Ya Allah, aku minta maaf ya sama kamu, Ra. Aku tidak tahu kalau kamu sedang difitnah oleh mertua dan dua iparmu ini," pinta ibu bergamis abu-abu.

"Kami juga minta maaf ya, Ra. Kasihan sekali kamu," tambah ibu-ibu yang lainnya secara bergantian.

"Iya, anda semua sudah saya maafkan, kok. Lagipula, wajar kalau Ibu-ibu berpikiran seperti itu karena memang belum tahu bagaimana kenyataanya," balas Naura dengan senyum tulus.

"Baik hati sekali kamu, Ra. Benar-benar definisi punya hati seluas samudera," puji ibu-ibu bergamis cokelat. "Kalau kamu masih single, Ibu pasti mau menjadikan kamu menantu."

**********

**********

1
inchieungill
iya betul, setiap rumah tangga sebaiknya pisah dari orangtua atau mertua, biar tidak terjadi konflik.
Latifah
Bagus Cerita nya ,, di tunggu lanjutnya Yaa !!!
olip
lnjut
olip
lnjut...mkin penasaran...ttap smngat thor
olip
lnjut
olip
q mmpir thor...lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!