NovelToon NovelToon
SUAMIKU DI RANJANG SAHABATKU

SUAMIKU DI RANJANG SAHABATKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rizki Gustiasari

Aku mengenalnya sejak kuliah. Kami bertiga—aku, dia, dan sahabatku—selalu bersama.
Aku pikir, setelah menikah dengannya, segalanya akan indah.
Tapi yang tak pernah kuduga, luka terdalamku justru datang dari dua orang yang paling kucintai: suamiku... dan sahabatku sendiri.

Ketika rahasia perselingkuhan itu terbongkar, aku dihadapkan pada kenyataan yang lebih menyakitkan—bahwa aku sedang mengandung anaknya.

Antara bertahan demi anak, atau pergi membawa kehormatan yang tersisa.

Ini bukan kisah cinta. Ini kisah tentang dikhianati, bangkit, dan mencintai diri sendiri...

"Suamiku di Ranjang Sahabatku" — Luka yang datang dari rumah sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizki Gustiasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Surat cerai..

Pagi itu Bandung tampak muram. Langit digelayuti awan kelabu, seolah ikut menyimpan berat yang mengendap di hati Nayla. Kontrakan kecil itu, meski tak sempurna, sudah mulai terasa seperti rumah baginya. Di sanalah ia menata ulang hidupnya, menyembuhkan luka demi luka, dan menggantungkan harapan pada sosok mungil yang tumbuh dalam rahimnya.

Nayla sedang duduk di lantai, menyortir pesanan dari toko kerajinan tangan temannya yang kini ia bantu kelola dari rumah. Jemarinya sibuk, tapi pikirannya entah ke mana. Beberapa kali ia mendapati notifikasi pesan dari Raka—seperti hari-hari sebelumnya. Ia tidak membukanya. Sudah terlalu sering pria itu mengirimkan kata-kata maaf, bujuk rayu, permohonan perbaikan, janji-janji baru yang terasa kosong di telinganya.

Perihnya sudah tak seperti dulu. Tangisnya tak lagi deras. Mungkin karena luka itu sudah mulai membatu. Mungkin juga karena kini ada nyawa kecil di dalam dirinya yang membuat ia harus kuat, tak peduli seberapa berat masa lalunya.

Tiba-tiba, suara ketukan di pintu terdengar. Nayla menghela napas panjang. Di luar sana, mungkin hujan akan turun. Tapi bukan itu yang membuat dadanya sesak.

Ia membuka pintu perlahan, dan di sana berdiri seorang perempuan yang wajahnya sudah terlalu familiar di ingatannya.

Tania.

Masih dengan riasan tipis dan penampilan yang rapi. Namun kali ini ada kelelahan di sorot matanya, dan sesekali tangannya tampak gemetar menahan emosi. Hujan belum turun, tapi atmosfer di antara mereka sudah terasa dingin.

"Aku hanya ingin bicara sebentar," ujar Tania, langsung pada intinya. Tidak ada senyum basa-basi.

Nayla diam. Tak membuka lebar pintunya. Tapi tidak pula menolaknya.

"Aku tahu kau sudah tahu segalanya. Tentang aku. Tentang Raka. Aku tidak datang untuk menyakiti. Aku datang untuk menyelesaikan," lanjut Tania.

Nayla memiringkan kepala, menatap perempuan itu dengan tenang. “Kalau begitu, katakan saja. Apa yang ingin kau selesaikan?”

Tania menarik napas, lalu mengeluarkan sebuah map berisi dokumen dari tas kecilnya. Tangannya sedikit bergetar.

"Aku dan Raka akan menikah. Jadi sebaiknya... urus saja surat ceraimu. Jangan menahannya. Karena cepat atau lambat, dia akan tetap jadi milikku."

Kalimat itu menusuk. Tapi anehnya, tak membuat Nayla terjatuh lagi. Ia hanya menatap kosong ke arah map itu.

“Lucu,” ujar Nayla pelan. “Kau kira aku masih berharap pada lelaki yang bahkan kau sendiri tak bisa percaya?”

Tania mengernyit. “Apa maksudmu?”

“Kalau kau benar-benar percaya dia akan memilihmu, kau tak akan datang padaku membawa map itu. Kau hanya ingin mengamankan posisimu. Bukan karena cinta, tapi karena takut.”

Tania terdiam.

“Kau takut, meski sudah kau dapatkan dia di atas ranjang, kau tetap belum bisa memiliki hatinya,” lanjut Nayla, nadanya tenang, namun menusuk tepat di inti rasa bersalah.

Tania menggeleng. “Aku hanya... ingin menyelesaikan semuanya. Jangan berpura-pura kuat, Nayla. Jangan jadi perempuan munafik yang pura-pura tak hancur padahal kau masih mengharap dia kembali.”

Nayla menatapnya. “Aku sudah hancur. Tapi aku tidak bangkit untuk mengemis cinta dari siapa pun. Aku bangkit untuk anakku. Untuk hidupku. Jadi simpan saja mapmu. Aku tahu prosedurnya, dan aku akan urus surat cerainya. Bukan karena kau, bukan karena dia. Tapi karena aku berhak untuk bebas.”

Tania tampak terkejut, tapi juga tak bisa membalas. Ia menunduk, dan akhirnya melangkah pergi tanpa sepatah kata pun.

---

Beberapa hari kemudian, hujan benar-benar turun. Deras. Menyapu jalan-jalan sempit di gang tempat Nayla tinggal. Di dalam kontrakan, Nayla duduk menatap jendela dengan cangkir teh hangat di tangannya. Perutnya semakin membesar, dan gerakan lembut dari si kecil di dalam sana sering kali menjadi pelipur dalam sunyi.

Ketukan pintu kembali terdengar.

Ia membuka pintu, dan kali ini, seperti yang bisa ditebak—Raka berdiri di sana. Payung kecil di tangan, rambutnya sedikit basah, wajahnya lebih kurus dari terakhir kali Nayla melihatnya.

“Aku tahu aku bukan tamu yang kau inginkan. Tapi tolong, izinkan aku bicara.”

Nayla hanya memandangi pria itu. Tak ada lagi ledakan marah dalam dirinya. Yang tersisa hanyalah kehampaan.

“Kau tahu, bahkan dalam tidurku aku masih berharap semuanya hanya mimpi buruk,” ucap Raka lirih. “Tapi setiap aku bangun... aku sadar aku kehilangan kamu. Dan anak kita.”

“Kau tidak kehilangan siapa-siapa. Kau yang memilih pergi,” Nayla menimpali datar.

Raka menatapnya dalam-dalam. “Aku bodoh. Dan aku tahu kata maaf tidak cukup. Tapi biarkan aku membuktikan kalau aku bisa berubah. Aku hanya ingin dekat, aku hanya ingin bisa berada di sekitar kalian.”

“Dan kemudian pergi lagi begitu seseorang lain menggodamu?” Nayla mengangkat alis. “Atau mungkin saat tanggung jawab mulai berat, kau lari lagi seperti biasanya?”

Raka terdiam.

“Raka, aku akan urus surat cerai itu. Aku sudah cukup terluka. Sekarang, aku ingin sembuh. Jadi tolong... jangan rusak kedamaian kecil yang baru bisa kupunya.”

Hening sejenak. Raka mengangguk pelan, menundukkan kepala seperti menerima keputusan itu. Tapi sebelum ia pergi, ia berkata,

“Aku akan tetap di sini. Bukan untuk memaksamu kembali. Tapi kalau suatu hari kau butuh sesuatu... aku akan ada.”

Nayla menutup pintu perlahan.

Dan untuk pertama kalinya sejak semua itu terjadi, air matanya tak jatuh. Ia hanya berdiri, memegangi perutnya, dan tersenyum kecil pada kehidupan baru yang tengah ia siapkan—sendirian, namun penuh keberanian.

1
Mira andika
luar biasa
Anonymous
semoga jodoh yaa Aldi dan Nayla
Anonymous
lanjut kak
Retno Harningsih
lanjut
Tini Uje
trlalu bnyk drama..cere aja langsung nayla g usah kasih kesempatan selingkuh itu penyakitt
Anonymous
menarik
Anonymous
gak bakalan berubah tu si Raka. cerai aja dahhh
Retno Harningsih
up
Andi Siswanto
jangan lama2 apdate nya til
Retno Harningsih
lanjut
Amazing Grace
dia bilang terlambat pada Tania, tapi dia tidak bilang terlambat pada dirinya sendiri, sungguh laki laki menjijikan
Retno Harningsih
lanjut
Pemimpi: siap kak..🫶
total 1 replies
Adinda
seharusnya nay kamu ambil air got atau telur busuk kau lempar ke pelakor itu kalau gak kamu pakai jurus menghempaskan pelakor, greget rasanya aku lihat tania
Pemimpi: waahh ide bagus kak 🤍 makasih udah komen yaa 🫶
total 1 replies
Adinda
nayla terlalu lemah harusnya lawan biar tambah malu tu tania
Adinda
pelakor tidak tau malu rasanya mau jambak
Adinda
harusnya pelakor diberi pelajaran dulu biar malu
Pemimpi: iya kak bener.. tungguin episode tania dikasi pelajaran ya..🤍
total 1 replies
Anonymous
licik sekali mereka
Pemimpi: iya kak, sabar ya kak 🤍
total 1 replies
Anonymous
jambak dulu gak sih si Tania??
Pemimpi: wahhh iya ya kak..🤍
total 1 replies
Ma Em
Semoga Nayla selalu sehat begitu juga dgn bayi yg dikandungnya , Nayla jgn memaksakan diri kalau emang sdh tdk sanggup hdp bersama Saka lbh baik lepaskan saja coba cari kebahagiaanmu sendiri Nayla
Pemimpi: terimakasih sudah mendukung Nayla.. 🤍
Pemimpi: terimakasih sudah mendukung Nayla.. 🤍
total 2 replies
Ma Em
Nayla jgn menyiksa diri kamu sendiri kalau emang sdh TDK kuat lbh baik lepaskan jgn memaksakan diri daripada hidupmu tersiksa lbh baik cari kebahagiaanmu sendiri , semoga Nayla bahagia bersama anak yg msh dikandung nya .
Pemimpi: Makasih banyak udah baca dan komentar ya! 🤍 Aku ngerti sih, kadang Nayla terlihat terlalu memaksakan. Tapi… bisa jadi ada alasan kenapa dia belum bisa melepaskan. Mungkin bukan karena cinta, tapi karena luka yang belum sembuh. Kita lihat bareng-bareng ya ending-nya 😢✨
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!