NovelToon NovelToon
Bukan Sekolah Biasa

Bukan Sekolah Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Misteri / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Light Novel
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Vian Nara

Sandy Sandoro, murid pindahan dari SMA Berlian, di paksa masuk ke SMA Sayap Hitam—karena kemampuan anehnya dalam melihat masa depan dan selalu akurat.

Sayap Hitam adalah sekolah buangan yang di cap terburuk dan penuh keanehan. Tapi di balik reputasinya, Sandy menemukan kenyataan yang jauh lebih absurb : murid-murid dengan bakat serta kemampuan aneh, rahasia yang tak bisa dijelaskan, dan suasana yang perlahan mengubah hidupnya.

Ditengah tawa, konflik, dan kehangatan persahabatan yang tak biasa, Sandy terseret dalam misteri yang menyelimuti sekolah ini—misteri yang bisa mengubah masa lalu dan masa depan.

SMA Sayap Hitam bukan tempat biasa. Dan Sandy bukan sekedar murid biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vian Nara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 9 : Satu Hari dengan Bunga dan Keabsuran

Hari Kamis. Empat hari sebelum aku menjalankan tugas pertamaku bersama dengan Alex, Kak Arlo, Kak Alma dan Bora.

Semuanya sudah jelas. OSIS memiliki tujuan untuk membawa kehidupan normal kepada orang-orang yang memiliki kemampuan spesial.

"Meskipun O3PMI nantinya sudah terbasmi. Ada satu masalah lagi. Kita perlu mengambil sample meteor dari lab yang di sembunyikan oleh elite global. Tentunya jika organisasi O3PMI tidak terbasmi duluan maka itu akan menyulitkan bagi kita, karena mereka ada untuk menangkap orang-orang seperti kita lalu membiarkan kita di peralat oleh manusia-manusia serakah dan biadab." Kak Arthur meletakan minumannya.

Aku masih sempat berbicara dengan Kak Arthur setelah rapat di bubarkan. Hanya berbicara empat mata.

"Bagaimana cara kita mengatasi semua itu?" Aku bertanya.

"Pertama, kami sudah mendapatkan lokasi lab tersebut.Letaknya berada di Amerika." Jawab Kak Arthur.

"Kok, bisa?" Aku bingung.

"Kau tahu, bukan? Sekolah ini di isi oleh murid-murid anomali. Meskipun sekolah ini di cap terburuk, mereka para pemerintah tidak tahu bahwa sumber daya manusia melimpah semuanya berkumpul di sini. Singkatnya banyak sekali orang genius yang ingin membantu project sekolah. Merekalah yang berhasil meretas akses dan melacak lokasi lab tersebut." Kak Arthur beranjak dari tempat duduknya menuju ke rak buku yang berada di sudut ruangan Kantor OSIS.

"Ini semua semakin membuatku bingung. Bahkan Kak Anastasia yang mengaku sebagai Kakakku. Kenapa hidupku di penuhi dengan misteri dan kejanggalan begini?" Aku menggebrak meja.

"Hidup memang penuh misteri. Kita manusia hanya perlu mencari dan memecahkan misteri tersebut. Semua ini sudah di gariskan." Kak Arthur menenangkanku sembari membaca buku yang dia ambil dari rak.

"Tidak ada yang menginginkan semua ini terjadi. Semua itu ada tujuannya, kau tahu tidak?" Kak Arthur bertanya.

"Sebuah ramalandari nostradamus?" Kak Arthur kembali bertanya.

"Aku tidak tahu. Memang ada apa dengannya?" Aku berbalik bertanya.

"Di katakan olehnya dalam sebuah buku, bahwa dunia ini akan berubah drastis dari abad ke 15. Orang seperti penyihir akan muncul di sebabkan oleh benda asing. Namun itu adalah sebuah pertanda bahwa si putih akan menang melawan si hitam. Tiga bidak terakhir menjadi kuncinya. Nyanyian para tirani akan tersunyi untuk selamanya. Dan dunia normal akan kembali lagi." Kak Arthur melemparkan sebuah kertas yang di lipat ke arahku. Itu adalah isi ramalan yang tadi Kak Arthur sebutkan.

"Mungkin kitalah yang akan mengakhiri semua ini, Sandy." Kak Arthur menepuk bahuku mantap.

"Kita harus mempersiapkan semuanya dengan matang dan bersiap menghadapi pertarungan terakhir ini."

"Aku pergi dulu, ada urusan dengan kepala sekolah. pertanyaanmu yang awal sudah aku tuliskan di kertas itu bersama dengan ramalan nostradamus. Sampai Jumpa." Kak Arthur meninggalkanku sendirian di ruang.

Tanpa pikir panjang, aku menyimpan kertas tersebut lalu menyusul teman-temanku yang lain.

"Bora?" Aku memanggil Bora.

"Ada apa? OHH kamu mencari Nayyara karena ingin bermesra–" Sebelum Bora menyelesaikan katanya, akh langsung memotongnya

"Bukan begitu." Sangkalku sembari wajahku sedikit memerah.

Kelas sedang sepi. Baru selesai pelajaran olahraga, jadi semua murid kebanyakan pasti berada di kantin. Namun saat kembali di kelas aku jadi teringat perkataan dari Kak Arthur waktu itu setelah yang lain pergi duluan dari kantor OSIS.

"Aku sudah membaca dan memahami semua ini. Tapi aku masih belum paham. Apakah remaja seperti kita bisa menjadi pahlawan yang membahayakan dirinya sendiri?" Aku bertanya sembari memberikan kertas yang waktu itu aku simpan di saku baju seragam sekolah.

"Memang sulit, tapi siapa lagi jika bukan kita. Rencana Kak Arthur ini berdasarkan usaha besar Kak Anastasia, loh." Jelas Bora.

"Sungguh kenapa bisa?" Aku semakin penasaran.

"Ini kisah panjang, apa kau yakin ingin mendengarnya?" Bora bertanya memastikan.

"Singkat saja." Aku nyengir.

"Baiklah. Singkatnya, kalian para orang berkemampuan di masa depan tidak ada yang tersisa selamat. Kak Anastasia melakukan perjalanan waktu berulang kali agar bisa mengubah masa depan tersebut dan inilah hasilnya. Awalnya tertangkap tidak berdaya, tapi sekarang para orang berkemampuan siap menentang para elite global kejam. Tidak hanya di negara kita ini. Indonesia." Bora memulai cerita dengan baik dan jelas.

"Namun, hal tersebut sangat beresiko. Kak Anastasia merelakan umurnya yang terpotong banyak. Sekarang dia hanya bisa hidup sampai dua puluh tahun, jika dia menggunakan kekuatannya lagi.... "

"Jangan di teruskan. Entah kenapa itu menyedihkan untukku." Aku menyuruh Bora untuk berhenti. Hatiku terasa patah, entah kenapa rasanya seperti di sayat-sayat oleh pisau.

Wajar saja dia begitu. Karena Kak Anastasia sungguh kakak kandungnya. Ingatannya belum pulih. Banyak orang berkemampuan yang telah di hapus ingatannya oleh dia, tapi ada beberapa yang sudah ingat Kak Arthur. Namun, penghapus ingatannya pun tidak ingin menghapus ingatannya karena orang paling berharga untuknya yang sekarang tepat berdiri di depanku. Asmara orang sungguh hebat, ya. Enak Sekali. (Bora di dalam hati. Tak lama setelahnya dia meminum air putih botol yang telah dibelinya.)

"Kita ganti topik saja. Rencana OSIS nanti lagi di bahasnya. Aku ingin tahu bagaimana perkembanganmu dengan Zahra?" Aku bertanya.

"Bora?" Aku memanggilnya, tapi tidak ada jawaban. Bora mematung.

"Oi, Bora!?" Aku mencoba menyadarkannya.

Sial. Paling malas membahas hal beginian. Aku sudah memutuskannya untuk melupakannya. Tapi, kenapa selalu saja mencobanya, orang-orang selalu mengingatkan dirinya kepadaku. Sialan. (Bora kesal di dalam hati)

"Aku sudah tahu sih keseluruhan ceritanya. Tapi, apa kau yakin tidak ingin berhenti? Bukannya lelah terus mengejar orang yang bahkan tidak punya perasaan padamu?" Tanyaku.

"Entahlah, aku juga bingung." Jawab Bora singkat.

Damage critical. Ampun! ini orang omongannya nusuk juga, ya. (Bora di dalam hati)

"Dia itu sudah seperti matahari bagiku. Masa laluku itu sangat kelam." Bora melanjutkan pembicaraannya.

"Asal kau tahu saja. Dulu aku adalah anggota O3PMI." Jelas Bora.

Aku langsung syok dan merasakan sedikit ketakutan serta sedikit gemetaran ketika Bora memberitahu hal tersebut.

"Apa?!?!?" Kami berdua reflek melihat ke arah pintu masuk kelas.

Beben, Adit, Genta, Rino, Alex, Rio bahkan Dimas si judes pun sampai menjatuhkan makanan yang telah dia beli. Berbeda dengan Ivan yang diam. Dia sudah tahu lebih dulu.

"Kok bisa?" Tanya Adit syok.

"Takut, gua.. menjauh sana!" Beben kembali merasakan trauma.

"Apa perlu kita dia lenyapkan sekarang? Tanya Dimas.

"Apa itu O3PMI?" Tanya Rio polos.

"Kirain sudah tahu." Celetuk Alex kepada Rio.

"Kalian ingin membenciku silahkan! Aku ikut dalam gerakan OSIS sekarang karena sebagai bentuk penebusan atas dosa-dosaku." Wajah Riang Bora berubah menjadi wajah riang yang menyimpan banyak sekali kesedihan.

"Teman-teman! Tolong diamlah sebentar! Kita dengarkan dulu penjelasan Bora!" Aku berseru menenangkan situasi.

"Aku telah melihat semuanya lewat kemampuanku. Biarkan kalian juga mengerti." Kataku.

Memang sejak Bora berbicara tentang masa lalunya, aku langsung melihat potongan masa lalu milik Bora melawati kemampuanku. Kemampuanku sudah bisa aku kendalikan dan maksimalkan sebaik mungkin setelah sering mengikuti kelas khusus.

"Singkatnya, Aku di peralat. Orang tuaku di bunuh oleh anggota mereka, tapi yang mereka katakan saat melihatku hebat dalam bela diri aliran baru hanya 'Orang yang memiliki kemampuan spesial lah yang telah membunuh orang tua mu.' Begitulah kira-kira yang terjadi." Bora memulai kisahnya.

"Maaf, jika aku yang terlalu banyak tersorot di dalam cerita ini padahal bukan tokoh utamanya." Bora menunduk.

"Tidak apa-apa. Mungkin memang belum saatnya akh bersinar untuk saat ini." Kataku sembari menepuk bahu Bora.

"Aku memang tidak bisa mengalahkanmu dalam pertarungan dan bahkan kau tidak berubah. Aku selalu memberi lawanmu kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik, meskipun tetap di khianati." Ujar Bora.

"Apa maksudmu?" Tanyaku.

"Bukan apa-apa. lanjutkan yang tadi. Aku di kuasai amarah lalu bersumpah ingin membuat orang berkemampuan menderita seperti yang aku alami." Bora melanjutkan kisah masa lalunya.

Beben semakin gemetaran, trauma yang dia alami kembali muncul dengan lebih jelas.

"Jangan!"

Adit, Rino dan Genta dalam posisi siap siaga bersamaan dengan Dimas.

TUNG!!! Suara telpon Rio berbunyi.

"Maaf aku harus pergi sekarang, aku lupa kalau ada urusan." Rio pergi kemudian menabrak Nara yang hendak masuk ke kelas.

"Maaf, Nara Aku sedang terburu-buru." Rio kembali berlari.

"Sama seperti biasanya. Tekadnya tidak pernah padam. Tenang saja, Rio. Aku bersumpah akan menegakkan keadilan atas perlakuan para penguasa yang tidak memperlakukan kita secara adil hingga mereka dengan teganya membunuh ibumu dan ibuku lalu dengan wajah tidak berdosanya menganggap itu kecelakaan." Nara kesal lalu memukul tembok.

"Pilihan dan prediksiku tepat dalam memilih Sekolah ini. Saatnya aku terlibat dalam operasi OSIS dan membuatnya menjadi nyata." Nara mengepalkan tangannya lebih kuat.

"Sedang apa kalian?" Nara bertanya kepada Alex.

"Mendengarkan cerita masa lalu Bora yang kelam." Jawab Alex.

"Saat aku mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Rasa frustasi menghantuiku. Banyak Nyawa orang tidak bersalah aku korbankan. Hingga di tengah hujan seorang wanita, kalian pasti tahu itu siapa."

"Menyesali apa yang telah terjadi lalu tidak bisa memperbaikinya adalah hal yang wajar. Setidaknya jika datang kesempatan, lakukan sesuatu untuk membuat penyesalan itu tidak ada dengan pilihanmu saat ini."

"Begitulah yang di katakan olehnya di masa depan saat aku terpuruk dengan semua kesalahan yang telah aku perbuat dan masa dimana orang-orang berkemampuan menderita." Bora menulis di papan tulis dengan spidol hitam.

"TAMAT." Kata Bora.

Hening. Kemudian Alex, Empat sekawan absurb, Dimas, Ivan bertepuk tangan.

"Meskipun dulu kau adalah musuh. Caramu memang tepat. Kesempatan ini bagus untuk memperbaiki segalanya." Nara berkomentar.

"Karena cerita, Lo sesedih ini. Dan gak mungkin kita bisa menghadapinya. Gua bakal traktir Lo Indomie, bener gak?" Rino menatap ke arah Beben, Adit dan Genta.

"Gua bakal Nerima Lo sebagai orang baik. Gua rasa, Lo memang berbeda dari anggota itu." Beben menepuk bahu Bora sembari mencoba menghapus traumanya.

"Kalo memang benar, dia matahari Lo. Kita harus bener bikin Lo jadian sama Zahra." Usul Adit.

"Tidak perlu. Dia sudah memilih orang lain." Bora kembali riang.

"Memang siapa?" Tanya Faris.

"Kalian mungkin tidak akan pernah tahu kecuali Ivan. Dia adalah murid laki-laki populer di sekolah. Faris." Setelah jawaban Bora tersebut semuanya semakin heboh.

"Selagi janur kuning belum terpasang. Kau bisa menikungnya." Ujar Genta dramatis.

"Betul." Dimas membenarkan pernyataan Genta.

"Kayaknya Lo mau nikung pacar orang terus lupain Isna, ya?" Celetuk Beben kepada Dimas.

"Diam!!" Dimas mengamuk lalu mengejar Beben.

"Eh, aku baru tahu kalau Dimas menyukai Isna." Kata Alex.

"Apa menariknya percintaan remaja?" Nara mendengus lelah.

"Lo kayaknya gak populer di kalangan cewek deh, Nara." Rino menepuk kedua bahu Nara.

"Kok, aku jadi pengen memukulmu, ya." Nara tertawa dengan menyimpan dendam sehingga membuat Rino takut.

Aku hanya memperhatikan keadaan absurb dan random ini. Aku memang tidak terlalu memikirkan percintaan, tapi satu sosok selalu menggentarkan hatiku. Seperti setiap saat melihatnya. Aku seperti memang selalu dekat dengannya. Nayyara.

"Dimas itu Isna mau masuk ke kelas. Nanti Lo malah di sebut anak-anak kalo ngejar gua kayak gini." Seru Beben.

"Mana?" Dimas langsung terhenti langkahnya.

"Tapi boong, Hayuk!" Beben tertawa lebar.

"SETAN!!!! SAATNYA MEMBABAKBELURKAN ORANG!" Dimas semakin kesal dan marah lalu mengejar Beben lebih cepat.

"Eh, co lihat ada pocong sama Kunti lagi bucin!" Seru Beben kembali.

"Bohong! Mana ada Hantu di siang hari! Sama apa? Bucin? Jelas banget bohongnya!" Bantah Dimas.

Beben rem mendadak sehingga membuat dirinya tertabrak oleh Dimas.

"Kena juga, sekarang saatnya memberi pelajaran." Dimas siap mendaratkan bogemnya.

"Serius, itu liat!" Beben berseru sembari menunjuk ke arah

Mata kami semua tertuju kepada pohon besar di dekat jendela kelas kami.

"Jir." Adit syok.

"Haduh, sayang?!" Kunti memanggil si Pocong.

"Apa?" Tanya si Pocong.

"Kenapa manusia zaman sekarang banyak yang sudah tidak takut hantu lagi? Gimana kita jadi populer lagi, coba? Si Buto ijo ajah followersnya besar karena selalu bikin vidio nakutin orang yang berhasil." Keluh Kunti.

"Belum rezeki kita ajah, itu. Lagian si Buto ijo juga kan pake jasa joki followers. Jadi nanti kita laporin aja ke banaspati biar di tangkap karena penipuan." Kata Si Pocong.

"Makasih udah dengerin aku sayang." Kata si Kunti yang setelahnya bersandar kepada Pocong.

"Sama-sama."

"Walaupun hantu, tapi mesra juga, ya?" Kata Bora sembari memakan Chiki.

"Kami sependapat dengan Bora." Ujar Empat sekawan absurb.

"Ini sangat sulit untuk di jelaskan secara fakta." Celetuk Nara yang setelahnya meneguk minumannya.

"Bentar, hantu juga punya aplikasi sosial medianya sendiri, ya?" Tanyaku.

"Mungkin." Jawab Alex.

"Lebih romantis kisah Ibu dan ayahku." Kata Ivan.

Kedua hantu yang menyadari bahwa mereka sedang di amati kemudian langsung menghilang dengan rasa malu.

"Yah!! Pergi!" Kata kami bersepuluh serentak.

"Kalian sedang melihat apa?" Nayyara tiba-tiba muncul di belakang kami. Bersamaan dengan Isna, Zahra dan yang lainnya. Sudah hampir waktunya berganti mata pelajaran.

"Tadi kami baru selesai melihat hantu yang pacaran." Jawabku.

"Kamu mengkhayal, ya? Mana mungkin ada Hantu di siang bolong? Pacaran pula?" Nayyara bertanya heran. Lalu mencubit pipiku, tapi langsung di lepaskan.

"Ehh, maaf kelepasan." Wajah Nayyara berubah menjadi merah.

Yang lain malah menatapku. Ada yang ingin menggoda, jijik bahkan senang.

"Dimas, tadi kamu lupa bawa Tupperwaremu. Ini aku bawain. Ketinggalan di lapangan." Seorang gadis dengan hijab rapih memberikan Tupperware kepada Dimas. Itu Isna.

"Terimakasih, padahal baru saja aku mau ambil sendiri." Kata Dimas sedikit judes.

Siapa sangka dia tsundere. (Kataku di dalam hati.)

"Kamu lelah, ya?" Tanya Bora kepada Zahra.

"Iya, aku lelah. Waktu tes tadi, guru menyuruh kita untuk tanding dengan kelas sebelah." Jawab Zahra.

"Eh, aku pengen tanya soal kimia yang sulit!" Kata Bora.

"Bagian yang mana?" Tanya Zahra. Mereka berdua terus mengobrol.

"Olahraga, kita harus sehat!" Fahri push up dengan tangan satu..

"Minna!! Watashi kembali!" Itu Reiji. Wibu garis keras di kelas.

"Kamu tidak bosan mengejar peringkat tertinggi di game itu?" Tanya seorang gadis remaja kepada seorang remaja lelaki yang sedang bermain game di smartphonenya.

"Tentu saja tidak Irliana. Aku harus menjadi player profesional lalu sukses di sebuah tim besar." Jawab remaja lelaki tersebut.

"Aku akan mendukungmu, Deka." Kata Irliana.

"Jika, kamu punya mimpi juga. Aku akan mendukungmu penuh." Balas Deka.

"Halo guys, kita di sini lagi istirahat! Jangan lupa ikuti keseharian Ravel hanya di akun ini!" Ravel artis terkenal menutup livenya.

"Andai saja aku tidak introvert. Pasti aku akan menikmati suasana ini." Seorang gadis dengan masker mengeluh pelan.

"Kamu itu tidak introvert." Kata seorang gadis dengan rambut kuncir dua. Tari.

"Apa sih suasana kelas ini, membosankan sekali." celetuk gadis yang mirip dengan Tari. Bedanya rambutnya di kepang kuda.

"Ayolah, Tara. Bukannya ini lebih hidup?" Tari menyakinkan saudara kembarnya.

"Terserahlah!" Kata Tara ketus.

"Andai saja kehidupan normal seperti ini ada sejak awal. Sayangnya dunia sudah merubahnya." Kataku.

"Kau benar, tapi dengan ini, rencana besar, ramalan nostradamus dan kedamaian mungkin dunia itu benar akan terwujud." Bora menimpali perkataanku setelah berbicara panjang lebar dengan Fakhitah.

"Aku tidak percaya ramalan, tapi logikaku bisa membantu banyak, aku akan bergabung dengan OSIS meskipun aku tidak memiliki kemampuan spesial." Nara ikut nimbrung.

"Eh?" Aku heran.

"Kegeniusanmu memang sangat di perlukan. Seharusnya kau bergabung lebih awal, Nara." Ujar Bora.

"Kali ini, aku sudah mempertimbangkannya dengan matang, dan juga aku akan turut serta dalam misi Pertama kalian berdua."

Aku dan Bora terkejut lalu menatap Nara secara bersamaan.

"Itu, bisa di atur." Bora memahami maksud Nara.

"Kemungkinan lawan kalian adalah musuh sama seperti yang sedang aku lacak dan incar." Nara menatap tajam keluar.

...****************...

"Bos, kita sudah mempersiapkan semuanya. Bisnis kita akan lancar segera." Seorang pria dengan senjata api melapor.

"Bagus. Pastikan bajingan dari SMK Jangkar Pelita, tidak menggangu kita lagi, dan sepertinya dia akan membawa cecunguk baru ke hadapan kita." Bos tersenyum lebar dengan siasat jahat.

1
Vian Nara
menarik
sang kekacauan
lanjut
sang kekacauan
kalau 80 berapa ro aku mulai aktif membaca kembali
sang kekacauan
nggak konsisten
Vian Nara: Maaf ya, karena sulit untuk konsisten bagi saya karena saya mengidap penyakit mental yang di mana lamuna sedikit saja sudah membuat cerita yang baru serta kompleks jadinya sulit /Frown/
sekali lagi mohon maaf
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!