NovelToon NovelToon
Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Jatuh Cinta Dengan Adik Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Selingkuh / Anak Kembar / Dijodohkan Orang Tua / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mila julia

Keira hidup di balik kemewahan, tapi hatinya penuh luka.
Diperistri pria ambisius, dipaksa jadi pemuas investor, dan diseret ke desa untuk ‘liburan’ yang ternyata jebakan.

Di saat terburuk—saat ingin mengakhiri hidupnya—ia bertemu seorang gadis dengan wajah persis dirinya.

Keila, saudari kembar yang tak pernah ia tahu.

Satu lompat, satu menyelamatkan.
Keduanya tenggelam... dan dunia mereka tertukar.

Kini Keira menjalani hidup Keila di desa—dan bertemu pria dingin yang menyimpan luka masa lalu.
Sementara Keila menggantikan Keira, dan tanpa sadar jatuh cinta pada pria ‘liar’ yang ternyata sedang menghancurkan suami Keira dari dalam.

Dua saudara. Dua cinta.
Satu rahasia keluarga yang bisa menghancurkan semuanya.

📖 Update Setiap Hari Pukul 20.00 WIB
Cerita ini akan terus berlanjut setiap malam, membawa kalian masuk lebih dalam ke dalam dunia Keira dan Kayla rahasia-rahasia yang belum terungkap.

Jangan lewatkan setiap babnya.
Temani perjalanan Keira, dan Kayla yaa!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 . Kembali ke Kandang Singa

Langit Jakarta sore itu kelabu, berat seperti menyimpan hujan yang enggan jatuh.

Di dalam mobil mewah yang meluncur pelan, Kayla duduk kaku. Dari balik kaca gelap, ia melihat gerbang besi setinggi hampir tiga meter, dengan huruf “H” besar di tengahnya—lambang keluarga Hadiwijaya, simbol kekuasaan sekaligus peringatan tak tertulis: jangan macam-macam.

Mobil berhenti. Gerbang terbuka perlahan, seakan sengaja memberi waktu untuk meresapi intimidasi yang memancar dari rumah di baliknya.

Bangunan megah tiga lantai itu berdiri di tengah taman luas, dihiasi pohon-pohon tua yang tampak seperti penjaga setia rahasia kelam di dalamnya. Indah, tapi bukan ramah—lebih mirip istana yang jadi kandang singa.

Leo keluar lebih dulu. Gerakannya cepat, kaku, tanpa sekilas senyum. Ia membukakan pintu untuk Kayla, tapi tidak dengan keramahan—lebih seperti orang yang menyeret barang titipan.

Kayla turun, napasnya terasa berat. Jantungnya berpacu, tapi wajahnya tetap tenang, menutupi gejolak seperti permukaan air yang memendam pusaran di bawahnya.

Begitu pintu utama dibuka, hawa dingin menyapu.

Bukan AC. Dingin ini berasal dari tatapan.

“Akhirnya datang juga.”

Suara itu terdengar tajam, diucapkan dengan nada seperti sedang memanggil pembantu yang terlambat.

Tantri Hadiwijaya berdiri di ruang tamu. Kebaya cokelat dengan selendang emas membungkus tubuhnya, tapi yang memaku orang bukan pakaiannya—melainkan sorot mata dingin yang bisa membuat darah berhenti mengalir.

Ia melangkah maju, setiap ketukan sepatu hak di lantai marmer terdengar seperti palu hakim.

“Jangan pikir dengan pura-pura hilang ingatan kau bisa bebas dari tanggung jawabmu,” ucapnya datar.

“Keluarga ini sudah cukup malu karena kelakuanmu. Dan aku tidak akan biarkan satu perempuan menghancurkan reputasi yang dibangun puluhan tahun.”

Tatapannya menyapu Kayla dari atas sampai bawah, lalu jari telunjuknya menekan dahi Kayla—dingin, kaku, dan merendahkan.

“Investor anakku batal karena mulut dan otak dangkal mu. Kalau saja kau bisa menahan diri… atau setidaknya tahu kapan harus diam.”

Kayla menunduk, bukan karena rasa bersalah, tapi karena bingung. Kata-kata Tantri seperti potongan puzzle yang tak nyambung di kepalanya. Dia tidak tahu apa yang Keira—pemilik tubuh ini—pernah lakukan. Tapi sekarang, dialah yang harus menanggung akibatnya.

Suara langkah lain terdengar dari arah tangga.

Tamara putri wijaya melenggang turun—muda, cantik, wangi, dengan senyum yang lebih cocok disebut jebakan.

“Hai, Kakak ipar…” ucapnya manis, tapi nada mengejeknya menetes dari setiap kata. “Gimana rasanya diselamatkan setelah tidur bareng om-om ?”

Ia mendekat, jarinya mengelus rambut Kayla seperti sedang mengelus anjing peliharaan—bukan manusia.

“Sudah main berapa ronde ....sampai kau menyerah dan memilih mati ?”

"Dua ronde.. tiga.. empat atau....sudah full service ?. "

Tawanya nyaring, pecah di udara seperti kaca retak.

Leo hanya berdiri. Diam. Menonton. Seolah adegan ini sudah sering terjadi.

Kayla menoleh, matanya mulai panas oleh amarah yang ditahan.

Tamara mendengus, melirik Tantri. “Ma, serius… dia beneran amnesia, atau cuma pura-pura biar bisa ngulang kelakuan bejatnya dari nol?”

Tantri menjawab tanpa menoleh. “Orang seperti dia? Kalau dikasih nol, malah akan dibikin minus.”

"Itu sebabnya orang tuanya membuangnya kepada kita. Dia benar - benar tidak berguna. " sambung Tantri memandang remeh pada Kayla.

Tawa Tamara pecah lagi.

Dan di sela tawa itu, Kayla merasakan rumah ini seperti menutup dirinya rapat-rapat, mencekik perlahan.

Pintu kaca di sisi ruangan terbuka.

Seorang pria masuk. Rambut cokelat gelap, rahang tegas, mata tajam yang mengamati seperti sedang membaca buku terbuka. Tapi tatapannya berbeda—bukan hinaan, bukan serangan—melainkan penilaian.

“Halo, Keira. Ingat aku?” suaranya rendah, senyumnya tipis.

Leo langsung menoleh. “Jangan ikut campur, Revan.”

Revan menyandarkan bahu di kusen pintu. “Aku cuma menyapa. Rumah ini sudah cukup menyeramkan tanpa konser hinaan gratis tiap malam.”

Kayla menatapnya. Ada sesuatu di sana—bukan simpati murahan, tapi pengakuan bahwa ia masih manusia.

“Dia siapa…?” bisik Kayla pada Leo.

Leo mendengus. “Tidak usah banyak tanya. Urus saja otakmu itu!”

Tangannya terangkat, hendak mendorong kepala Kayla seperti biasa.

Tapi kali ini…

Kayla menangkap pergelangan tangannya. Memelintir ke belakang. Gerakannya cepat, presisi—seperti tubuhnya pernah dilatih untuk ini.

“Sentuh gue sekali lagi…” suaranya rendah, dingin, “…dan gue pastikan lo minta maaf ke Tuhan dulu sebelum ke siapa pun.”

Keheningan menggantung.

Tamara membeku, Tantri terbelalak, Revan menaikkan alis—terkesan.

Leo mendesis, tapi tak bisa bergerak.

Kayla melepaskannya perlahan, lalu mundur satu langkah. Bahkan dirinya sendiri terkejut—kenapa tubuh ini tahu cara bertarung?

“Gue capek. Gue mau masuk kamar!” serunya, lalu menaiki tangga tanpa menunggu jawaban.

Leo mengelus lengannya yang nyeri. Tantri menyipitkan mata.

“Gaya bicaranya… kurang ajar. Seperti orang lain.”

Leo mengangguk tipis. “Aku juga ngerasa gitu, Ma. Tapi kata dokter itu semua karena amnesianya.”

Tantri tidak menjawab. Tapi tatapannya jelas berkata: Aku nggak percaya.

Dan di bawah sana, Tamara menunduk sambil tersenyum licik.

Revan hanya menggumam pelan… “Menarik."

 $$$$$

Di lantai dua…

Kayla berdiri canggung di tengah lorong yang terlalu sunyi untuk rumah sebesar ini.

Sepatu hak rendahnya memantulkan bunyi tok… tok… yang terdengar jelas di udara yang dingin dan bersih, seperti lorong rumah sakit mewah.

Pintu-pintu berjajar di kiri-kanan, semua sama—terbuat dari kayu mahoni mengilap dengan gagang pintu emas dan ukiran anggrek yang begitu detail, seakan setiap helai kelopaknya diukir oleh tangan yang takut membuat kesalahan.

Dari lampu gantung kristal di langit-langit, cahaya keemasan jatuh lembut, tapi bukannya hangat, justru terasa mengawasi.

“Rumah ini kayak labirin Versailles… tapi lebih intimidatif,” gumamnya, mengelus pelipis yang mulai berdenyut.

Ia berhenti di depan satu pintu.

 “Feeling gue… ini.”

KLIK

Gelap. Sunyi.

Sampai matanya menyesuaikan, lalu…

Sebuah boneka panda jumbo duduk manis di ranjang, dikelilingi bantal pink dan lampu tidur unicorn yang menyala lembut. Dindingnya penuh poster idol Korea dengan wajah tersenyum sempurna.

Kayla memicingkan mata.

 “…Astaga, kamar Tamara!”

Ia buru-buru menutup pintu, meringis geli.

“Gue hampir mati karena glitter dan parfum strawberry overload.”

Menoleh ke kanan. Pintu berikutnya.

"Yang ini?”

KLIK

Aroma citrus tajam langsung menyambut, menusuk hidungnya dengan wangi lemon segar yang bercampur aroma marmer basah.

Toilet.

Mewah—lantai marmer putih berkilau, wastafel stainless memantulkan cahaya seperti baru dipoles malaikat.

Namun yang paling mengejutkan… seorang pelayan muda berdiri di sana, sedang menyemprotkan disinfektan sambil menyenandungkan lagu dangdut pelan dari ponselnya.

Kayla membeku.

Pelayan itu ikut terkejut, mata membesar seperti kucing yang tertangkap basah.

 “Oh, maaf, Nona! Saya kira tidak ada yang masuk…”

Kayla mengangkat kedua tangan kecil, mencoba tersenyum.

 “Nggak, justru gue yang harus minta maaf. Gue… nyasar.”

Pelayan itu tersenyum ramah, pipinya memerah malu.

 “Tentu, Nona Keira. Biar saya antarkan.”

Mereka berjalan beriringan. Kayla melirik ke arah pelayan itu, ingin bertanya banyak hal, tapi memilih diam—ia tahu, dinding rumah ini mungkin juga punya telinga.

Beberapa langkah kemudian…

Mereka berhenti di depan sebuah pintu di ujung lorong.

Di sana, terukir huruf kecil dengan ukiran halus: K

Sederhana. Tapi terasa personal.

 “Ini kamar Nona,” ucap pelayan itu.

 “Makasih…” Kayla mengangguk sopan, lalu masuk.

Pintu tertutup.

Ia menyandarkan punggungnya di sana, menatap langit-langit tinggi. Nafasnya masih belum teratur. Kepalanya berdenyut.

Dan hatinya… terasa makin jauh dari semua yang pernah ia kenal.

Kamar Keira.

Lembut, wangi, elegan. Tirai putih mengalir dari jendela besar, digerakkan angin sore. Ranjang rapi dengan bantal empuk. Meja rias penuh parfum mahal, dengan botol-botol kaca berbentuk aneh yang tampak seperti karya seni.

Di atas meja rias, sebuah bingkai foto—perempuan dengan wajah sama dengannya, tapi tersenyum lepas, matanya penuh cahaya yang tak ia miliki sekarang.

Kayla melangkah ke depan cermin.

Pantulan di sana membuat dadanya terasa sesak—wajah itu harus ia kenali sebagai miliknya, tapi terasa seperti topeng yang menempel di orang asing.

Ia menatap lama, lalu bergumam lirih, hampir tanpa suara:

 “Jadi… ini hidup gue, ya?”

Bukan ragu. Bukan penolakan.

Tapi kekosongan—kosong seperti seseorang yang mencoba memahami siapa dirinya di dunia yang terasa terlalu megah, terlalu asing.

Hening.

Tenang.

BRAK!

Pintu terdobrak keras, menghantam dinding. Getarannya membuat bingkai foto di meja rias bergoyang.

Leo berdiri di ambang pintu. Nafasnya berat, dadanya naik-turun. Rahangnya mengeras. Mata hitamnya menyala seperti bara yang dipendam terlalu lama.

Kayla menoleh cepat. Tubuhnya otomatis menegang, kaki sedikit mundur.

Tatapan itu…

bukan tatapan suami.

Bukan tatapan kekasih.

Itu tatapan pemburu—

dan dia sedang berdiri di tengah kandang.

Leo melangkah masuk perlahan, setiap langkah menekan udara di antara mereka. Sudut bibirnya terangkat, tapi bukan senyum—lebih seperti predator yang sudah mengunci mangsa.

“Kita perlu bicara,” suaranya rendah, serak, tapi mengandung amarah yang jelas tidak akan berakhir dengan diskusi tenang.

Kayla menelan ludah, jari-jarinya mengepal tanpa sadar. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi… tapi tubuhnya tahu ini bukan sekadar pertengkaran biasa.

.

.

.

Bersambung.

Revan Alverowijaya🐊

1
Dedet Pratama
luar biasa
Alyanceyoumee
mantap euy si Revan
Kutipan Halu: hahah abis di kasih tutor soalnya kak 😄😄
total 1 replies
Bulanbintang
Iri? bilang boss/Joyful/
Kutipan Halu: kasih paham kakak😄😄
total 1 replies
CumaHalu
Suami setan begini malah awet sih biasanya 😤
Kutipan Halu: awett benerrr malahan kak😄
total 1 replies
iqueena
Kasar bngt si Leo
iqueena: sharelok sharelok
Kutipan Halu: kasih tendangan maut ajaa kak, pukulin ajaa kayla ikhlas kok🤣
total 2 replies
Pandandut
kay kamu mantan anak marketing ya kok pinter banget negonga
Kutipan Halu: kaylanya sering belanja di pasar senin kak🤣
total 1 replies
Dewi Ink
laahh, pinter nego si Kayla 😅
Kutipan Halu: biasa kakk valon emak2 pinter nego cabe di pasar😄😄
total 1 replies
Alyanceyoumee
nah gini baru perempuan tangguh. 😠
Kutipan Halu: iyaa kak greget jugaa kalau lemah muluuu, org kek leo emng hrs di kasih paham😄😄
total 1 replies
Yoona
😫😫
CumaHalu
Kapok!!
Makanya jadi suami yang normal-normal aja😂
Kutipan Halu: diaa memilih abnormal kak☺☺
total 1 replies
Pandandut
mending ngaku aja sih
Kutipan Halu: emng bisaa ya kak, kan udh terlanjut bohong gituu org2 udah juga pada percaya, klu aku jadi keira sih juga pasti ngambil jln dia juga😭😭
total 1 replies
Pandandut
pinter juga si revan/Slight/
iqueena
pintar juga Revan
Dewi Ink
mending ngaku duluan si dari pada ketahuan
Yoona
leo juga harus ngerasain
Alyanceyoumee
mantap...👍
CumaHalu
Wah, hati-hati Kayla.😬
Kutipan Halu: waspada selalu kak☺
total 1 replies
CumaHalu
Astaga😂😂😂
Bulanbintang
dua kali lebih lama, 😩😒
Bulanbintang
kompak bener😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!