Jia dan Liel tidak pernah menyangka, bahwa dimulai dari sekotak rokok, pertemuan konyol di masa SMA akan menarik mereka ke dalam kisah penuh rahasia, luka, dan perjuangan.
Kisah yang seharusnya manis, justru menemukan kenyataan pahit. Cinta mereka yang penuh rintangan, rahasia keluarga, dan tekanan dari orang berpengaruh, membuat mereka kehilangan harapan.
Mampukah Jia dan Liel bertahan pada badai yang tidak pernah mereka minta? Atau justru cinta mereka harus tumbang, sebelum sempat benar-benar tumbuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Avalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketua Osis dan Sanna yang Menjauh
Sejak terakhir kali Liel mengantar Jia pulang ke rumah. Mereka masih sering bertengkar kecil, namun ada yang berbeda. Mereka menjadi cukup dekat dibandingkan sebelumnya.
Mereka sering terlihat berjalan bersama ke perpustakaan. Bahkan pernah tertangkap sedang tertawa bersama di lorong sekolah, menjadi pemandangan langka bagi yang mengenal pribadi Liel yang biasanya tidak ramah. Seolah-olah mereka sangat akrab satu sama lain.
Banyak yang mulai berbisik-bisik, bertanya-tanya, seperti “Jia pacaran sama Liel, ya?” atau “Liel tertawa? Bersama wanita???”. Situasi yang Liel ciptakan, membuat suasana cukup ricuh.
Rumor gila ini tentu membuat Jia kewalahan. Bahkan, terlihat Den sedang menatap sinis ke arah Jia. Begitu pula dengan Sanna, dia menjadi jauh lebih tenang, setelah sebelumnya selalu berlebihan saat menceritakan tentang Liel pada Jia.
Nata yang mendengar rumor tersebut segera menatap Jia, sembari memberikan sinyal, bahwa tebakan yang dia lontarkan pada Jia tempo hari tidak salah.
Kemudian secara perlahan, dia mulai menghampiri Jia, mencoba mengajak Jia dan Sanna ke kantin. Namun sayangnya, Sanna menolak.
“Kalian saja, aku sedang ingin sendiri.” Wajah Sanna berpaling tanpa menoleh ke arah mereka.
Alis Jia berkerut. ”Apa kamu ada masalah?”
”Tidak Jia, pergilah bersama Nata. Aku baik-baik saja.”
“Kamu yakin??”
Sanna mengangguk pelan tanpa tersenyum. Jia dan Nata pun meminggalkan Sanna dan segera menuju kantin.
“Entah mengapa aku merasa ada yang aneh dari Sanna,” gumam Nata pelan.
Jia melirik Nata sekejap. “Apa yang kita pikirkan sama, hanya saja … aku tidak ingin berpikiran yang buruk tentangnya.”
Nata mengangguk pelan. “Itu benar, kita tidak boleh berpikiran negatif bukan?”
“Ya, aku bersyukur, semoga hari ini berjalan dengan baik tanpa ada masalah.”
Namun, sepertinya Jia harus menarik kembali rasa syukur tersebut. Bagaimana tidak, di tengah kegaduhan yang ada, si Ketua Osis menciptakan drama baru.
“Aku dengar kamu suka susu sapi ini? Aku tadi melihat ini di koperasi, lalu teringat dirimu.” seru Reonald seraya menaruh sekotak susu sapi di atas meja.
“Aku lebih suka sapi kak,” ucap Jia datar.
“Serius?? Waah Kamu benar-benar wanita yang tidak terduga ya? Haruskah besok aku membawakanmu seekor sapi?”
Nata terkejut seraya menutup mulutnya dengan tangan. Dia hanya dapat menaikkan alis serta tersenyum geli. Jia terdiam sejenak, masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi.
Tidak butuh waktu lama, Jia memutuskan untuk menolak pemberian susu kotak tersebut, namun Kak Reonald dan temannya memaksa Jia untuk mengambilnya.
Jia mengambil seraya menunjukkan kebingungan.“Seharusnya tidak perlu seperti ini, akan tetapi … baiklah jika kamu memaksa, terima kasih banyak kak.”
Reonald tersenyum puas. Dia dan temannya perlahan pergi dari kantin. Kemudian, Nata mulai menggoda Jia perihal tindakan Reonald dan Jia yang sedikit pusing akibat lelucon Nata. Mereka tertawa, namun tidak menyadari, ada sepasang mata menyaksikan semuanya dari arah pintu kantin.
Liel.
Dia hendak masuk mencari air mineral, namun langkahnya terhenti saat melihat Reonald menyodorkan susu dengan senyum hangat. Melihat Jia tersenyum dan mengamati betapa akrabnya mereka, Liel merasa dadanya seperti ditekan dari dalam.
Tangannya yang berada di saku seragam mengepal pelan. Jia dan Nata berjalan keluar dari kantin tanpa dia sempat masuk ke dalam. Dia juga menyaksikan Jia meminum susu kotak tersebut.
Senyum Jia memudar saat Liel berdiri di depan mereka, Jia berharap Liel tidak menyaksikan apa yang terjadi barusan.
“Liel, kenapa tidak masuk ke kantin dan bergabung bersama kami?” tanya Jia dengan polosnya.
“Tidak, lagipula …Kamu sudah ditraktir susu kotak,” sahut Liel tanpa ekspresi.
Jia mengernyitkan dahi bersamaan dengan rasa bingung yang memuncak di hatinya. “Eh, maksudnya apa ya??”
“Kamu cerdas Jia, bahkan terkadang menjadi sainganku jika menyangkut nilai di setiap mata pelajaran, masa iya sekarang kamu pura-pura tidak tahu??
“Hei, aku benar-benar tidak mengerti, mengapa kamu bertingkah aneh seperti ini?”
Tanpa berkata apapun, Liel segera beranjak pergi. Tatapan tajamnya mengganggu Jia. Dia menjadi bingung dengan apa yang terjadi hari ini. Penuh dengan drama, dan Jia ada di dalamnya, menyebalkan.
Nata tersenyum setengah mengejek. “Mungkin dia cemburu saat menyaksikan peristiwa tadi? Sehingga … dia kesal??”
Mata Jia menjadi sangat tajam saat Nata mengatakan hal yang tidak masuk akal. Bagaimana bisa Liel cemburu sedangkan status mereka saat ini hanya berteman.
Dia memicingkan matanya saat mendengar ucapan Nata. “ Hei, jangan bicara sembarangan Nat!!”
,, suka deh puny sahabat macam Nata