NovelToon NovelToon
Beginning And End Season 2

Beginning And End Season 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Cintapertama / Balas Dendam / Romansa Fantasi / Anime
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: raffa zahran dio

Lanjutan dari Beginning And End.

Hasane Reina... selamat dari kematian. Di rumah sakit Osaka, mayat Reina di bawa oleh dua perawat. namun setelah perawat itu mengunci pintu kamar mayat, terungkap identitas yang membawa Reina ke ruang mayat, yaitu Reiz dan Tia.

Reiz dan Tia menukar mayat Reina dengan boneka yang hampir menyerupai diri Reina. Lalu Reina secara diam diam di bawa ke Rusia, untuk menukar jantung nya yang rusak dengan jantung robot yang akan bertahan di akhir tahun.

Namun supaya dapat hidup selama nya, Reina harus mencuri sebuah jantung, sumber kehidupan. Namun yang ada di benak Reina saat ini adalah membalas kan dendam nya kepada ayah kandungnya sendiri, Yaitu Hasane Danton. Reina berencana akan mengambil jantung Danton dan membunuh nya dengan sangat keji.

Apakah Reina berhasil? dan apa yang akan Reina lakukan selanjutnya? apakah dia masih menyembunyikan diri nya bahwa dia masih hidup kepada Kei dan yang lainnya? itu masih sebuah misteri....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 : Mike bertemu dengan Lynn.

Udara malam Tokyo yang sejuk membasahi wajah Helena, Alisiya, dan Ryu saat mereka keluar dari toko ramen sederhana itu. Aroma kaldu masih samar-samar tercium di pakaian mereka, sebuah kenangan dari pertemuan yang penuh emosi. Ryu, dengan langkah kaki lebih ringan dan mata yang bersinar dengan secercah harapan, berlari kecil menjauh, seakan ingin segera meninggalkan beban berat di pundaknya. Rambutnya yang sedikit basah karena keringat tertiup angin malam, menunjukkan betapa lega dan terbebasnya ia dari kesedihan yang telah lama membebaninya.

Ia menoleh, senyum lebar terkembang di wajahnya, sebuah senyum tulus dan penuh syukur yang memperlihatkan gigi-giginya yang putih. "Terima kasih Agen H dan Agen AS!!" teriaknya, suaranya bercampur dengan hiruk pikuk kota, namun tetap terdengar jelas, penuh dengan rasa terima kasih yang mendalam. Ia melambaikan tangan dengan semangat, gerakannya lincah dan penuh energi, sebelum akhirnya lenyap di antara kerumunan orang yang lalu lalang.

Helena dan Alisiya tersenyum, melambaikan tangan mereka sebagai balasan, menunjukkan rasa hormat dan persahabatan yang baru saja terjalin. Mereka menyaksikan Ryu menghilang, perasaan lega dan puas memenuhi hati mereka. Mereka telah berhasil menghibur Ryu, dan telah menemukan sekutu yang tak terduga dalam perjuangan mereka yang berat. Alisiya merasakan sebuah beban yang sedikit berkurang dari pundaknya, sebuah beban yang telah ia tanggung selama bertahun-tahun.

Mereka berjalan menuju tempat Reina, Alice, Jimmy, dan Mike menunggu, langkah kaki mereka pelan namun mantap, menunjukkan tekad mereka yang kuat. Cahaya lampu jalanan yang remang-remang menerangi wajah mereka yang tampak lelah namun tegar, menunjukkan betapa beratnya perjuangan yang telah mereka lalui. Mereka duduk di kursi tepi jalan yang sederhana namun nyaman, di tengah keramaian kota Tokyo yang gemerlap, sebuah kontras yang menunjukkan betapa rapuhnya kehidupan manusia di tengah gemerlap dunia. Reina tampak termenung, matanya menatap ke arah jalanan yang ramai, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu yang berat, rambutnya yang terurai menutupi sebagian wajahnya yang pucat.

Helena mendekati mereka, suaranya lembut namun tegas, menunjukkan kepribadiannya yang kuat dan penuh empati. "Apakah kau telah mendengarnya, Reina?" Ia menatap Reina dengan penuh perhatian, menunggu jawabannya. Ia merasakan sebuah ketegangan yang tersirat di udara, sebuah ketegangan yang menunjukkan betapa beratnya beban yang mereka tanggung bersama.

Reina mengangguk pelan, suaranya agak sedih, menunjukkan kelelahan dan kesedihan yang mendalam. "Iya... Helena..." Ia menghela napas panjang, sebuah napas yang menunjukkan kelelahan dan kesedihan yang mendalam. "Baiklah... kita akan mencari sahabatku selanjutnya..." Ia menatap teman-temannya satu per satu, matanya menunjukkan tekad dan kesungguhannya, tetapi juga ada sedikit keraguan dan ketakutan. Ia siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi, meskipun ia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang dan penuh tantangan.

Alice, yang duduk di samping Reina, menunjukkan sisi cerianya yang selalu siap siaga. "Lebah robotku melacak aktivitas temanmu, Reina... yang ada di luar rumah sekarang yaitu, Kei pacarmu, Lynn, dan Andras... Yang paling dekat dengan kita adalah Lynn, dia baru saja keluar dari toko tanaman sejauh 1 kilometer dari sini..." Ia tersenyum, menunjukkan informasi yang telah ia kumpulkan. Ia memainkan lebah robot kecil yang berada di tangannya, sebuah mainan yang menunjukkan sisi cerianya namun juga kemampuan teknologinya yang canggih. Gerakan tangannya lincah dan terampil, menunjukkan kecerdasannya.

Reina mengangguk, matanya menunjukkan kekhawatiran dan sedikit kegembiraan karena Kei, Lynn dan Andras masih hidup. "Baiklah, kita harus segera menghubungi mereka." Suaranya menunjukkan tekad dan sedikit rasa lega karena Kei masih aman.

Reina menepuk bahu Mike, matanya berbinar-binar, menunjukkan rasa percaya dirinya dan dukungannya kepada Mike. "Ayolah Mike... dekati Lynn sana... Kita perlu informasi darinya." Senyumnya tulus dan penuh dukungan, tanpa sedikitpun rasa cemburu. Ia percaya pada Mike dan ingin membantunya.

Mike tampak gugup, wajahnya memerah, menunjukkan kegugupannya yang sangat kentara. Ia mengatur napasnya, mencoba untuk menenangkan diri. "Baiklah!!" Ia berkata dengan suara yang sedikit gemetar, menunjukkan kegugupannya. Ia berdiri, lalu berjalan menuju arah yang ditunjukkan oleh Alice, menunjukkan tekadnya untuk mendekati Lynn, meskipun ia sangat gugup.

Jimmy bersorak, suaranya penuh semangat dan riang, menunjukkan dukungannya kepada Mike. "YOOO!! SEMANGAT MIKE!!" Ia mengangkat tangannya, memberikan dukungan kepada Mike. Ia tertawa, menunjukkan dukungan dan juga sedikit rasa geli terhadap kegugupan Mike. Ia memahami perasaan Mike yang sedang gugup, karena ia juga pernah mengalami hal yang sama. Suasana di tempat itu berubah menjadi lebih ceria, meskipun mereka masih menghadapi misi yang berat. Mereka saling mendukung satu sama lain, menunjukkan persaudaraan dan kebersamaan mereka. Mereka siap untuk menghadapi tantangan selanjutnya, dengan tekad dan semangat yang membara, meskipun mereka tahu bahwa perjalanan ini masih panjang dan penuh dengan bahaya. Mereka saling berpegangan tangan, menunjukkan persaudaraan dan kebersamaan mereka yang kuat.

Bayangan lebah robot mungil Alice, seperti kunang-kunang kecil, berkelap-kelip di kegelapan gang sempit, membimbing Mike menuju sebuah adegan yang menegangkan. Udara dingin malam Tokyo terasa lebih berat, dipenuhi aroma beton basah dan ketegangan yang mencekam. Di tengah gang yang remang-remang, hanya diterangi lampu jalan yang redup dan samar, Lynn berdiri tegak, sebuah sosok yang anggun dan mematikan. Rambutnya yang pendek, bergelombang indah berwarna silver, bergoyang lembut oleh hembusan angin malam, menunjukkan kepribadiannya yang kuat dan misterius. Mata Lynn, berwarna merah darah yang menyala-nyala, memancarkan aura dingin dan mematikan, seakan menggambarkan jiwa yang telah terluka dan haus akan pembalasan. Empat pria berbadan kekar mengepungnya, wajah-wajah mereka dipenuhi niat jahat yang jelas terlihat.

Mike merasakan jantungnya berdebar kencang. Langkah kakinya semakin cepat, namun tetap terkendali, menunjukkan kemampuannya yang terlatih dalam situasi genting. "Lynn... rambutnya silver... matanya merah... cantik...seusai dengan gambar yang di tunjukkan oleh Reina..." bisikan itu lolos dari bibirnya, sebuah pengakuan spontan yang muncul di tengah situasi yang mencekam. Pikirannya berputar cepat, mencoba memahami situasi ini. Simpati, kekaguman, dan sedikit rasa takut bercampur aduk dalam hatinya. Ia merasakan sebuah ketertarikan yang mendalam terhadap Lynn, sebuah ketertarikan yang tercampur dengan kekhawatiran yang mendalam.

Namun, sebelum Mike sempat berpikir lebih jauh, sebuah kilatan logam dingin membelah kegelapan. Salah satu pria itu telah mengeluarkan pistol. Waktu seakan membeku. Mike merasakan sebuah gelombang ketakutan yang menusuk hatinya, namun ia segera mengendalikannya. Ini bukan saatnya untuk takut.

"Gawat!! Lynn!! Awas!!" teriakan Mike memecah kesunyian, suaranya penuh kepanikan dan kekhawatiran yang tulus. Ia berlari, langkah kakinya ringan dan lincah seperti kucing, menunjukkan latihan fisiknya yang intensif. Tangannya meraih jam tangan canggihnya, sebuah perangkat teknologi futuristik yang tersembunyi di bawah sarung tangannya.

"Sistem!!" suaranya berubah menjadi penuh tekad dan keyakinan. Dengan gerakan yang presisi dan cepat, sarung tangan baja khusus miliknya muncul, menutupi tangannya dengan lapisan baja yang kokoh dan futuristik. Desainnya yang ergonomis dan materialnya yang canggih menunjukkan teknologi tinggi yang tertanam di dalamnya. Ia mengangkat tangan kanannya, mengarahkan laser berwarna merah menyala—sebuah pancaran energi yang mematikan—ke arah pria yang hendak menembak Lynn.

Satu tembakan laser merah menyala menembus kegelapan, menciptakan sebuah garis lurus yang mematikan menuju targetnya. Namun, pria itu, dengan refleks yang luar biasa, berhasil menghindar. "Hehe... tidak kena, bodoh," ejeknya, suaranya penuh dengan kesombongan dan kepercayaan diri yang berlebihan. Ia tertawa, menunjukkan betapa meremehkannya ia terhadap Mike. Gerakannya gesit dan licik, menunjukkan pengalamannya dalam pertarungan.

Mike tidak terpengaruh oleh ejekan itu. Dengan ketenangan yang luar biasa, ia mengendalikan sistem laser di sarung tangannya. "Oh, tidak kena ya?" katanya, suaranya tenang dan dingin, menunjukkan kecerdasan dan ketenangannya yang luar biasa. Dengan gerakan tangan yang cepat dan terampil, ia membalikkan arah tembakan laser. Laser merah itu membelok tajam, menembus punggung pria itu dengan tepat, menciptakan sebuah lubang kecil yang mengeluarkan darah segar. Pria itu jatuh tersungkur, tubuhnya terkulai lemas, menunjukkan betapa mematikannya teknologi laser yang digunakan Mike.

Lynn, yang menyaksikan semua itu dengan mata merah darahnya yang tajam dan penuh kewaspadaan, tidak membuang waktu. Dengan gerakan yang cepat dan terampil, ia mengeluarkan pistolnya, sebuah senjata yang tampak sederhana namun mematikan di tangannya. berlari ke samping Mike, menunjukkan kecepatan dan ketangkasannya yang luar biasa. Rambut silvernya yang pendek bergelombang berkibar di udara, menunjukkan kecepatan gerakannya.

Lynn, dengan wajah dingin dan ekspresi serius, menatap Mike dengan tajam. "Siapa kau? Dan teknologi di jam tanganmu... mirip seperti ciptaan Andras." Suaranya dingin dan menusuk, menunjukkan kepribadiannya yang tegas dan tidak kenal takut. Ia menganalisis situasi dengan cepat dan tepat, menunjukkan kecerdasannya yang luar biasa. Ia mengangkat pistolnya, menunjukkan kesiapannya untuk bertempur.

Mike merasakan aura dingin yang terpancar dari Lynn, sebuah aura yang membuat bulu kuduknya merinding. "Anjirr, benaran dingin orangnya..." gumamnya dalam hati, merasakan betapa mematikannya Lynn. Ia merasakan sebuah kekaguman dan sedikit rasa takut terhadap Lynn. Ia tahu bahwa ia telah bertemu dengan cinta pertama nya yang tangguh.

Mike menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan dirinya. "Nanti ngomongnya. Sekarang, urus mereka bertiga. Mereka bertiga tampak ingin membunuhmu... Apakah kau siap?" Ia berkata dengan suara yang tegas dan penuh keyakinan, menunjukkan kepemimpinannya. Ia mengamati tiga pria yang tersisa, menilai kekuatan dan kelemahan mereka. Ia siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Lynn menatap ke depan, tatapannya fokus dan tajam, menunjukkan kesiapannya untuk bertempur. "Siap..." Suaranya dingin dan tegas, menunjukkan tekad dan keberaniannya yang luar biasa. Ia mengangkat pistolnya, siap untuk menghadapi tiga pria yang tersisa. Pertempuran sengit pun dimulai, di antara gang sempit yang remang-remang di bawah cahaya lampu jalanan Tokyo. Mike dan Lynn, dua individu dengan kemampuan luar biasa, siap menghadapi tantangan yang mengancam nyawa mereka. Pertempuran itu akan menentukan nasib mereka.

1
Riri
ini bukan maha karya, ini sebuah wahyu yang di tulis dengan tinta jiwa dewa author 🤓🙀
secret: wihhh 😭🙏🙏
total 1 replies
Rezaa..
semoga season dua lebih bagus dari season satu... no momy Andras 😭
secret: gapapa... nanti Andras muncul lagi kok... tapi nunggu lama ya wkwkw
total 1 replies
Rezaa..
baru bangun dari kematian lansung rasis si Reina cok 🤣🤣
secret: rasis dulu sebelum membantai /CoolGuy/
total 1 replies
esere
Serius... cerita ini walaupun panjang, tapi seru... karakter karakter nya unik sama narasi nya hidup gitu... pokok nya setia dari s1 🔥
secret: yoi dong 🤝
total 1 replies
esere
hampir kenak parani gara gara Reina mati 😭😭
secret: Dawg... mereka lansung putus asa baca waktu Reina mati 🤣
total 1 replies
Author Sylvia
semangat,moga rame yang baca/Smile/
secret: makasih ya author... kamu juga!!
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!