Evan adalah seorang pemuda miskin yang membangkitkan kekuatan mata api di dalam dirinya. Mata api ini memiliki kemampuan yang luar biasa, mampu menembus pandang, kekuatan medis legendaris, ahli beladiri tidak tanding.
Kehidupan Evan juga seketika mulai berubah, dari yang sebelumnya begitu di remehkan, kini orang yang paling di idamkan.
Istri yang dia nikahi secara tiba-tiba, secara perlahan juga jatuh hati kepadanya dan bahkan banyak gadis-gadis cantik yang mendekatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 9 AKUPUNTUR
Evan hanya menunjukkan sedikit senyuman di sudut bibirnya. Melihat ekspresi dari pria botak, Evan hanya tertawa di dalam hati. Dirinya hanya sedang bermain, tapi pria botak tampaknya begitu menikmati, pikirnya.
Evan mulai menggosok kertas lotre yang terakhir. Juno tampak memperhatikan lotre yang di gosok oleh Evan, sementara pria botak kini juga sudah tidak perduli. Pria botak sangat yakin bahwa lotre yang ini juga hasilnya akan sama saja zonk.
Terlihat mulai muncul angka nol pada kertas lotre yang sedang di gosok oleh Evan.
"Evan, sepertinya kamu dapat," ujar Juno yang melihat angka nol itu.
"Eh..." seketika pria botak juga kaget mendengarnya.
Evan terus menggosoknya, sehingga mulai muncul kembali beberapa angka nol.
"Nol lagi, nol lagi, sudah ada 8 angka nol, tampaknya kamu menang besar," ujar Juno dengan sangat bersemangat.
Sontak saja pria botak yang mendengarnya juga menjadi panik kembali. Rokok di bibirnya juga langsung jatuh dengan sendirinya. Pria botak juga segera melihat kertas lotre yang sedang di gosok Evan dan memang sudah tampak beberapa angka nol di sana.
Sesaat kemudian Evan telah selesai menggosok dan terlihat pada kertas lotre tersebut angka 1 di depan dan 9 angka nol di belakangnya.
"1 milyar, Evan, kamu menang 1 milyar, ini luar biasa sekali," ujar Juno sampai berteriak dan bahkan loncat karena kegirangan.
Pada kertas lotre yang terakhir ini Evan berhasil memenangkan hadiah sebesar 1 milyar, setelah dua kertas sebelumnya mendapatkan zonk.
Sementara pria botak langsung terduduk lemas di kursi. Wajahnya tampak begitu pucat sekali. Hari ini dia telah mengalami kerugian yang besar.
"Tampaknya kamu telah menggunakan keberuntungan mu selama beberapa tahun ke depan, hebat sekali," ujar Juno.
Evan juga tampak puas sekali dan senang karena telah memenangkan hadiah lotre sebesar 1 milyar.
Bagi Evan dan Juno yang hanya bekerja sebagai pekerja konstruksi bangunan, 1 milyar adalah uang yang sangat banyak sekali.
Beberapa menit kemudian, Evan dan Juno telah meninggalkan toko lotre tersebut dengan kemenangan. Tampak pria botak di dalam tokonya yang kini mulai merasakan sakit di kepalanya.
"Hari ini benar-benar rugi besar," ucap pria botak sendiri.
"Aku tidak akan membiarkan pemuda itu datang untuk membeli lotre di tempatku lagi," sambung pria botak.
Sementara Evan dan Juno kini sudah berada di luar toko lotre. Kemudian tiba-tiba saja ponsel dari Juno berdering mendapatkan panggilan telepon dari rumah sakit.
"Halo," ujar Juno menjawab panggilan tersebut.
"Cepat datang kemari, ibu anda dalam kondisi kritis," balas pihak rumah sakit di telepon.
Pihak rumah sakit mengatakan bahwa tiba-tiba kondisi ibu Juno drop. Kemudian darah juga keluar dari telinganya di ikuti detak jantung yang terus melemah. Di khawatir ibunya sudah tidak akan bertahan lama lagi.
"Apa, bagaimna bisa?" sontak saja Juno kaget dan langsung panik.
"Aku segera ke sana," ujar Juno langsung mematikan panggilan telepon tersebut.
Juno langsung pergi dengan tergesa-gesa, Evan juga dapat merasakan bahwa sesuatu yang buruk pasti telah terjadi. Evan juga segera pergi mengikuti Juno.
Sampai di rumah sakit, Juno melihat seorang dokter yang sedang memeriksa kondisi ibunya yang tampak memperihatinkan.
"Dokter, bagaimana keadaan ibu saja?" tanya Juno.
Juno tampak begitu panik sekali dengan nafas yang masih terengah-engah karena buru-buru datang ke mari.
Dokter mulai menjelaskan bahwa kondisi ibu Juno sedang kritis. Tumor di kepalanya sudah sangat parah dan bahkan operasi juga sudah tidak mungkin di lakukan. Dokter juga telah memprediksi bahwa sebentar lagi ibu Juno akan kehilangan nyawanya.
"Tidak ada yang bisa di lakukan lagi, lebih baik anda menyiapkan untuk pemakamannya saja," ujar dokter.
Juno yang mendengarnya seketika langsung menghampiri ibunya dan memeluknya. Juno mulai menangis sejadi-jadinya di atas tubuh ibunya.
"Ibu jangan tinggalkan aku," ucap Juno sambil menangis.
Juno masih belum bisa membahagiakan ibunya selama ini, dirinya belum bisa memberikan yang terbaik untuk ibunya, tapi ibumu justru akan pergi untuk meninggalkannya selamanya.
Evan yang ada di sana juga langsung menggunakan kekuatan matanya. Sekilas cahaya api di kedua bola mata Evan muncul.
Pandangan Evan langsung menembus tubuh dari tubuh ibunya Juno. Evan dapat mengetahui bahwa saat ini ibu Juno sudah tidak bisa bertahan lagi dan akan segera meninggal.
"Sialan, aku harus cepat," ucap Evan.
"Tit..." bunyi mesin pendeteksi detak jantung yang menandakan bahwa detak jantung ibu Juno sudah berhenti.
Evan segera berdiri di samping kepala dari ibu Juno dan langsung mengeluarkan jarum perak miliknya. Tanpa basa-basi Evan langsung menusukkan beberapa jarum perak ke bagian kepala dari ibu Juno.
"Evan..." ujar Juno yang terkejut.
Dokter yang ada di sana juga tampak terkejut dengan tindakan Evan ini.
"Apa yang dia lakukan, untuk apa dia menusukkan jarum?" ucap dokter.
Energi spiritual dari tubuh Evan mulai masuk ke dalam kepala dari ibu Juno melalui setiap jarum yang di tusukan. Energi spiritual itu langsung menyerang tumor di kepala ibu Juno menghancurkannya dan menyerapnya.
Sesaat kemudian keringat juga mulai menetes dari kening Evan. Proses ini menyerap begitu banyak energi spiritual dari tubuh Evan.
"Untung saja masih sempat," pikir Evan merasa lega.
Kemudian sesuatu yang luar biasa kembali terjadi di sana. Terdengar suara dari mesin pendeteksi detak jantung yang kembali berbunyi menandakan ibu Juno kembali hidup.
Evan mulai mencabut semua jarum peraknya dan perlahan ibu Juno mulai tersadar dan membuka matanya.
"Ibu, kamu sudah sadar," Juno kembali memeluk ibunya.
Juno menangis di tubuh ibunya, tapi tangisan ini adalah tangisan bahagia karena ibunya telah sadar.
"Ini... Bagaimana bisa..." sontak saja dokter di sana kaget bukan main dan langsung membatu.
Bagaimana mungkin seorang pasien dalam kondisi seperti itu bisa kembali sadar dan selamat dari kematian.
"Evan, kamu hebat sekali, berkat kamu ibuku bisa tertolong," ujar Juno kepada Evan.
"Bukankah aku sudah pernah mengatakan bahwa aku bisa menyembuhkan bibi," balas Evan.
Untuk saat ini Juno juga tidak terlalu memperdulikan tentang kehebatan Evan ini, yang terpenting adalah ibunya sudah kembali sadar.
"Anak muda, bagaimana kamu melakukannya, apa barusan itu sebuah teknik akupuntur?" tanya dokter.
"Ya akupuntur, tumornya juga sudah aku sembuhkan," jawab Evan.
"Sembuh...?" sontak saja dokter terkejut mendengarnya.
Bukankah ini terlalu mustahil, benjolan tumor di kepala bisa di sembuhkan hanya dengan akupuntur, pikirnya.
"Jika ragu, dokter bisa melakukan pemeriksaan lagi," ujar Evan.
"Kalian hanya perlu melakukan perawatan lagi untuk memulihkan kondisinya saja," sambung Evan.
Beberapa menit kemudian, Evan sedang berada di rumah makan dan makan dengan lahap. Tubuhnya tampak gemetaran karena banyak kehilangan energi setelah menyembuhkan ibu Juno.
Ibu Juno saat ini berada di rumah sakit di temani Juno untuk proses pemulihan. Evan juga memberikan Juno setengah uang dari hasil menang lotrenya kepada Juno. Uang itu akan di gunakan untuk biaya proses pemulihan ibu Juno dan keperluannya.
Malam hari Evan sedang terbaring di ranjang tempat tidurnya untuk beristirahat. Sebuah pesan masuk dari seseorang ke ponselnya.
"Ini..." Evan melihat pesan itu adalah dari wanita cantik yang tiba-tiba saja menikah dengannya.
Wanita tersebut adalah Lisa Darmawan yang menikah dengan Evan hanya karena menginginkan status dan buku nikahnya saja.
"Besok kakekku ingin bertemu denganmu, apa kamu ada waktu?" bunyi pesan dari Lisa.
"Ya, aku tidak sedang sibuk," balas Evan.
"Kirimkan alamatmu, aku akan menjemputmu, ingat untuk menggunakan pakaian yang rapi," tulis pesan dari Lisa.
"Ya, aku mengerti," balas Evan.
Evan juga mulai mengirimkan alamat rumahnya kepada Lisa. Evan tidak menyangka bahwa Lisa akan membawanya untuk bertemu dengan kakeknya.