seorang remaja laki-laki yang berumur 15 tahun bernama Zamir pergi ke pulau kecil bersama keluarganya dan tinggal dengan kakeknya karena ayahnya dialih kerjakan ke pulau itu.
kakek Zamir bernama kakek Bahram. Kakek Bahram adalah oramg yang suka dengan petualangan, dan punya berbagai pengalaman semasa hidupnya.
Saat kakeknya sedang membereskan beberapa catatan lama. Ada selembar catatan yang menuliskan tempat yang belum kakek Bahram ketahui tentang pulau ini. jadi kakek Bahram mengajak cucunya Zamir untuk ikut menyelidiknya.
Akankah mereka menemukan tempat tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petunjuk Kedua
"di buku lain tidak ada yang membahas tentang laboratorium itu. Sepertinya memang mereka juga ahli menyembunyikan petunjuk. Entah kakek saja yang memang malah membawa buku yang tidak menunjukkan laboratorium itu." kakek berkata setelah selesai melihat-lihat buku yang diambilnya dari pos En-Ther 1.
Aku tidak menimpali, karena aku juga belum memeriksa bukuku. Jadi sekarang aku baru memeriksa buku yang aku bawa, karena sejak tadi aku hanya istirahat.
Setelah aku periksa, buku-buku yang aku bawa juga tidak ada yang menyinggung tentang laboratorium tadi. Hanya menulis beberapa peristiwa dan budaya lama.
Tapi itu sudah cukup menarik bagiku untuk membacanya. Ada juga percakapan orang-orang dulunya, semua buku memang tidak menggunakan bahasa sekarang, tapi bahasa lama dari perpecahan dua kelompok di Alean.
Karena itu aku mengirim catatan penerjemahan bahasanya ke grub komunikasi yang berisi aku, Eron, Naurah, Elysia, dan Bhanu.
"setidaknya dari catatan awal kita sudah tau harus ke mana selanjutnya. Yaitu apartemen Guikos." kakek berkata, bangkit setelah membaca-baca buku yang dibawanya.
"iya, kita bisa pergi kesana untuk mencari petunjuk selanjutnya." aku berkata, setidaknya catatan itu menyebutkan semua lokasi petunjuknya.
"tapi kakek juga perlu waktu, kakek rasa pernah dengan nama apartemen Guikos... Tapi sudah agak lupa." kakek berkata.
Aku mengangguk. "tidak apa, kita bisa mencarinya tanpa terlalu terburu-buru." aku menjawab kakek.
Lalu aku mencoba mencarinya melalui ponsel, kalau dari peta tidak ada apartemen itu. Sepertinya sudah jadi gedung terbengkalai.
Kalau lewat mesin pencarian, juga tidak ada. Sepertinya karena pulau Alean memang tidak terlalu tersorot, informasi yang adanya hanya informasi umum.
Aku dan kakek melanjutkan membuat motor. Sampai di sore hari istirahatnya. Di malam hari kakek mencari informasi tentang apartemen Guikos lewat catatan lamanya, tapi belum ketemu.
Di esok hari, hari minggu. Kegiatan yang dilakukan seperti biasa, pagi dengan jalan, melanjutkan pembuatan motornya sampai selsai. Dan melanjutkan pencarian tentang apartemen Guikos.
Dan akhirnya aku dan kakek menemukannya. Apartemen Guikos adalah apartemen tempat berlindung masyarakat saat perang dulu. Sekarang jelas sudah terbengkalai karena perangnya sudah lama usai.
Tapi jelas itu tempat yang bagus untuk menyimpan petunjuk laboratoriumnya. Tapi untuk lokasinya kami belum tau tepatnya dimana.
Keesokan harinya lagi, hari senin. Saat aku sudah di kelas, Naurah berkata.
"Zamir, kamu sudah bisa masuk ekstrakulikuler memanahnya, pertemuannya dua kali seminggu. Setiap sore pada hari selasa dan kamis. Guru yang mengajarnya pak Termi. Nanti kukirim lokasi ekstrakulikulernya lewat chat."
Aku tersenyum mengangguk. Ini akan seru.
Pada jam istirahat, aku, Bhanu, Eron, Elysia, dan Naurah berkumpul lagi, membahas perjalanan sebelumnya dan perjalanan yang akan datang.
"bagaimana perjalanan kalian? Ketemu pos En-Ther 1-nya?" Bhanu bertanya, kami mengangguk.
"rata-rata isi bukunya tidak menyinggung laboratorium yang kita cari, tapi hanya menjelaskan peristiwa yang sudah lalu atau dialog tertentu, kadang juga ada ilustrasinya. Apa kalian sama?" Aron berkata, aku, Elysia, dan Naurah mengangguk.
"sepertinya mereka sengaja membuat informasi itu 'tenggelam' diantara informasi kurang penting lain." Naurah berkata, aku, Elysia, dan Eron setuju.
"berarti mereka cukup kuat menjaga informasi mereka, berarti yang mereka teliti sepertinya memang cukup ekstrim." Bhanu berkata, memang sepertinya yang mereka teliti itu hal yang tidak biasa atau bahkan berbahaya.
"apakah kamu dan kakekmu sudah ketemu petunjuk tentang apartemen Guikos tempat petunjuk selanjutnya Zamir?" Elysia bertanya.
"sedikit, kami sudah tau kalau itu apartemen terbengkalai, bekas berlindung saat perang. Taoi kami belum tau lokasinya, kalau kamu Naurah, apa kamu tahu sesuatu tentang apartemen itu?" aku bertanya ke Naurah, biasanya dia tau tentang sejarah.
"aku hanya tahu tentang tokoh pembuat dan beberapa orang penting yang sempat berlindung di apartemen itu saat perangnya terjadi, itu perang gelombang dua oleh penjajah kita. Aku tau lokasinya di pulau Alean bagian timur, tapi tidak tau spesifiknya dimana." Naurah menjelaskan, kami mengangguk.
"mungkin butuh waktu beberapa hari lagi agar ketemu lokasinya, atau mungkin kita perlu ke pulau Alean bagian timur langsung nanti." aku berkata.
Selanjutnya hanya terjadi percakapan ringan sebelum masuk sekolah kembali setelah istirahat selesai.
Saat aku pulang juga kakek belum ketemu lokasi apartemen itu.
"kakek ingat pernah kesana, tapi kakek lupa dimana letaknya." begitulah kata kakek setelah melihat beberapa ilustrasi di dalam apartemen itu.
Dan sepertinya, lokasinya ini akan sulit ditemukan. Kakek saja memilih membaca beberapa buku yang dia dapat dari En-Ther 1 dulu. Kakek juga bilang kalau hari sabtu dia bisa langsung ke pulau Alean bagian timur sembari mengajakku dan teman-temanku.
Kakek bilang dia masih ingat beberapa orang yang pernah bersamanya ke apartemen itu di daerah Alean timur.
Sore ini juga aku mencoba keliling dengan motor baruku, keren juga ternyata kemampuannya sudah seperti motor yang umum dijalanan.
Naurah juga sudah mengirimkan lokasi ekstrakulikuler panahannya lewat chat. Aku berterimakasih.
Saat di sekolah keesokan hari lagi, hari selasa. Teman-temanku denganku membahas beberapa hal tentang pelajaran juga, mereka memilih menunggu hari sabtu tiba, kali ini Bhanu juga ikut karena terjadi saat siang hari dia tidak punya kesibukan.
Di sore hari, tepatnya jam tiga sore, aku pergi ke lokasi ekstrakulikulernya dengan motor baruku ini.
Saat disana, Naurah juga sudah datang. Disini panahnya sudah disiapkan, keren. Pak Termi mengajariku dasar-dasarnya.
Dan seperti orang lain aku melakukan banyak kesalahan, apalagi ternyata teorinya banyak.
Pak Termi mengajarkan tentang cara postur tubuhnya, teknik dasarnya, cara pegangan panahnya, cara pelepasan tali busurnya, sampai memperlihatkan vidio cara melakukannya dan mencontohkannya juga.
Tentunya aku tidak bisa dihantam banyak teori langsung begitu. Walau jadinya aku cukup paham, kalau sudah di praktek beda cerita lagi.
Beberapa kali aku melenceng cukup jauh, entah kurang kencang sehingga malah jatuh ke tanah, tidak kena papan targetnya, dan sebagainya. Baru satu kali aku kena targetnya, itupun juga masih cukup pinggir.
"tenanglah, setidaknya kamu sudah paham kan dasarnya? Sisanya kamu tinggal konsisten, Naurah kamu bisa awasi Zamir dan koreksi kalau dia salah? Karena bapak mau mengawasi murid lain juga." Pak Termi berkata, Naurah mengangguk, karena sepertinya yang memang sudah terbiasanya Naurah.
Naurah sempat beberapa kali mengoreksi postur tubuhku, caraku melepaskan tali busurnya juga. Dia juga sempat mencontohkannya, dan hei... Dia langsung kena bagain paling tengah targetnya.
"kemarin kamu bilang sekilmu masih belum meningkat." aku berkata, darimananya tidak meningkat.
"ya... Tapi masih tetap baru sampai situ, sekarang kamu coba lagi." Naurah hanya tersenyum, sepertinya definisi skill tidak meningkatnya memang agak berbeda. Tapi jika dia memang begitu, masih ada yang lebih sulit dari target ini.
Sampai akhirnya jam setengah lima tiba, kami sudah dibolehkan pulang. Aku pulang, membawa bahu yang terasa pegal dan tangan yang nyeri karena tali busur, tapi harus kuakui tadi seru.