NovelToon NovelToon
Obsesi CEO Psikopat

Obsesi CEO Psikopat

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mantan Perawat

Aluna gadis yatim piatu berusia 21 tahun, menjalani hidupnya dengan damai sebagai karyawan toko buku. Namun hidupnya berubah setelah suatu malam saat hujan deras, ia tanpa sengaja menyaksikan sesuatu yang tidak seharusnya. Di sebuah gang kecil ia melihat sosok pria berpakaian serba hitam bernama Darren seorang CEO berusia 35 tahun yang telah melenyapkan seorang pengkhianat. Bukannya melenyapkan Aluna yang menjadi saksi kekejiannya, Darren justru membiarkannya hidup bahkan mengantarnya pulang.

Tatapan penuh ketakutan Aluna dibalik mata polos yang jernih menyalakan api obsesi dalam diri Darren, baginya sejak malam itu Aluna adalah miliknya. Tak ada yang boleh menyentuh dan menyakitinya. Darren tak ragu melenyapkan semua yang pernah menyakiti Aluna, entah itu saat sekarang ataupun dari masa lalunya.

Ketika Aluna perlahan menyadari siapa Darren, akankah ia lari atau terjatuh dalam pesona gelap Darren ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mantan Perawat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.9

© Toko Buku: Percakapan Pagi Yang Tenang Untuk Sementara ©

Aluna tiba di toko buku dengan langkah ringan, meski dalam hatinya masih dipenuhi kegelisahan. Setidaknya, pagi ini ia berusaha untuk terlihat ceria seperti biasanya.

Di balik meja kasir, Fino sudah lebih dulu tiba. Ia menoleh saat melihat Aluna datang, lalu tersenyum kecil.

"Selamat pagi, Aluna."

Aluna mengangguk sopan, meletakkan ransel kecilnya di bawah meja kasir. "Pagi, Kak Fino."

Fino mengamati wajahnya sejenak sebelum berkata, "Hari ini kamu sudah terlihat lebih baik daripada kemarin. Kemarin itu kamu kelihatan seperti kurang tidur dan nggak bersemangat."

Aluna tersenyum tipis, mencoba menghela napas dengan tenang. "Kemarin aku cuma kurang tidur, kak. Terus... aku juga agak sedih karena kangen sama Ayah dan Ibu."

Ia berbohong. Bukan karena ingin, tapi karena tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya. Ia tak bisa bilang kalau dirinya menjadi saksi pembunuhan mengerikan dan masih dihantui ketakutan. Atau tentang hadiah misterius yang diterimanya.

Fino menatapnya dengan simpati. "Aku mengerti. Tapi kalau ada apa-apa, kamu bisa cerita, ya?"

Aluna hanya tersenyum, lalu detik berikutnya ia menyadari sesuatu."Kak Fino, kak Yasmin belum datang?" tanyanya, menoleh ke arah pintu.

Fino mengangkat bahu. "Belum. Mungkin dia telat."

Karena pelanggan masih sepi, Aluna mengambil sebuah buku dari rak dekat kasir dan mulai membacanya. Ia duduk di kursi kecil di balik meja kasir, mencoba mengalihkan pikirannya dari segala kecemasannya.

© Seberang Jalan: Pengamatan Dari Jarak Jauh©

Di dalam mobil hitam yang diparkir tak jauh dari toko buku, Hernan dan Arga memantau situasi dengan santai,atau setidaknya, itulah yang terlihat dari luar.

Arga menghela napas panjang. "Apa kita bakal duduk diam kayak gini aja? Kenapa nggak langsung masuk aja ke dalam toko buku?"

Hernan ingin menjawab, tetapi ekor matanya menangkap sesuatu di kejauhan. Ia menajamkan pandangan."Tunggu sebentar," bisiknya sambil menunjuk ke seberang jalan yang lain.

Arga mengikuti arah pandang Hernan dan melihat sosok Yasmin baru saja menghentikan motornya. Gadis itu terlihat sibuk dengan ponselnya, menghubungi seseorang.

Hernan menyeringai. "Sepertinya si gadis bodoh itu nggak kapok dengan peringatan kita semalam."

Arga menyeringai balik. "Kalau gitu, sepertinya ideku tadi ada benarnya. Kita harus masuk ke toko dan mengawasi lebih dekat."

Hernan mengangguk. "Tapi kita nggak bisa masuk dengan penampilan seperti ini. Terlalu mencolok."

Tanpa banyak bicara, mereka melepas topi, kacamata hitam, dan hoodie yang biasa mereka pakai. Kini, mereka hanya mengenakan jeans dan kaos biasa,cukup untuk terlihat seperti pelanggan pada umumnya.

Saat Yasmin sudah memasuki toko, Hernan segera memutar arah mobil dan menyeberang.

Arga mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Darren.

Arga: "Bos, aku dan Hernan masuk ke toko buku untuk pengawasan jarak dekat. Yasmin sangat mencurigakan. Sepertinya dia merencanakan sesuatu yang buruk untuk nona Aluna."

© Ruang Meeting Darren: Keputusan Baru©

Darren sedang duduk di ruang meeting, mendengarkan pemaparan seorang klien. Matanya menatap lurus ke depan, tetapi pikirannya sudah membaca niat tersembunyi dari orang di hadapannya.

"Bajingan sialan ini ingin menjebak perusahaanku."

Darren tersenyum dalam hati. Sudah lama ia tak berhadapan dengan orang yang cukup bodoh untuk mencoba menipu dirinya.

Kemudian, ponselnya bergetar.

Darren mengambilnya dan membaca pesan dari Arga.Begitu membaca isinya, ekspresinya berubah. Matanya yang sebelumnya tenang kini menggelap.

"Yasmin, kau benar-benar menggali kuburmu sendiri."

Tanpa pikir panjang, Darren menutup ponselnya dan menoleh ke arah klien di depannya."Cukup sampai di sini," katanya dingin. "Aku akan meninjau kembali kerja sama ini dalam dua jam ke depan. Silakan pergi."

Klien itu tampak terkejut, tetapi ia hanya bisa mengangguk dan keluar dari ruangan dengan wajah bingung.

Darren masih duduk di kursinya, jemarinya mengetuk meja dengan irama pelan.

Sepertinya, ia akan datang lebih cepat untuk menemui si gadis kecilnya.

Senyum tipis tersungging di bibirnya, tetapi itu bukan senyum ramah. Itu seringai licik yang mengandung bahaya.

© Toko Buku: Kedatangan Yasmin©

Aluna masih membaca bukunya ketika suara langkah mendekat membuatnya menoleh.

Yasmin sudah datang.

"Kamu telat," komentar Fino datar.

Yasmin hanya tersenyum tipis, lalu berjalan melewati mereka tanpa berkata apa-apa. Aluna merasakan hawa tidak menyenangkan saat Yasmin lewat di sampingnya, tetapi ia tidak ingin berpikir macam-macam.

Namun, yang membuat Aluna benar-benar merasa aneh adalah cara Yasmin menatapnya.

Tatapan itu tajam. Bukan sekedar sinis atau tidak suka, tapi ada sesuatu yang lebih dalam.

Aluna menggigit bibirnya. Ia mencoba menenangkan diri, berpikir kalau mungkin ia hanya terlalu paranoid.

© Hernan & Arga: Masuk Ke Dalam Permainan ©

Begitu Yasmin masuk, Hernan dan Arga pun ikut melangkah masuk ke dalam toko buku.

Mereka berpura-pura melihat-lihat buku di rak dekat kasir.

"Kita di sini bukan untuk belanja, kan?" bisik Arga pelan.

"Diam dan awasi," balas Hernan tanpa menoleh.

Mereka melihat Yasmin yang sekarang berdiri tidak jauh dari Aluna, dengan ekspresi yang sulit ditebak.

Arga menyipitkan mata. "Si gadis bodoh itu pasti sedang merencanakan sesuatu."

Hernan mengangguk. "Kita lihat saja apa yang akan dia lakukan."

Sementara itu, Yasmin diam-diam melirik ke arah Aluna.Di dalam hatinya, ia sudah menyusun rencana.Rencana untuk membuat Aluna lenyap.

© Toko Buku: Perasaan Tak Nyaman Yang Menggantung ©

Aluna menutup bukunya begitu pelanggan mulai berdatangan. Ia segera berdiri di balik meja kasir, menyambut mereka dengan senyum manis yang sudah seperti refleks baginya.

"Selamat datang di Toko Buku Bukit Pelangi! Silakan lihat-lihat," sapanya ramah.

Namun, meski ia mencoba ceria, perasaan tak nyaman masih menggantung di hatinya. Tatapan Yasmin tadi terasa aneh. Bukan sekedar tidak suka atau benci, tapi lebih dari itu. Sesuatu yang lebih dalam dan menyeramkan.

Yasmin, sementara itu, juga sibuk membantu pelanggan mencari buku. Tapi sesekali, matanya kembali mengarah ke Aluna. Dalam benaknya, satu hal yang terus berulang.

"Aku harus melenyapkannya sebelum aku yang lenyap."

Jika Aluna tak ada, maka semuanya akan selesai pikirnya. Tak ada lagi teror, tak ada lagi pria-pria bertopeng yang mengincarnya.

Di pojok toko, Hernan dan Arga duduk dengan santai, masing-masing memegang sebuah buku. Namun, mereka sama sekali tak membaca. Mata mereka awas, mengawasi setiap gerakan Yasmin dan Aluna.

Arga mendecak pelan. "Aku benci perempuan bodoh yang sok cerdas," gumamnya, hanya cukup keras untuk didengar Hernan.

Hernan terkekeh kecil. "Kau tahu aturan, Arga. Kita tidak bisa bertindak sembarangan... setidaknya, sampai Bos memberi perintah."

Arga mendengus, kembali berpura-pura membaca.

© Panggilan Darurat Fino ©

Tak lama, Fino yang baru saja selesai menyusun buku di rak mendekati Aluna.

"Aluna, aku tadi mau bilang...."

Sebelum sempat melanjutkan, ponselnya berdering. Fino buru-buru mengangkatnya.

"Halo?" Wajahnya seketika berubah serius.

"Apa? Ibu masuk rumah sakit?"

Aluna dan Yasmin otomatis menoleh.

"Aku ke sana sekarang," ujar Fino cepat sebelum menutup telepon.

"Ada apa, Kak?" tanya Aluna cemas.

Fino menghela napas, mencoba tetap tenang. "Darah tinggi Ibu kumat. Ayah tadi menelpon, mereka sudah di rumah sakit."

"Kalau begitu Kak Fino pergi saja ke rumah sakit. Jangan khawatir soal toko buku, aku bisa mengatasinya."

Fino ragu sejenak, melihat toko yang masih cukup ramai. "Tapi...."

"Aku bisa, Kak," kata Aluna meyakinkan. "Kakak harus ada di sana untuk Ibu,semoga Ibu kak Fino cepat sembuh."

Fino menatapnya sejenak sebelum menepuk pundaknya. "Baiklah, aku pergi dulu. Yasmin, tolong handle toko bersama Aluna."

Yasmin hanya mengangguk, tetapi dalam hatinya, ia merasa lebih puas.

"Bagus. Fino pergi. Sekarang, tak ada yang bisa menghalangiku melenyapkan gadis polos dan lugu itu,aku benar-benar muak dia selalu menjadi pusat perhatian."

Fino mengambil tasnya dan segera keluar. Setelah sosoknya tak terlihat lagi, Yasmin melirik jam. Ia sudah menyiapkan semuanya. Tinggal menunggu waktu yang tepat.

© Hernan & Arga: Langkah Pengawasan Yang Sempurna ©

Ketika toko mulai sepi kembali, Hernan akhirnya bangkit dari duduknya dan mendekati meja kasir.

Aluna menoleh dengan senyum sopan. "Ada yang bisa aku bantu, Kak?"

Hernan berpura-pura berpikir sebelum berkata, "Aku sedang mencari buku tentang arsitektur. Ada rekomendasi?"

Aluna segera berbalik ke rak di belakangnya, menarik satu buku dan menyerahkannya. "Ini salah satu buku terbaik tentang arsitektur. Bahasanya mudah dipahami dan banyak ilustrasi menarik."

Hernan mengambilnya, menatapnya sekilas, lalu mengangguk. "Terima kasih."

Setelah itu, ia kembali ke pojok tempat Arga menunggu.

Arga meliriknya dengan smirk kecil. "Kau bahkan berhasil terdengar seperti pelanggan yang serius."

Hernan hanya tersenyum miring. "Pengawasan alami dan sempurna, bukan?"

Arga tertawa kecil, tetapi kemudian ponselnya bergetar. Ia mengeluarkannya, membaca pesan yang baru masuk.

Bos Darren: "Aku dalam perjalanan. Aku yang akan turun tangan sendiri."

Arga langsung memperlihatkan pesan itu pada Hernan.

Hernan menatap layar sejenak sebelum berbisik, "Kali ini Yasmin tak akan selamat."

© Ancaman Dari Yasmin ©

Sementara itu, Yasmin berjalan mendekati meja kasir, wajahnya tampak biasa saja. Namun, saat ia menunduk dan mendekat ke telinga Aluna, bisikannya begitu dingin hingga membuat gadis itu merinding.

"Sebentar lagi waktumu akan tiba, Aluna."

Aluna langsung menegang, matanya melebar. Ia menoleh, tetapi Yasmin sudah berjalan menjauh, bersandar santai di rak buku dengan ekspresi puas.Aluna menelan ludah, tangannya mengepal kecil. Ada sesuatu yang sangat salah.

Hernan dan Arga melihat semuanya. Hernan bersandar ke kursinya, tatapannya mengeras. "Tidak salah lagi. Yasmin memang berniat mencelakai nona Aluna."

Arga mengangguk pelan. "Bagus. Kita hanya tinggal menunggu bos datang."

© Darren : Datang Untuk Baby Chubby Nya©

Di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi, Darren mengetuk-ngetukkan jarinya di setir dengan irama pelan.Wajahnya tetap datar, tetapi ada kegelapan di matanya.

"Yasmin, kau benar-benar ingin mati dengan cara menyedihkan," gumamnya pelan.

"Aluna...baby chubby milikku,tunggu aku,tak ada yang boleh menyentuh milikku."

Ia ingin melihat gadis kecilnya.Ia ingin memastikan Baby Chubby miliknya baik-baik saja.Ia ingin memberikan pelajaran yang pantas untuk si tikus sialan yang berani mengancam Aluna.Jemarinya masih mengetuk-ngetuk setir mobil dengan ritme teratur.

Senyum tipis terukir di bibirnya, tapi itu bukan senyum yang ramah.Itu senyum seorang psikopat yang haus darah.

"Aku sudah cukup sabar. Sekarang, waktunya permainan yang sebenarnya dimulai."

Ia sudah tak sabar.Ia semakin menekan pedal gas, mempercepat lajunya menuju toko buku.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!