NovelToon NovelToon
CEO DINGIN

CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kaya Raya / Keluarga / Romansa / Dendam Kesumat / Pembantu
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Arlena, gadis muda yang dipaksa menikah oleh keluarganya.
Arlena menolak dan keluarganya langsung mengusir Arlena
Arlena akhirnya memutuskan untuk meninggalkan rumah demi mencari arti kebebasan dan harga dirinya.
Dikhianati dan dibenci oleh orang tuanya serta dua kakak laki-lakinya, Arlena tak punya siapa pun... sampai takdir membawanya ke pelukan Aldric Hartanto — seorang CEO muda, sukses, dan dikenal berhati dingin.

Ketika Aldric menawarkan pekerjaan sebagai pelayan pribadinya, Arlena mengira hidupnya akan semakin sulit. Tapi siapa sangka, di balik sikap dingin dan ketegasannya, Aldric perlahan menunjukkan sisi yang berbeda — sisi yang membuat hati Arlena berdebar, dan juga... takut jatuh cinta.

Namun cinta tak pernah mudah. Rahasia masa lalu, luka yang belum sembuh, dan status yang berbeda menjadi tembok besar yang menghalangi mereka. Mampukah cinta menghangatkan hati yang membeku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Mentari pagi menyinari sinar hangat dari balik tirai jendela.

Udara segar mengalir masuk ke dalam rumah megah milik Aldric Hartanto.

Hari ini bukan hari biasa bagi Arlena, ini adalah awal dari kehidupan barunya.

Dengan pakaian rapi dan rambut yang dikuncir sederhana, Arlena berdiri tegak di depan pintu utama. Di hadapannya kini berdiri dua orang dengan penampilan sangat elegan.

Yang pertama adalah seorang wanita paruh baya dengan postur sempurna, mengenakan setelan netral berkelas dan membawa map di tangannya.

“Nama saya Bu Retno,” ucapnya tegas, “pelatih etika dan tata krama pribadi Anda.”

Di sampingnya berdiri seorang pria muda dengan kacamata dan ransel berisi buku.

“Dan saya, Adrian. Saya akan menjadi dosen pribadi Anda, Nona Arlena. Tuan Aldric sudah memberikan semua kurikulumnya.”

Arlena menelan ludah. Ia gugup, jelas. Tapi ia tidak ingin mengecewakan orang yang telah memberinya kesempatan kedua dalam hidup.

“Saya siap belajar,” jawab Arlena, suaranya lirih tapi mantap.

Bu Retno mengangguk pelan, memperhatikan postur dan sorot mata Arlena.

“Kita mulai dari dasar, tapi saya ingin kamu tahu satu hal tentang cara kamu membawa diri, cara kamu bicara, duduk, bahkan berjalan… akan berubah mulai hari ini.”

Adrian tersenyum ramah. “Dan saya akan bantu kamu mengejar pendidikan sampai kamu siap berdiri di dunia luar, percaya diri.”

Aldric memperhatikan dari kejauhan, berdiri di anak tangga atas rumahnya.

Ia tidak turun atau menyela. Ia hanya menatap Arlena gadis sederhana yang kini perlahan tumbuh menjadi sesuatu yang jauh lebih dari sekadar pelayan pribadi.

Hari itu, pelajaran pertama dimulai.

Dan kehidupan Arlena… tidak akan pernah sama lagi.

Latihan dimulai di ruang tengah yang luas dan terang.

Arlena diminta berjalan dari ujung ke ujung, membawa buku di atas kepala seperti yang diperintahkan Bu Ratna.

Tangannya mengepal gugup di sisi tubuh, dan langkahnya terlihat canggung bahunya menunduk, pandangannya ragu.

Duk!

Sebuah tamparan ringan mendarat di jidat Arlena. Bukan menyakitkan, tapi cukup mengejutkan.

“Au…” Arlena mengusap dahinya pelan, menatap Bu Retno dengan bingung.

Wanita paruh baya itu menghela napas panjang.

“Kamu bukan mau pergi ke sawah, Nona Arlena. Kamu adalah pelayan pribadi Tuan Aldric. Anggun, tenang, dan penuh kepercayaan diri!”

Arlena menunduk. “M-maaf, Bu…”

Bu Retno meletakkan tangannya di pinggang, lalu mulai berjalan mengelilingi Arlena.

“Dagu sedikit terangkat. Bahu lurus. Jangan seret kaki. Dan yang paling penting…”

Ia berhenti di depan Arlena, menatap lurus ke mata gadis itu.

“Berhenti berjalan seolah kamu tidak pantas berada di sini.”

Arlena menahan napas. Kata-kata itu menembus jauh ke dalam dirinya.

Dengan tekad baru, ia mencoba lagi.

Langkahnya masih belum sempurna, tapi kali ini… lebih tegap, lebih percaya diri.

Dari atas tangga, Aldric menyaksikan semua itu diam-diam, tanpa suara. Hatinya terasa aneh. Entah sejak kapan ia mulai bangga pada gadis sederhana itu.

Dan hari itu, pelajaran pertama tentang kepercayaan diri dimulai… dengan tamparan ringan dan satu kalimat yang mengubah cara Arlena memandang dirinya.

Dari balik pegangan tangga lantai atas, Aldric memperhatikan seluruh kejadian pagi itu.

Saat Bu Retno menepuk jidat Arlena, ekspresi terkejut gadis itu membuat sudut bibirnya terangkat.

Lucu.

Itu mungkin pertama kalinya ia menemukan sesuatu yang menghibur di rumah sebesar ini.

Arlena kembali mencoba berjalan dengan buku di atas kepala, kali ini lebih tegap, tapi kakinya hampir tersandung karpet.

“Luruskan lututmu! Kamu seperti anak rusa yang baru lahir!” teriak Bu Retno, setengah gemas setengah frustrasi.

Aldric menahan tawa. Tangannya menutup mulut agar suara geli di tenggorokannya tidak terdengar.

Ia menggeleng pelan dan melirik jam tangannya.

“Waktunya bersiap,” gumamnya.

Ia pun melangkah menuju kamar, mengganti pakaian dengan setelan kerja yang elegan dan rapi.

Setelah menyemprotkan sedikit parfum dan merapikan jasnya, Aldric turun perlahan, melewati ruang tengah tempat Arlena masih berlatih.

Langkahnya disambut tatapan gugup dari Arlena yang langsung menunduk ketika melihat tuannya lewat.

“Teruskan latihannya. Jangan buat Bu Retno pingsan karena kesal,” ucap Aldric tanpa menoleh, suaranya datar namun mengandung gurauan halus.

Arlena sempat mengerjap bingung… lalu senyum tipis muncul di wajahnya.

Aldric membuka pintu utama, siap berangkat ke kantor.

Dan pagi itu, untuk pertama kalinya sejak Arlena datang ke rumah itu… udara terasa sedikit lebih ringan.

Setelah hampir satu jam berjalan bolak-balik di ruang tengah, keringat mulai membasahi pelipis Arlena.

Buku di atas kepalanya sudah jatuh entah berapa kali. Namun kini… ia berhasil menyelesaikan langkah terakhir tanpa terhuyung.

Bu Ratna memperhatikan dengan tangan bersedekap, matanya tajam seperti biasa. Tapi kali ini, ada seulas kepuasan kecil di wajahnya.

“Cukup untuk hari ini. Lusa kita lanjutkan pelajaran selanjutnya tentang etika duduk dan cara berbicara,” ucap Bu Ratna sambil menutup map.

Arlena menarik napas lega. “T-terima kasih, Bu Ratna…”

Saat pelatih elegan itu berjalan keluar, Arlena melepas napas panjang, lalu duduk di sofa dengan wajah kelelahan.

“Aduh, Arlena…” ia memegangi kakinya yang mulai pegal.

“Baru belajar jalan aja udah kayak abis olahraga lari keliling lapangan…”

Namun di balik keletihan itu, ada secercah rasa bangga.

Untuk pertama kalinya… ia merasa berhasil menaklukkan sesuatu dalam hidupnya meski itu hanya cara berjalan.

Di luar, mobil Bu Ratna melaju pelan meninggalkan halaman rumah.

Sementara di dalam rumah, Arlena bersiap menghadapi pelajaran berikutnya.

Hari ini belum selesai. Dosen Adrian masih menunggunya dengan setumpuk buku dan jadwal padat.

Dan Arlena tahu, ini baru permulaan dari langkah panjang menuju dirinya yang baru.

Arlena baru saja meneguk segelas air ketika pintu ruang belajar diketuk.

“Sekarang bagianku,” suara Adrian terdengar dari balik pintu.

Arlena segera berdiri dan membuka pintu. Di hadapannya, pria muda berkacamata itu tersenyum ramah tapi kedua tangannya penuh dengan buku tebal, map, dan beberapa alat tulis.

“Apa… semua itu harus aku pelajari?” tanya Arlena dengan mata membelalak.

Adrian masuk dan meletakkan semuanya di atas meja panjang.

“Tidak sekaligus,” jawabnya sambil tersenyum tenang.

“Tapi, kamu harus mengejar apa yang orang lain pelajari dalam tiga tahun. Dan saya percaya kamu bisa.”

Arlena menatap tumpukan buku itu: Bahasa Inggris Dasar, Etika Bisnis, Manajemen Waktu, Komunikasi Formal, dan bahkan buku tentang Public Speaking.

Ia menghela napas panjang. “Aku bahkan belum pernah menyentuh buku-buku seperti ini…”

“Justru itu,” Adrian menatapnya.

“Tugas saya adalah memastikan kamu tidak hanya paham, tapi bisa menguasainya. Tuan Aldric ingin kamu siap menghadapi dunia.”

Arlena menggigit bibirnya. Ragu. Tapi juga penasaran.

Ia menarik kursi dan duduk. “Kalau begitu… ayo kita mulai.”

Adrian tersenyum. “Bagus. Kita mulai dengan komunikasi dasar dan kosa kata. Lalu kita lanjut ke cara berpikir kritis.”

Dan di situlah, di meja belajar yang sederhana itu, perjalanan pendidikan Arlena dimulai.

Tak mudah, tapi setiap halaman buku yang dibuka adalah satu langkah menjauh dari masa lalu yang menyakitkan.

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Buku-buku berserakan di meja, coretan latihan memenuhi kertas-kertas, dan kepala Arlena nyaris menempel di meja karena lelah.

“Aku… aku menyerah…” gumam Arlena lirih, matanya berkaca-kaca.

Tangannya gemetar saat mencoba menutup buku yang barusan dia baca.

“Aku tidak sanggup. Ini semua terlalu sulit. Aku memang bodoh, seperti yang mereka bilang...”

Tiba-tiba, Adrian buru-buru menoleh dan meletakkan jari telunjuknya di bibir Arlena.

“Jangan bicara lagi. Diam.”

Arlena terkejut. Tapi lebih terkejut lagi saat melihat ke arah pintu…

Aldric berdiri di sana. Tegap, dengan ekspresi dingin yang tak terbaca.

“Apa katamu tadi?” tanyanya, suaranya pelan… namun penuh tekanan.

Arlena menunduk. Napasnya tercekat.

“Saya… saya hanya merasa tak mampu…”

Aldric melangkah masuk. Sepasang matanya tajam menatap Arlena.

“Jangan pernah bilang kamu menyerah di depan saya,” ucapnya dingin.

“Kamu bukan gadis lemah. Kamu bukan orang bodoh. Jangan ulangi kalimat itu lagi.”

Arlena hanya bisa menunduk, tak berani menatap mata Aldric. Tapi hatinya… perlahan terasa hangat.

Ia tidak dimarahi karena malas. Tapi karena Aldric tak ingin dia merendahkan dirinya sendiri.

“Ambil napas. Istirahat sepuluh menit. Lalu kembali belajar,” lanjut Aldric.

“Saya sudah menginvestasikan waktu dan orang-orang terbaik untukmu. Jangan sia-siakan itu.”

Adrian hanya diam. Tapi ia tersenyum kecil.

Arlena mengangguk perlahan.

"Baik… saya akan lanjut belajar."

Dan di saat itulah… Arlena belajar satu pelajaran paling penting hari itu:

Percaya diri dimulai saat ada seseorang yang percaya padamu terlebih dahulu.

1
Kadek Bella
lanjut thoor
my name is pho: siap kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!