"Rachel dijodohkan demi mahar, lalu dibuang karena dianggap mandul. Tapi pelariannya justru membawanya pada Andrean Alexander—seorang CEO dingin yang tanpa sadar menanam benih cinta… dan anak dalam rahimnya. Saat rahasia masa lalu terbongkar, Rachel menyadari bahwa dirinya bukan anak kandung dari keluarga yang telah membesarkan nya.
Bagaimana kelanjutan kisah nya.
Mari baca!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I.U Toon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hal Yang Tak Dapat di Lupakan
BAB. 4
Hujan mengguyur kota Jakarta malam itu, seolah langit pun ikut menangis bersama Devina. Gaun satin merahnya basah oleh gerimis saat ia melangkah keluar dari klub malam, dengan langkah yang terhuyung dan hati yang hancur.
Ia tidak tahu ke mana harus pergi. Dunia yang ia kenal hancur hanya dalam hitungan jam. Tunangan yang dijodohkan ibunya—laki-laki kaya yang diharapkan membawa mereka keluar dari kesulitan—ternyata hanya pecundang. Ia menemukan Vidio tunangan nya berada di kamar hotel bersama wanita malam, hanya dua jam sebelum pernikahan mereka berlangsung.
Semua sudah disiapkan. Gedung. Undangan. Mahar. Harapan.
Tapi Rachel memilih pergi. Dengan harga diri yang masih tersisa.
Dan kini, ia berdiri sendirian di bawah lampu jalan, seperti boneka patah yang ditinggalkan dunia.
Sebuah mobil mewah hitam berhenti di depannya. Jendela turun pelan.
“Aku antar pulang,” suara pria itu terdengar. Tenang, namun berwibawa.
Devina mengenalnya. Andrean Alexander. Pria yang tadi duduk bersamanya di bar. Yang menahan gelas ketiganya. Yang menatapnya tanpa niat jahat.
“Aku... nggak tahu harus ke mana,” lirih Rachel
“Kalau begitu, ikut aku. Hanya untuk malam ini.”
...******...
Kamar penthouse di hotel bintang lima itu sangat hening. Angin dari balkon meniup lembut tirai putih yang menjuntai.
Rachel duduk di sofa, dengan handuk menutupi rambutnya setelah terkena hujan. Andrean berdiri membelakanginya, membuka dasinya perlahan.
“Kenapa kamu baik padaku?” tanyanya pelan.
Andrean menoleh, menatap mata gadis itu yang sembab.
“Karena aku tahu rasanya dituntut untuk menjadi sesuatu yang bukan dirimu. Aku tahu rasanya hidup untuk membayar ekspektasi orang lain.”
Hening kembali menyelimuti.
Lalu Andrean melangkah mendekat. Menunduk. “Aku bisa menyentuhmu malam ini. Tapi aku juga bisa menahan diri... jika kamu tak ingin.”
Rachel menelan ludah. Dalam hidupnya, tidak pernah ada pria yang bertanya seperti itu.
Tapi pria ini... ia memberi pilihan.
“Kalau aku bilang ya... kamu akan menyesal?” bisik Devina.
“Tidak. Karena aku akan memelukmu bukan sebagai pelarian. Tapi sebagai wanita yang patut dihargai. Bahkan di malam terburuknya.”
Andrean langsung menyambar bibir merah Rachel, lidah mereka berdansa di dalam sana.
Rachel mengeluh saat tangan nakal itu berpindah haluan pada salah satu gunung kebar miliknya. Andrea menurunkan tali dress Rachel yang berbentuk spaghetti dan mulai nampak lah pemandangan pegunungan indah dengan puncaknya berwarna pink kemerahan.
Tak berhenti disitu tangan lihai pria kembali meremas-remas dan memberikan sentuhan-sentuhan lain yang berhasil membuat Rachel semakin terbakar gairah nya. Kini Andrean telah memposisikan dirinya untuk memasuki Rachel, begitu juga Rachel yang telah membuka kakinya lebar-lebar bersiap untuk menerima kenikmatan syurga dunia. Meski mabuk namun Rachel masih dalam keadaan setengah sadar.
Setelah di rasa pas arahnya, pria itu mulai mendorong pinggulnya, Namun bukannya kenikmatan Rachel malah merasakan kesakitan, dia reflek mundur.
"Kenapa ?" Tanya Andrea heran.
"Ini terlalu sakit, aku tidak mau melanjutkan!".
"Sakit?, baiklah aku akan melakukannya dengan halus.
Rachel kembali memposisikan dirinya untuk menerima suntikan dari Andrean. Tapi saat pria itu mendorong pinggulnya sakit mulai terasa kembali membuat Rachel berteriak
"Awww kamu menyakiti ku".
"Tenanglah, aku akan mulai dengan perlahan".
Setelah dirasa Rachel merasa sedikit rileks pria itu kembali mendorong pinggulnya perlahan. Awalnya memang terasa sakit namun perlahan Rachel merasakan kenikmatan yang mendominasi nya.
Teriakan Rachel berubah menjadi erangan nikmat. begitu juga dengan Andrean yang merasakan kenikmatan tiada Tara saat benda tumpulnya terbenam di bawah sana.
Pada akhirnya mereka merasakan pelepasan bersamaan.
"AAGhhHH"...
Dengan nafas terengah-engah Rachel menatap wajah pria yang telah mengambil mahkotanya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah dia harus menangi atau bahagia saat ini, karena memang semuanya ini terjadi atas permintaanya sendiri.
Hal yang iya jaga selama ini akhirnya hilang sudah pada seorang pria yang sama sekali tidak iya kenal.
Tanpa pengalaman dan rencana keduanya saling menatap seolah mengisyaratkan sesuatu.
pada akhirnya mereka pun melakukan hal itu semalaman.