NovelToon NovelToon
Senyum Tiramisu

Senyum Tiramisu

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Keluarga / CEO / Penyesalan Suami / Psikopat itu cintaku / Cintapertama
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: blcak areng

Satu tahun penuh kebahagiaan adalah janji yang ditepati oleh pernikahan Anita dan Aidan. Rumah tangga mereka sehangat aroma tiramisu di toko kue milik Anita; manis, lembut, dan sempurna. Terlebih lagi, Anita berhasil merebut hati Kevin, putra tunggal Aidan, menjadikannya ibu sambung yang dicintai.

​Namun, dunia mereka runtuh saat Kevin, 5 tahun, tewas seketika setelah menyeberang jalan.
​Musibah itu merenggut segalanya.

​Aidan, yang hancur karena kehilangan sisa peninggalan dari mendiang istri pertamanya, menunjuk Anita sebagai target kebencian. Suami yang dulu mencintai kini menjadi pelaku kekerasan. Pukulan fisik dan mental ia terima hampir setiap hari, tetapi luka yang paling dalam adalah ketika Anita harus berpura-pura baik-baik saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blcak areng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dorongan Malam yang Mengkhianati Misi

​Malam telah larut, dan jam menunjukkan pukul 23.45. Aidan baru saja menyelesaikan pekerjaan kantor yang terpaksa ia bawa pulang. Meja kerjanya kini dipenuhi dokumen-dokumen korporat, namun pikirannya terasa kosong setelah seharian dipenuhi kalkulasi bisnis dan kerugian.

​Rumah itu sunyi. Tidak ada suara Anita bergerak di dapur, tidak ada bunyi peralatan rumah tangga. Selama Anita sakit, semua pekerjaan domestik, termasuk memanaskan sisa makanan dan memastikan rumah tetap rapi, secara tidak terhindar jatuh ke tangan Aidan.

CEO itu kini harus mengurus rumah tangganya sendiri, sebuah ironi yang menjengkelkan.

​Aidan menutup laptopnya. Ia seharusnya merasa lega karena pekerjaannya selesai, tetapi keheningan itu justru membuatnya gelisah.

​Kebenciannya, yang selama ini menjadi mesin penggeraknya, kini terasa sedikit tumpul. Mungkin itu karena tugas yang ia lakukan siang tadi—memberi makan musuhnya. Tindakan itu, meskipun ia rasionalkan sebagai manajemen aset, terasa seperti noda pada misi balas dendamnya.

​Saat Aidan bangkit dari kursi, berniat menuju kamar utamanya, dorongan kuat itu tiba-tiba menyerang.

​Itu bukan suara monitor, bukan telepon dari Sherly. Itu adalah tarikan irasional menuju satu-satunya ruangan yang kini menjadi pusat ketidakpastian dalam hidupnya: kamar Anita.

​Dorongan itu terasa mendesak, hampir memaksa, seolah ada insting primordial yang memberitahunya bahwa sesuatu yang penting sedang terjadi, atau sesuatu yang penting harus ia lindungi.

"Kenapa? Kenapa harus melihatnya? Dia sudah tidur. Dia baik-baik saja." Aidan mencoba melawan, memaksakan logikanya. "Aku harus memastikan dia masih bernapas. Jika dia mati dalam tidur, itu akan menjadi masalah besar. Aku hanya ingin memastikan asetku stabil." batin Aidan lagi

​Namun, alasan "aset" itu terasa hampa. Di lubuk hatinya, ia tahu ia ingin melihatnya lagi. Ia ingin melihat apakah kerapuhan yang ia saksikan siang tadi (tremor) masih ada, atau apakah itu hanya ilusi.

​Aidan berdiri terpaku di ruang tengah, kakinya enggan bergerak. Tubuhnya ingin lari, tetapi hatinya yang membingungkan menariknya maju. Perasaan ini, yang merupakan kelanjutan dari rasa iba yang muncul saat ia menyuapi Anita, terasa seperti pengkhianatan terbesar.

​Aidan akhirnya menyerah pada dorongan itu. Ia berjalan ke kamar Anita, membuka pintu dengan sangat perlahan, tanpa suara.

​Hanya ada cahaya redup dari lampu malam kecil. Anita tertidur lelap. Wajahnya masih pucat, tetapi napasnya kini stabil dan teratur.

​Aidan melangkah mendekat, berdiri di sisi ranjang. Ia mengabaikan monitor kecil yang ditinggalkan Sherly, fokusnya hanya pada Anita.

​Ia melihat wajah Anita yang damai dalam tidur—wajah yang bebas dari ketakutan dan kebencian yang selalu ia tunjukkan saat bangun. Dalam ketidakberdayaannya, Anita tampak seperti wanita yang pernah ia kenal, sebelum segala penderitaan menimpa mereka.

​Rasa yang dulu sudah terkubur bersama kematian Kevin—rasa yang menyertai kasih sayang seorang suami—tiba-tiba muncul lagi. Rasa iba itu kini disertai dengan kelembutan yang ia yakini telah mati. Itu adalah kesadaran bahwa ia, Aidan, adalah orang yang paling bertanggung jawab atas wanita yang terbaring hampir mati ini.

​Aidan membungkuk sedikit. Tanpa berpikir, ia mengulurkan tangan. Ia tidak menyentuh wajah Anita, melainkan meraba selimutnya, memastikan selimut itu menutupi bahu Anita dengan baik. Itu adalah gestur yang begitu kecil, begitu sederhana, namun membawa beban emosional yang sangat besar.

​Saat tangannya menyentuh selimut, ia membayangkan tangannya menyentuh kulit Anita, merasakan suhu tubuhnya. Ia segera menarik tangannya kembali, seolah tersengat listrik.

"Hentikan! Apa yang kau lakukan?!." bisik nurani Aidan, berteriak karena jijik pada kelembutan dirinya sendiri.

​Aidan mundur dua langkah, memukul dirinya sendiri secara mental. Ia adalah CEO, seorang pria yang didorong oleh balas dendam, bukan oleh gestur perawatan yang bodoh ini.

​Ia memutar tubuhnya, meninggalkan kamar Anita secepat mungkin. Ia tidak melihat ke belakang.

​Aidan kembali ke ruang tengah. Denyut jantungnya berpacu, bukan karena bahaya, tetapi karena kebingungan dan kemarahan terhadap dirinya sendiri. Ia gagal mengendalikan perasaannya. Ia gagal membenci dengan konsisten.

​"Ini hanya stres," bisik Aidan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri, sambil menyeka keringat dingin di dahinya. "Ini hanya karena aku terlalu lelah mengurus rumah. Begitu dia sembuh, semua akan kembali normal."

​Aidan tahu ia berbohong. Dorongan kuat itu nyata, dan itu mengancam untuk meruntuhkan seluruh fondasi kebencian yang telah ia bangun selama bertahun-tahun.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!