NovelToon NovelToon
Di Mana Tempat Itu

Di Mana Tempat Itu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: ainuncepenis

Bukan kita menginginkan lahir ke dunia ini. Bukan kita yang meminta untuk memiliki keadaan seperti ini.
Sudah bertahan begitu lama dan mencoba terus untuk bangkit dan pada kenyataannya semua tidak berpihak kepada kita?
Aira yang harus menjalani kehidupannya, drama dalam hidup yang sangat banyak terjadi dan sering bertanya siapa sebenarnya produser atas dirinya yang menciptakan skenario yang begitu menakutkan ini.
Lemah dan dan sangat membutuhkan tempat, membutuhkan seseorang yang memeluk dan menguatkannya?
Bagaimana Aira mampu menjalani semua ini? bagaimana Aira bisa bertahan dan apakah dia tidak akan menyerah?
Lalu apakah pria yang berada di dekatnya datang kepadanya adalah pria yang tulus yang dia inginkan?
Mari ikutin novelnya.
Jangan lupa follow akun Ig saya Ainuncefenis dan dapatkan kabar yang banyak akun Instagram saya.
Terima kasih.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 9 Obrolan sedikit panjang

Setelah bertemu dengan kedua orang tuanya yang akhirnya Aira berpamitan untuk pulang. Aira memang tidak betah lama-lama berada di kediaman orang tuanya.

"Kamu tidak tunggu Dinda pulang dulu?" tanya Meisya.

"Sudah malam, Mah," jawab Aira.

"Biar Papa yang antar," ucap Ardi.

"Nggak usah Pah. Aira naik Taxi aja," jawabnya dengan menolak.

"Ya. Sudah kalau begitu kamu hati-hati. Kamu jaga hati-hati perginya," ucap Ardi.

Aira menganggukkan kepala, Meisya memeluk Aira sebelum pergi.

"Kamu jangan lupa makan yang benar, lihat tubuh kamu semakin kurus, kamu jangan malas makan," ucap Meisya.

Aira hanya menganggukkan kepala dan mencium punggung tangan kedua orang tuanya lalu langsung pergi setelah mengucapkan salam.

"Tubuh kurus bukan karena aku tidak makan, tapi terlalu banyak beban pikiran yang harus aku tanggung sendiri," batin Aira yang melangkah meninggalkan kediaman orang tuanya.

Aira seperti biasa yang sangat lebih memilih untuk jalan pulang ke rumahnya, dengan berjalan santai di pinggir jalan. Kalau belum terlalu malam memang jalanan masih ramai dengan banyaknya toko-toko yang masih buka dan kendaraan juga banyak melintas.

Aira sama sekali tidak takut, Karena pada dasarnya dia memang gadis yang pemberani hanya saja dia terlalu memendam segala sesuatu sendiri.

Tin-tin-tin-tin-tin-tin-tin-tin-tin.

Aira sedikit terkejut mendengar suara klakson mobil tersebut yang membuatnya menoleh ke belakang dan ternyata mobil itu berhenti membuat Aira mengerutkan dahi.

Lampu mobil yang menyala menerpa wajahnya itu cukup membuat silau dan akhirnya mati ketika sang pengemudi keluar yang ternyata Arfandi.

"Ngapain dia?" batin Aira menelan Saliva.

"Aira!" Sapa Arfandi yang tersenyum berdiri di depannya.

Laki-laki itu ternyata jauh lebih tampan yang hanya menggunakan kemeja dan tidak terlalu formal seperti di kantor.

"Pak," sahut Aira dengan menundukkan kepala dan tersenyum tipis.

"Kamu ngapain jalan sendirian di sini?"

"Rumah kamu dekat sini?" tanya Arfandi yang membuat Aira menggelengkan kepala.

"Saya baru saja dari rumah orang tua dan sekarang mau pulang ke rumah, tidak juga dekat tetapi tidak juga jauh," jawabnya.

"Ayo aku antar!" ajak Arfandi tanpa segan menawarkan.

"Tidak usah, Pak," tolak Aira.

"Aira ini bukan di kantor dan sangat aneh jika teman satu kelas harus memanggil seperti itu. Kamu bisa memanggilku seperti kamu memanggilku dulu. Arfan atau Arfandi," ucap Arfandi.

"Kenapa kamu merasa tidak enak memanggil seperti itu?" tebak Arfandi yang tidak mendapatkan respon dari Aira.

"Terdengar aneh saja," jawab Aira.

"Justru aku yang merasa aneh jika teman satu kelasku tiba-tiba memanggilku dengan panggilan seperti itu. Kita seperti tidak pernah kenal saja Aira," sahut Arfandi.

Teringat di masa lalu mereka berdua memang cukup dekat, karena memang hanya ada beberapa pria dalam satu kelas itu dan karena juga sedikit yang membuatnya dekat satu sama lain. Apalagi Arfandi juga dikenal sebagai pria yang humble waktu itu.

"Malah bengong!" tegur Arfandi yang sejak tadi membangun komunikasi dengan baik dan mencairkan suasana.

"Ayo aku antar pulang," ajak Arfandi.

"Jangan menolak Aira. Bukankah besok kamu ada tugas. Apa kamu mau kaki kamu sakit terus berjalan dan besok kamu kelelahan," ucap Arfandi.

Aira masih diam saja yang pasti sangat segan dengan Arfandi.

"Ayolah!" Arfandi memegang pergelangan tangan Aira dan membawanya menuju mobilnya yang ternyata Aira tidak bisa menolak ketika pria itu sedang membukakan pintu mobil.

"Masuk!" Arfandi mengarahkan dengan menggunakan kepalanya.

Aira tidak punya pilihan lain yang akhirnya masuk ke dalam mobil dan Arfandi menyusul.

"Kamu beritahu rumah kamu di mana ya," ucap Arfandi.

"Iya," ucap Aira.

Arfandi dan Aira yang berada di dalam mobil yang sama dan membuat Aira yang merasa sangat jauh sekali sampai ke rumahnya. Dia terus saja merasa tidak enak berada di dalam mobil itu.

"Kita sudah lama sekali tidak berkomunikasi Aira. Kamu pasti kurang nyaman?" tebak Arfandi yang membuat Aira menganggukkan kepala.

"Santailah Aira, kamu anggap saja sedang reunian," ucap Arfandi.

"Aku tidak terbiasa reunian dan juga tidak pernah reunian dengan teman-teman sekolah," ucap Aira.

"Iya. Itu adalah kenyataan, masa-masa sekolah yang sudah berakhir sekitar 8 tahun lalu dan acara reunian kamu yang tidak pernah ada," ucap Arfandi.

"Padahal kamu tetap berada di Jakarta dan yang lain juga ada di Jakarta dan di luar kota, mereka meluangkan waktu untuk sekedar berkumpul," ucap Arfandi.

"Kamu sangat sulit dihubungi semenjak lulus SMA," lanjut Arfandi.

"Bukankah masa sekolah sudah selesai dan aku merasa tidak perlu adanya komunikasi lagi," sahut Aira yang berbicara dengan jujur.

Tidak ada ekspresi di wajahnya seperti seorang teman yang sangat memiliki excited untuk bertemu dengan teman sekolahnya.

"Kenapa? Apa kami melakukan kesalahan kepadamu, sehingga kamu menutup komunikasi?" tanya Arfandi menoleh ke arah Aira.

"Tidak," jawabnya.

"Aira aku rasa kamu tidak lupa jika setelah 2 tahun lulus SMA, aku juga sempat menghubungimu lewat media sosial dan kamu malah memblokir ku dan itu juga yang kamu lakukan dengan beberapa teman satu kelas kita," ucap Arfandi.

"Benarkah aku tidak ingat sama sekali," jawab Aira dengan tersenyum tipis yang sangat terlihat dari wajahnya bahwa apa yang ditebak Arfandi benar apa adanya.

"Aira kami selalu membicarakan mu, sangat aneh rasanya jika salah satu teman kami tidak pernah bergabung bersama kami, kami juga ingin mengetahui kabarmu seperti apa dan kamu yang menutup akses untuk tidak berkomunikasi dengan kami," ucap Arfandi.

Aira menghela nafas dan melihat ke arah Arfandi.

"Apa sekarang ingin mengintimidasiku?" tanya Aira

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?" tanya Arfandi.

"SMA sudah dihabiskan dengan waktu bersama, memiliki cerita masing-masing dengan impian masing-masing. Kalian berlomba-lomba mengajar semua impian kalian dan aku hanya tetap berada di tempatku. Lalu untuk apa harus bergabung dengan kalian, untuk memberiku pencerahan bahwa aku harus seperti kalian," ucapnya dengan ekspresi wajah datar.

Sepertinya ada luka yang disimpan Aira semasa SMA nya yang membuat dia benar-benar menghindar dan benar apa yang dikatakan Arfandi bahwa dirinya sengaja menutup komunikasi dan justru dia orang yang pertama yang bisa berbicara seperti ini dengan Aira.

"Kamu mungkin salah paham Aira," sahut Arfandi melihat ke arah Aira dan selalu menatap matanya yang penuh dengan kesedihan.

"Rumahku hampir sampai dan sebaiknya jangan membicarakan masa sekolah," ucapnya.

"Baiklah!" sahut Arfandi.

Aira menatap lurus ke depan dan sebentar-sebentar membuang nafasnya perlahan dia juga tampak meremas derasnya.

Sementara Arfandi beberapa kali menoleh ke arahnya.

"Dan seharusnya begitu aku tahu kamu adalah atasanku. Aku seharusnya mengundurkan diri dari magang itu," batin Aira yang benar-benar tidak ingin berhubungan lagi dengan teman-teman sekolahnya.

"Paling tidak aku tahu apa maksud dari perkataan kamu Aira. Aku tahu saja dulu kamu selalu memendam segala sesuatu sendiri dan itu juga yang membuat kamu menghindar dan menutup akses komunikasi. Kamu hanya salah paham Aira," batin Arfandi.

Perjalanan tetap sampai menuju rumah Aira yang di dalam mobil itu kembali terdengar keheningan karena tidak adanya pembicaraan lagi di antara mereka yang seperti memang Aira tidak ingin berbicara apapun dan berharap Arfandi tidak terus mengungkit masa sekolahnya.

Bersambung.....

1
Teh Euis Tea
sira belajarlah dari mia yg iklas menerima keadaannya, nasibmu lebih baik dari mia yg dihianati suami dgn 3 anak dan hidup susah
semoga sj afandi mau membantu mia
insyaallah aku mampir baca novel barumu thor
Teh Euis Tea
aira kenapa ga ngelaporin si ramon ke polisi sih, klu di biarin si ramon ga ada efek jeranya
itu arfandi ada apa ya ga keluar dari kantornya apa dia sibuk di dlm apa sakit, bikin penasaran aj
ChikoRamadani
aira tegas dong, lawan tuh nini sihir si natalie ganggu suasana aja....

jarang2 kan aira bisa sedekat itu sama arfandi biasanya dia selalu menjauh...
Teh Euis Tea
idihhh si nathali aneh orang arfandi yg menginginkan aira dekat dia, arfandi itu naksir aira bkn km nathalia
ChikoRamadani
natalie caper banget smaa arfandi....
tapi arfandi lebih menyukai aira,,,


setelah ini aira bisa tegas dalam berbicara apalagi lawannya si natalie... dan jangan terlalu insecure ... semua butuh proses
Teh Euis Tea
natali jgn sok perhatian sm afandi, afandi sendiri cm mengharapkan aira bkn km
Teh Euis Tea
semoga km sukses ya aira novelmu buming jd km ga merasa rendah diri lg, semangat untuk aira
Teh Euis Tea
nah gitu dong aira terbuka sm ortumu jd dpt dukungan jgn apa apa di pendem sendiri pdhal ga mampu yg ada malah makin pusing makin terpuruk hingga km mau bunuh diri
Teh Euis Tea
aira klu ketahuan paling di nikahin km sm arfandi😁
Teh Euis Tea
aira jarang loh yg tulus seperti afandi wlu udah 10thn berlalu msh perhatian sm kamu
Teh Euis Tea
kasian bgt sih aira, mudah"an aj sirsmon secepatnya di tangkap
Teh Euis Tea
si aira sok kuat padahal butuh bantuan
Teh Euis Tea
si tari teman ga tau diri
Teh Euis Tea
aira benar kt afandi jgn jd orang ga enakan klu km ga nyaman pergi ke acara itu ya jgn pergi dan harus berani menolak
Teh Euis Tea
natali km cemburu ya sm arfandi
Teh Euis Tea
mungkin karna teman" nya sombong jd aira merasa minder
Teh Euis Tea
emang sih ga enak bgt klu ketemu sm teman yg udah pd sukses trs ngomongin soal kerjaan sedangkan kita hanya pekerja biasa berasa di kacangin sih mau ikut nimbrung ngobrol ga tau ngomong apa
Teh Euis Tea
makin minder aj aira nih tp tetap sj km hrs semangat aira km itu butuh teman untuk keluh kesah km jgn di pendem sendiri dan akhirnya km jd minder
Teh Euis Tea
aira ayolah bergaul km jgn minder trs sm teman km
ChikoRamadani
ini cerita aira yang selalu dikejar debt collector tapi masalahnya sudah selesai karena dibantu arfandi....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!