NovelToon NovelToon
ISTRI GEMUK CEO DINGIN

ISTRI GEMUK CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Hamil di luar nikah / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: aufaerni

Mateo Velasco, CEO muda yang tampan dan dingin, terbiasa hidup dengan kendali penuh atas segalanya termasuk reputasinya. Namun hidupnya jungkir balik saat suatu pagi ia terbangun di kamar kantornya dan mendapati seorang gadis asing tertidur telanjang di sampingnya.
Gadis itu bukan wanita glamor seperti yang biasa mengelilinginya. Ia hanyalah Livia, seorang officer girls sederhana yang bekerja di perusahaannya. Bertubuh gemuk, berpenampilan biasa, dan sama sekali bukan tipe Mateo.
Satu foto tersebar, satu skandal mencuat. Keluarganya murka. Reputasi perusahaan terancam hancur. Dan satu-satunya cara untuk memadamkan bara adalah pernikahan.
Kini, Mateo harus hidup sebagai suami dari gadis yang bahkan tidak ia kenal. Tapi di balik status sosial yang berbeda, rahasia yang belum terungkap, dan rasa malu yang mengikat keduanya sebuah cerita tak terduga mulai tumbuh di antara dua orang yang dipaksa bersama oleh takdir yang kejam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aufaerni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

LIVIA SAKIT, MATEO MARAH!!

Setelah makan malam selesai, para tamu pamit dengan senyuman dan pujian atas keramah-tamahan Mateo dan Livia. Livia mengantar mereka hingga ke mobil dengan sopan, tetap menampilkan citra sebagai istri yang anggun dan menyenangkan.

Begitu mobil terakhir melaju keluar dari halaman, dan pintu rumah tertutup rapat, suasana langsung berubah. Senyum Mateo menghilang. Ia melepas kancing atas kemejanya, lalu menatap Livia dengan pandangan tajam penuh kemarahan yang ditahan sejak awal malam.

“Bagus. Kau bisa berpura-pura jadi istri yang sempurna,” gumamnya dingin.

Livia menunduk, tubuhnya tegang, tapi ia tetap tenang. “Saya hanya melakukan apa yang Anda perintahkan, Tuan Mateo.”

Mateo berjalan pelan ke arahnya, lalu berhenti hanya beberapa langkah di depan. Tatapannya membakar.

“Kau terlalu banyak bicara dengan istri Reynaldo tadi,” tuduhnya. “Apa kau pikir bisa bersahabat dengan orang-orang sekelas mereka, hah? Dasar mimpi.”

Livia menggeleng pelan. “Tidak, saya hanya menjawab saat diajak bicara.”

Mateo mencengkeram dagu Livia, mengangkat wajah gadis itu agar menatap langsung ke arahnya.

“Dengar ini baik-baik. Jika sampai satu patah kata keluar dari mulutmu tentang apa yang terjadi di rumah ini, atau tentang pernikahan kita aku bersumpah hidup ibumu jadi taruhan.” bisiknya penuh ancaman.

Livia hanya menatapnya, mata beningnya mulai berkaca-kaca, tapi ia tetap tidak menjawab. Ia tahu melawan hanya akan memperburuk keadaan.

Mateo melepaskan cengkeramannya dan berjalan pergi tanpa menoleh. “Besok, kau ikut ke pesta amal bersama aku. Pakai gaun merah. Jangan buat aku malu.”

Setelah pria itu menghilang ke lantai atas, Livia berdiri diam di tengah ruang tamu megah itu. Sepi. Hampa. Seolah semua kemewahan di sekelilingnya hanya dinding bisu yang menyaksikan penderitaannya.

Perlahan, ia berjalan ke kamarnya, menahan air mata yang hampir pecah.

Keesokan harinya, Livia melangkah keluar dari mobil mewah bersama Mateo, mengenakan gaun merah yang memeluk tubuh berisinya dengan anggun. Wajahnya dihias riasan tipis yang menonjolkan kelembutan alaminya, sementara rambutnya disanggul rapi sesuai permintaan Mateo. Meski tampak menawan di mata orang lain, dalam hatinya Livia hanya merasa seperti boneka yang didandani untuk pertunjukan.

Mateo berdiri di sebelahnya, mengenakan setelan jas hitam dengan dasi merah senada, terlihat begitu sempurna dan karismatik. Ia kemudian meraih tangan Livia bukan dengan kelembutan seorang suami, melainkan dengan cengkeraman erat yang membuat gadis itu tersentak kecil.

Livia menahan napas, berusaha tetap tersenyum walau cengkeraman itu menyakitkan.

“Jangan terlihat canggung. Tersenyum, dan jangan berani bertingkah,” bisik Mateo di telinganya, nadanya penuh tekanan.

“Iya, Tuan,” jawab Livia lirih, menunduk sedikit.

Mereka melangkah masuk ke aula besar tempat pesta amal berlangsung. Lampu kristal berkilauan dari langit-langit, musik klasik mengalun pelan, dan para tamu dengan busana mewah saling bercengkerama di sekeliling ruangan. Di hadapan orang banyak, Mateo berperan sebagai suami sempurna ramah, penuh tawa, dan seolah sangat mencintai istrinya.

Livia tetap tersenyum, mengikuti irama sandiwara ini. Ia tahu, satu kesalahan kecil saja, bukan hanya dirinya yang akan menjadi korban.

Livia berdiri di samping Mateo dengan senyum yang terus ia pertahankan walau pipinya mulai pegal. Beberapa tamu mulai menghampiri mereka, menyapa dan memuji betapa anggunnya Livia malam itu.

"Anda sungguh beruntung, Tuan Mateo. Istri Anda begitu memesona," ujar salah satu wanita paruh baya dengan tawa kecil.

Mateo menoleh dan tersenyum, lalu melingkarkan tangan di pinggang Livia dengan gaya yang begitu lembut di mata orang lain padahal bagi Livia, sentuhan itu terasa dingin dan menekan.

"Ya, saya sangat beruntung memilikinya," balas Mateo dengan nada yang terlatih.

Livia hanya menunduk, mengangguk kecil sambil tersenyum sopan. Di dalam dadanya, jantungnya berdetak tidak nyaman, terutama saat beberapa tamu lain mulai bertanya lebih dalam.

“Berapa usia pernikahan kalian sekarang, Nona Livia?” tanya salah satu tamu wanita yang tampaknya cukup akrab dengan keluarga besar Velasco.

Livia sempat tertegun, tidak tahu harus menjawab apa. Ia menoleh ke Mateo, berharap ada sinyal yang bisa ia ikuti.

Mateo tersenyum dan menjawab cepat, “Pernikahan kami baru berjalan beberapa bulan, jadi masih dalam tahap awal.” Senyum terlatihnya tetap terpasang rapi.

"Oh, masih bulan madu ya? Sungguh menyenangkan!" sahut tamu itu dengan gembira.

Livia mengangguk, menahan perasaan cemas yang mulai muncul di dadanya. Walau mereka berdua seolah terlihat sempurna di hadapan tamu-tamu itu, Livia merasa terasing, seolah dirinya bukan bagian dari kebahagiaan ini.

Di sudut aula, alunan musik berubah menjadi lebih lembut. Para tamu mulai berdansa.

Mateo menoleh pada Livia dan menyodorkan tangan. “Kita harus menari, sayang,” ucapnya nyaris terdengar seperti perintah.

Dengan ragu, Livia menyambut tangan itu. Tangannya gemetar, tetapi ia tetap berdiri tegak. Mereka melangkah ke tengah lantai dansa. Langkah-langkah Mateo teratur dan mengontrol, sementara Livia hanya mengikuti, menyesuaikan diri.

"Jangan buat aku malu di depan semua orang," bisik Mateo di telinganya, masih dengan senyum penuh kepalsuan.

Livia tersenyum, walau dalam hati ia hanya ingin lari sejauh mungkin.

Keesokan harinya, Livia merasa tubuhnya sangat lemah. Ia terbaring di tempat tidur, tubuhnya terasa panas dan lemas, selimut yang menutupi tubuhnya tampak tidak cukup untuk menghangatkannya. Kepalanya berdenyut, dan setiap gerakan terasa begitu berat. Demam yang ia rasakan membuatnya tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa terbaring, menunggu waktu berlalu sambil berharap rasa sakit ini segera hilang.

Sementara itu, di ruang makan, Mateo sedang membaca koran, suasana sekitar terlihat tenang. Namun, tiba-tiba ia melemparkan koran itu dengan kesal, melihat bahwa keberadaan istrinya yang "tidak berguna" lagi-lagi tidak ada di tempat yang seharusnya.

"Dimana wanita sialan itu?" tanya Mateo dengan nada ketus pada salah satu pekerjanya yang lewat.

"Nona Livia sedang demam, Tuan. Tadi saya menghampirinya di kamar, namun ia mengatakan sedang tidak enak badan dan meminta untuk beristirahat," jawab pekerja itu dengan cemas.

Mendengar jawaban itu, Mateo menghela napas dengan kesal. Ia tidak sabar dengan keadaan ini, tapi rasa jengkelnya lebih kepada kenyataan bahwa Livia, yang selalu ia anggap remeh, kini sedang sakit.

Ia segera berdiri, melemparkan koran yang masih tergeletak di meja makan, dan tanpa berkata lebih banyak, langkahnya terasa berat menuju kamar Livia yang berada di bagian belakang rumah kamar yang selama ini ditempati oleh gadis itu. Tempat yang jauh dari kehidupan glamor dan mewah yang ada di bagian utama rumah ini.

BRAK!

Suara pintu yang terbuka dengan keras membuat Livia terlonjak dari tidurnya. Tubuhnya yang lemah bergetar saat melihat sosok Mateo berdiri di ambang pintu dengan ekspresi marah membara.

"Bangun!" bentak Mateo tajam. "Kau pikir rumah ini hotel tempat orang tidur sesuka hati? Dasar pemalas!"

Livia berusaha bangkit perlahan, namun tubuhnya terlalu lemah. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi pelipis, dan matanya sembab.

"Maaf... saya sedang tidak enak badan, Tuan. Badan saya terasa sangat lemas…" suaranya lirih nyaris tak terdengar.

Mateo menatapnya dengan tatapan penuh jijik. "Kau pikir aku peduli? Sakit atau tidak, itu bukan urusanku. Rumah ini bukan tempat beristirahat untuk orang tak berguna sepertimu."

Ia menarik paksa lengan Livia yang hanya bisa pasrah. Gaun tidurnya sedikit tertarik, menyisakan robekan kecil di bagian bahu. Namun Livia tidak mengeluh. Ia hanya menggigit bibir menahan sakit dan rasa malu.

Mateo menyeretnya ke dapur dan mendorongnya ke arah meja.

"Kerjakan tugasmu. Jangan buatku makin muak melihatmu bermalas-malasan!" ucapnya dingin, lalu pergi meninggalkannya.

Livia berdiri terpaku, tubuhnya gemetar, air mata jatuh tanpa suara. Ia memegangi perutnya perlahan, lalu menatap lantai dengan tatapan kosong. Dalam hatinya ia hanya bisa berbisik, "Bertahanlah… untukmu, nak."

Dengan tubuh yang masih menggigil dan kepala yang terasa berat, Livia memaksakan diri menyiapkan sarapan untuk Mateo. Ia mengambil bahan dari kulkas dan mulai memasak seadanya. Pikirannya kusut, tubuhnya lemah, namun ia tetap berusaha menyelesaikan tugasnya sebagai seorang "istri" meski sebenarnya tak lebih dari seorang pekerja dalam rumah itu.

Beberapa saat kemudian, ia meletakkan sarapan di atas meja makan, mencoba tersenyum tipis walau tubuhnya nyaris roboh karena demam.

Mateo yang sedang membaca koran bisnis, mengalihkan pandangan dan melirik sepintas pada piring di depannya. Alisnya langsung bertaut tajam.

"Apa ini?" suaranya terdengar tajam, dingin.

“S-sarapan, Tuan. Saya sudah siapkan sesuai—”

Mateo langsung berdiri, menyentakkan kursinya ke belakang. “Daging?!” bentaknya, menunjuk menu yang baru saja disajikan. “Apa kau tidak bisa membaca atau memang bodoh dari lahir?! Aku vegetarian, Livia! Bahkan sudah ada catatan dari chef pribadi tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh dimakan!”

Livia terdiam, bibirnya bergetar. “M-maaf, saya lupa… saya sedang tidak enak badan dan—”

Mateo membalikkan piring ke lantai, makanan berhamburan di atas ubin putih.

“Tidak enak badan bukan alasan untuk jadi tolol!” serunya. “Kau bahkan tidak bisa melakukan satu hal sederhana dengan benar. Aku muak melihat kebodohanmu setiap hari!”

Livia menggigit bibirnya, air mata mengalir tanpa bisa dibendung. Tapi ia tetap berdiri, menunduk dalam diam.

Mateo mendekat, tatapannya dingin menusuk. “Kau pikir dengan hamil aku akan memaklumi semua kesalahanmu? Salah besar, Livia. Kehamilanmu bahkan membuatmu makin menjijikkan di mataku.”

Dengan tubuh lemah, Livia membungkuk pelan, mengambil piring yang pecah di lantai, tak mengeluh sedikit pun. Tangannya gemetar, namun ia tetap membereskan semuanya, berusaha tak pingsan di tempat.

Hari itu, penderitaannya belum juga selesai dan mungkin tak akan pernah.

1
kayla
lanjut kak..
Milla
next
Aulia Syafa
kpn thor , ada cahaya untuk livia
Uthie
Kapan itik buruk rupa berubah jadi angsa nya 😄
kayla
sampai kapan penderitaan ini thor..
atau apakah tak akan ada kebahagiaan untuk livia sampai akhir..
sampai ikut lelah/Frown/
Uthie
lanjut...masih sangat seruuu 👍
Lailiyah
luar biass
Lailiyah
ceritanya bagus bgtt...gereget dan sedihny dapet bgtttt thour....ditunggu up nya yee /Hey//Grin/
Uthie
ditunggu kelanjutannya lagiiii 👍🤗
Uthie
Kisah yg menarik untuk disimak 👍👍👍👍👍
Uthie
Tuhhh kann.. Nathan yg berkhianat 🤨
Uthie
Mateo terlalu kejam!!
Uthie
Mateo dibodohi dengan menumbalkan orang-orang tak bersalah dari kalangan bawah seperti Dion dan Livia... kasian nya! 😢
Uthie
berarti Nathan itu yaa yg mengkhianati dan menjebak Mateo?!??? 🤔
Uthie
kasiannya 😢
Uthie
kabur juga percuma dengan kekuasaan yg dimiliki keluarga Matteo 😢
Uthie
kasian nya 😢
Uthie
menarik 👍
Uthie
Coba mampir Thor 👍
Nur Adam
CEO si bloon ..ckck mslh ky gtu aja ga bisa selesaiin..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!