Anak Rahasia Milik Dokter Obsesif

"Huh?"

Rowan yang keluar dari mobilnya nampak terkejut saat mendapati toko bunga Aruna sudah berantakan dan nyari tidak berbentuk, pecahan kaca dimana-mana dan semuanya tampak tidak baik-baik saja. "Nuna, apa terjadi sesuatu dengannya?" gumam Rowan—Rowan berjalan masuk ke dalam toko bunga itu, yang pertama menarik perhatiannya adalah Aiden yang tertidur di sofa.

Rowan berjalan menghampiri Aiden, ia melepas jasnya dan menutupi tubuh Aiden karena angin dari luar toko masuk ke dalam. "Apa yang terjadi sebenarnya, Nuna, kamu ada dimana?"

"Hiks, hufft."

"Nuna?" Mendengar suara tangisan dan rintisan seseorang—Rowan bisa memastikan bahwa itu adalah suara Aruna.

Rowan berjalan menuju arah suara itu yang berasa dari balik meja kasir. Dia mendapati Aruna disana tengah duduk lemas dan menunduk, dengan rambut nyaris menutupi seluruh wajahnya.

"Nuna? Kamu tidak apa-apa?"

"Pergi!" teriak Aruna enggan menatap Rowan. "Biarkan aku sendiri, pergi darisini."

Rowan menghela napas dia berjalan ke arah Aruna dan mengulurkan tangannya hendak menangkap tubuh Aruna, tapi terlanjur di tepis kasar oleh Aruna. "Pergilah Rowan, aku sedang tidak ingin bertemu siapapun."

"Okey, aku akan pergi, tapi tenangkanlah dirimu Aruna, bagaimana bisa aku pergi jika kondisimu begini, kasian Aiden."

Aruna mengangkat kepala, air mata membasahi seluruh wajahnya. "Apa pedulimu, kau laki-laki sialan! Kau sama saja dengan mereka semua, sama saja dengan keluarga-keluarga kaya yang lebih mengutamakan laki-laki dan kami wanita hanya dijadikan bahan cendramata."

Rowan menggeleng. "Aku tidak pernah begitu, apa yang kau bicarakan?"

"Kau berpura-pura bodoh, kau sama saja! Kau menikahiku dulu hanya demi bisnis, setelah menceraikanku dan aku harus berlari lagi dibayang-bayang keluarga untuk dinikahkan dengan laki-laki lain lagi, saat kau meninggalkanku, apakah kau sepeduli itu untuk bertanya, dan setelah semua terjadi, kenapa kau datang untuk melebarkan tangan menerimaku, pergi saja kau dengan wanita lain yang akan menjadi istrimu!"

Rowan mengangkat alis mendengar semua kalimat itu, dia mengatur napas sejenak, dan bersimpuh di depan Aruna. "Nuna, aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu, tapi jika kau bertanya padaku, apa yang aku lakukan setelah kita berpisah, aku menyesali setiap menit yang terjadi, pernikahan paksa yang bahkan ternyata melukai hatimu."

Aruna memalingkan wajahnya. "Apa pedulimu Tuan Muda, bahkan jika ribuan wanita dijual kepadamu kau akan menerimanya lalu menceraikannya, seperti yang terjadi padaku."

"Nuna—"

"Kenapa!?"

"Nuna, tenanglah!"

"KENAPA ROWAN! KENAPA SEMUA INI TERJADI KEPADAKU ROWAN! KENAPA AKU HIDUP HANYA UNTUK DIJADIKAN BAHAN CENDRAMATA YANG DIJUAL KEPADA KELUARGA KAYA LAIN! DALAM HIDUPKU AKU TIDAK PERNAH PUNYA PILIHAN!" teriak Rowan mengacak-acak rambutnya.

Rowan bergegas menenangkan Rowan dan memegang pundaknya. "LEPASKAN AKU!" teriak Aruna.

"WANITA BAGI KALIAN HANYALAH OBJEK KEPUASAN UNTUK MENCIPTAKAN KONDISI DIMANA KALIAN BISA MEMANFAATKAN KEADAAN! KENAPA AKU TIDAK BISA HIDUP NORMAL SEDIKIT SAJA ROWAN! KENAPA!"

"Nuna, jangan berteriak, nanti Aiden terbangun."

"AKU HANYA INGIN HIDUP TENANG! AKU HANYA INGIN HIDUP—" Belum selesai kalimat Aruna, Rowan langsung menarik Aruna ke pelukannya dan membenamkan wajah itu di dadanya.

Rowan memangkukan dagunya di pundak Aruna dan mengusap punggung wanita itu lembut. "Berhentilah menangis Aruna, aku sakit hati yang melihat air matamu."

"Kenapa dunia tidak adil, Tuan Muda?"

"Karena keadilan itu harus kita yang cari!" Rowan mengambil surat yang dibaca Aruna tadi dan mengetahui apa yang terjadi, dia meremas surat itu dengan emosi yang menyala. "Keadilan itu harus kita yang menyadari, Nuna."

— <3 —

...Btw Aruna ini punya penyakit emosional terkait dirinya sendiri, jadi karena dia selalu hidup tanpa pilihan dan hidup dibawah bayang-bayang patriarki ayahnya, setiap dia menerima semua beban dia akan meledak-ledak, dan selama ini dia pendam sendiri, jadi jangan heran yah kalau Aruna itu emosional dan gabisa kontrol diri, dia punya sindrom dimana dia merasa takut akan banyak hal tapi di satu sisi dia ingin berdiri diatas kaki sendiri....