Cewek imut dan manis ketika dia sedang manja, dan berubah 180 derajat menjadi dingin dan menakutkan ketika dia sedang dalam mode gila ....
Dia adalah Avril, gadis yang susah ditebak isi hatinya dan gampang berubah haluan, melakukan sesuatu seenak jidat dan suka merepotkan orang-orang disekitarnya..
Bahkan ketika sudah menikah pun d
tidak jauh beda.. Yaa dia menikah dengan laki-laki yang sederhana bernama Asep..
Ehh bukan Asep namanya..😅
Laki-laki itu bernama Keinan
Enaknya dipanggil Ken apa Kei ya??
Ken dan Avril menjalani kehidupan rumah tangga dengan banyak rintangan.. mampukah mereka melabuhkan kapalnya dengan baik sampai tujuan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qyurezz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cinta pandangan pertama
Dokter Hanan mengernyitkan keningnya, bingung lagi harus mengatakan apa. Akhirnya dia mencoba mencari kata yang tepat untuk Avril, kata yang kira-kira bisa menenangkan Avril.
"Yaa.. benar, benar nona sakit, nona harus banyak istirahat ya" ucap dokter dengan tersenyum, namun batinnya perih. Baru kali ini ada yang meragukan diagnosa ku. Batinnya
Ia membantu Avril berbaring di ranjang, terlihat senyum Avril yang mencurigakan seolah meledek dokter Hanan.
Sementara Li menahan tawanya di dalam hati.
Ya Tuhan nona, tolong hentikan.. jelas-jelas kau baik-baik saja, kenapa meragukan pemeriksaan dokter?, apa sebenarnya rencana mu ?. Batin Li.
Berbeda dengan Kei, ia sedikit panik ketika Avril mengatakan benar-benar sakit.
"Mmm nona, maafkan saya, apa yang harus saya lakukan agar nona merasa baikan? Dengan pijatan mungkin?" Tanya Kei berinisiatif.
"Memangnya kau mau apa? Nona sudah ditangani oleh ahlinya! Dokter bilang dia hanya perlu istirahat kan" Li menimpali nampak tak terima dengan usulan Kei.
Kenapa orang ini bawaannya tidak enak sekali, bahkan saat pertama kali bertemu di kedai, aku yakin lelaki ini orang aneh itu cih. Batin Kei
"Sekretaris Li..!" Avril kesal "santailah, siapa tau dia bisa membantu"
"Maaf nona, saya hanya ingin memastikan anda tidak disentuh oleh sembarang orang"
"Jangan berlebihan Li" Avril cemberut
"Apa kamu bisa memijat?" Liriknya pada Kei.
Kei mengangguk "sedikit nona, saya menguasai sedikit teknik memijat dari kakek saya"
"Kalau begitu, lakukanlah "
"Baik" Kei mulai menyentuh kaki Avril, dengan sedikit gemetar ia memijat mencoba mencari titik syaraf yang bermasalah yang membuat Avril sakit.
Sementara itu, Dokter Hanan tak menyangka Avril bersedia disentuh oleh Kei, pasalnya Avril merupakan seorang yang sangat pemilih dalam hal apapun. Dalam artian tidak sembarang orang boleh menyentuhnya.
Sepertinya nona benar-benar sedang jatuh cinta. Pikirnya
Lain lagi dengan perasaan Avril, pipinya merona ketika tangan Kei menyentuh kakinya,terasa dingin tapi lembut, Kei benar-benar lihai saat memijat. Avril sampai menarik selimutnya menutupi kedua pipinya yang merona, sedangkan jantungnya berdegup kencang sekali.
"Dokter.. apa aku akan mati?" Avril merasa gelisah karena ia tidak bisa mengendalikan jantungnya
Segera Kei menghentikan pijatannya. Mereka yang mendengar Avril berkata demikian terlihat terkejut dengan ucapan Avril.
"Dokter, kenapa jantungku berdetak kencang sekali? Apa aku akan mati?" Tanya Avril dengan polosnya.
Li terlihat geram dan meraih kerah baju Kei "Pijatan apa yang kau lakukan pada nona?!" Marah.
Kei menggeleng dan ketakutan.
Dokter yang paham situasinya, terlihat santai.
"Tenanglah Li" dokter menarik lengan Li agar melepaskan cengkramannya. Li melepas cengkramannya dengan kasar.
"Tenang, biar saya periksa nona" dokter meraih tangan Avril memeriksa denyut nadinya. pura-pura terkejut dan serius.
Dokter menghembuskan nafas. "Li, saya harus bicara empat mata denganmu" Dokter menarik tangan Li agar mengikutinya. "Lanjutkan pijatannya anak muda, nona akan sangat baik-baik saja" ucap dokter pada Kei disertai senyuman dibibirnya.
Avril masih penasaran, sebenarnya apa yang Tengah terjadi padanya. Ia hanya melihat punggung Li dan dokter yang keluar ruangan.
Li nampak kesal karena ditarik oleh dokter, wajahnya selalu tidak bersahabat walau dengan siapapun.
"Lepas bodoh!" Li menghempaskan tangan dokter.
"Maaf Li, jangan marah, kau ini dingin sekali. Saya cuma mau bicara sebentar" mereka masih di lorong rumah sakit, dokter hendak mengajaknya ke ruangannya.
"Kau gila ya!, membiarkan nona Avril sendirian!"
"Hadehh... Li, nona bersama anak muda tadi, dia akan baik-baik saja"
"Baik-baik saja palamu!"
"Sudahlah, kalau berdebat terus malah buang-buang waktu. Ayo ikut saya sebentar" Dokter melanjutkan langkahnya, terpaksa Li juga menurut mengikutinya.
Keadaan menjadi canggung saat di ruangan itu hanya ada Kei dan Avril. Sesekali mereka bertemu pandang dan saling tersipu malu.
Jujur Kei merasa terpesona pada kecantikan Avril untuk yang pertama kali, belum pernah ia bertemu dengan wanita yang sesempurna Avril. Namun terselip rasa minder, ia tau diri, karena merasa dirinya tidak sebanding dengan Avril. Avril adalah nona, orang-orang terlihat menghormatinya. Sedangkan dia adalah rakyat biasa yang mudah dilupakan.
"Nona, dokter bilang harus dilanjutkan pijatannya, apa nona tidak keberatan?" Tanya Kei mengusir kecanggungan.
Avril mengangguk mau-mau saja.
Dengan begitu Kei mulai kembali pijatannya pada kaki sebelah kiri Avril.
Baru dua menit memijat Avril meminta
sudahi saja.
"Hentikan,Apa tanganmu tidak pegal?" Avril menarik kakinya.
"Tidak nona, sama sekali tidak, apa nona tidak nyaman?" Tangan Kei masih menggantung di dekat kaki Avril.
"Aku sudah merasa baikan." Avril duduk menyandarkan tubuhnya di ranjang.
"Ohh syukurlah"
"Sini aku mau bicara" Avril menjentikkan jarinya meminta Kei mendekat.
Kei menghampiri,menarik kursi dan duduk di sebelah Avril.
"Kita belum kenalan kan?" Tanya Avril.
Kei mengangguk dan tersenyum.
Hei kau mau menggodaku ya!senyum manis begitu. Batin Avril, pasalnya senyuman Kei bikin candu, Avril sampai menelan salivanya sendiri.
"Siapa namamu?" Padahal Avril sudah tau.
"Saya Keiden nona, panggil saja Kei.."
Avril mengangguk, bahkan Avril sudah tau tentang keluarga dan kehidupan Kei.
"Nona sendiri siapa namanya?"
"Kamu bisa cari tau saya di internet, nama saya Avril"
"Ohh.. nona seorang artis?"
"Bukan" Avril menggeleng.
Bukan artis? Siapa donk?. Batin Kei penasaran. Avril, Avril? Siapa ya. Ia mengerutkan dahinya.
Avril tersenyum ditengah kebingungan Kei, matanya tak lepas dari memandang Kei.
"Kei.."
"Iya nona?"
"Maaf kalau saya lancang ya"
"Kenapa nona?"
"Boleh saya menyentuh pipi kamu?"
Meremas jemarinya, takut Kei menolak. Kei terkejut.
"Bo..boleh" ucapnya ragu.
Dengan pelan Avril mengangkat tangannya dan mengusap pipi Kei lembut.
Degg
Jantung Kei berdetak kencang kembali.
"Kamu hampir mirip kakak laki-laki ku Kei, aku sangat merindukannya" Avril tersenyum walau sebenarnya hatinya sedih.
"Nona "
"Panggil saja aku Avril Kei, kalau sedang tidak ada Li "
"Tapi non"
"Panggil aku Avril Kei!!" Mencubit pipi Kei.
"Aahh.." yang punya kesakitan.
"Panggil aku apa?" Tanya Avril dengan nada sedikit ditekankan.
"Avril, Avril... Ya Avril"
Avril mengusap kembali pipi Kei dengan lembut.
Avril tolong hentikan, ya Tuhan sentuhannya membuat jantungku berdebar terus.
Sementara di ruangan pribadi dokter Hanan. Mereka berdua tengah berdebat, dokter duduk di kursi kerjanya sementara Li hanya berdiri dengan raut wajah datar, tangannya dilipat di dada.
"Li, sudah ku bilang nona sedang jatuh cinta, apa kau tak lihat? Anak muda tadi yang membuat nona Avril seperti itu"
"Tidak mungkin dok, mereka baru pertama kali bertemu mana mungkin nona langsung jatuh cinta"
"Itu namanya cinta pada pandangan pertama Li"
"Cihhh.." Li meremehkan, merasa geli mendengarnya.
"Ckck..kau ini!"
"Nona hanya sedang main-main saja dok, dia tidak bisa menahan diri kalau melihat laki-laki tampan sedikit, dia pasti langsung menggoda, setelah bosan ya ditinggal dan bersikap dingin"
"Tapi pasti ada yang berbeda kan? Biasanya nona tidak mau disentuh sekalipun itu lelaki yang tampan. Aku tau Li! Bahkan nona menghajar orang yang berani menyentuh rambutnya, aku melihat di internet sebelum akhirnya berita itu tiba-tiba hilang. Benar kan?"
Li mengangguk sekali. Tentu saja berita itu hilang, ada campur tangan Li.
"Ada yang mau disampaikan lagi dokter? Jadi bagaimana sebenarnya keadaan Avril?"
"Sudah kubilang dia baik-baik saja, dia hanya sedang jatuh cinta!"
"Sudah diam "
"Percaya padaku Li "
"Jika tidak ada yang mau disampaikan lagi, saya permisi dokter" Li merunduk hormat dan beranjak dari sana.
"Hei Li, aku belum selesai " nada sedikit teriak "bagaimana kabarmu degan mantan istrimu? Apa sudah baikan? Bagaimana kabar anakmu?" Pertanyaan bertubi.
"Urus saja urusanmu dokter " Li menutup pintu dengan keras.
"Haha.. dia selalu bersikap dingin"
kayaknya avriel lg jatuh cinta pemuda di kedai itu sll membuat avriel semangat skl mendekatinya...