Karena kejadian di malam itu, Malika Zahra terpaksa harus menikah dengan pria yang tidak dicintainya.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan bocah bau kencur!" gerutu seorang pria.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan pak tua!" Lika membalas gerutuan pria itu. "Sudah tua, duda, bau tanah, hidup lagi!"
"Malik! mulutmu itu!"
"Namaku Lika, bukan Malik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylop, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teman Laknat
David duduk di sebelah wanita yang memegangi kepala. Sepertinya wanita itu mulai pusing, mungkin karena tidak biasa minum.
"Baby," bisik David tepat di telinga wanita itu. Berbisik dengan suara serak dan menggoda.
"Ada apa? Mana Ratna?" tanya Lika melihat sekitar. Ia berusaha menahan rasa pusingnya.
"Dia telah pergi." ucap David yang kini menyentuh pipi mulusnya.
"Apa yang kamu lakukan?" Lika menepis tangan tidak sopan itu. Ia pun bangkit dan memilih akan pulang saja.
"Baby, kamu mau ke mana?" David menahannya. Ia tidak akan membiarkan Lika pergi, karena sudah membayar mahal.
"Lepaskan aku! Aku mau pulang!" Lika mendorong tubuh David dan berjalan dengan sempoyongan. Kepalanya pusing sekali.
"Baby," panggil David yang menarik tangan Lika dan mendorongnya ke sofa.
"Lepaskan aku!" ucap Lika. Pria itu duduk sambil memegangi dirinya. Dan memaksa untuk menghabiskan minuman dalam botol itu.
Lika mencoba menolak, tapi David tetap memaksa hingga minuman itu tumpah mengenai pakaiannya.
David kini tersenyum smirk. Sepertinya sudah cukup berbasa basi. Ia akan memulai malam indah ini.
"Come on, baby!" David menggendong Lika dan membawa masuk ke kamar. Tidak peduli Lika yang menggeliat dan memukulinya.
Tenaga Lika hanya seperti elusan baginya. Ia akan segera menaklukkan wanita itu.
"Lepaskan aku!" ronta Lika. Ia mendorong tubuh yang sudah menindihnya.
Air mata Lika berjatuhan, sepertinya pria itu akan memper kaosnya.
"Tenanglah, baby. Aku akan membayarmu lebih." ucap David. Ia menjilat bibir seolah melihat Lika seperti hidangan yang lezat.
"Ratna! Ratna!" teriak Lika memanggil temannya.
"Untuk apa kamu memanggilnya? Dia sudah pergi setelah menerima uang dariku." ucap David dengan senyuman mengejek.
Lika berlinang air mata mendengarnya. Ratna memang sengaja membawanya kemari demi uang. Ratna sudah menjualnya. Menjual temannya sendiri. Sungguh tega sekali. Memang teman laknat.
"Lepaskan aku! Tolong lepaskan aku!" teriak Lika saat David mulai mencoba menciuminya.
Lika menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri, ia jijik sekali. Ekpresi David seperti akan memakan dirinya.
Lika berusaha mengumpulkan kesadarannya. Minuman itu membuatnya mulai mabuk, pandangan mata mulai buram dan kepala berputar-putar. Jika sampai pingsan, habislah dia di tangan pria mesum itu.
Lika terus menggeliat saat tangan David akan melucuti pakaiannya dan,
"Awww!" David berteriak kesakitan saat kaki Lika menendang aset berharganya. Tendangan cukup kuat itu membuatnya meringkuk dan memegangi asetnya.
"Kau!" maki David pada wanita yang langsung bangkit.
Lika tidak menggubris. Dengan sempoyongan ia berlari keluar unit apartemen tersebut. Ini saatnya melarikan diri, karena pria itu tampak masih kesakitan memegang asetnya.
"Baby, jangan pergi!" David mencoba bangkit dan akan mengejar Lika.
Lika berlari dan terus berlari menyusuri lorong. Ia menuruni tangga dan tidak menaiki lift. Takut kemungkinan David dengan mudah mengejarnya.
Tak,
Tak,
Tak,
Lika menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Ia mendengar David masih memanggil namanya. Pria itu masih mengejarnya.
'Ayah, Bunda... Tolong Lika.' batinnya sedih. Seharusnya ia mendengarkan ucapan ayahnya.
Kini ia berusaha terus berlari dan tidak boleh tertangkap.
Kaki Lika kesakitan menuruni tangga, rasanya sudah tidak sanggup melangkah lagi. Menuruni tangga sampai lantai dasar, kakinya sungguh tidak sanggup.
Jadi Lika memilih berjalan melewati lorong yang kanan dan kiri berjejer pintu. Ia mungkin akan bersembunyi di balik tembok saja, agar tidak ketangkap David. Pasti pria itu kesulitan mencarinya.
"Lika!"
Wanita itu masih mendengar David memanggili namanya. Keringat di kening makin bercucuran. Ia sangat takut sekali.
Mata Lika melihat salah satu pintu terbuka dan ia masuk saja ke dalam.
Kini Lika berada di dapur. Ia bersembunyi di sana. Ruangan ini remang-remang, jadi bisa bersembunyi dengan tenang. Dan saat merasa aman akan segera keluar. Jangan sampai pemilik apartemen ini tahu ada yang menyelusup masuk.
Tek,
Lampu dapur menyala. Lika bersembunyi sambil menutup mulutnya.
Lika melihat seorang pria yang sedang minum. Setelah menenggak segelas air putih, pria itu pergi dari dapur. Tidak lupa mematikan lampu.
Bugh,
Lika bernafas lega. Sepertinya pria itu telah masuk kamar.
Lika kini memegangi kepala yang berputar-putar. Ia ingin segera pulang, tapi takut David masih menunggunya.
Mau menelepon, tasnya entah di mana. Mungkin saja tertinggal di tempat David.
'Bagaimana ini?' batin Lika. Ia menyandar di tembok.
Saat pagi menjelang,
Krek,
Suara pintu terbuka dan,
Seorang wanita paruh baya terbelalak matanya melihat apa yang dilihat di dalam kamar tersebut.
"Evan!!!"
.
.
.
gmn hayo Lika, jadi gak minjem uang ke Evan untuk transfer Boni? 😁
Van, tolong selidiki tuh Boni, kalau ada bukti yg akurat kan Lika biar sadar tuh Boni hanya memanfaatkan dan membodohi nya doang
makanya jangan perang dunia trs, romantis dikit kek sebagai pasutri 😁