Masa remaja, masa yang penuh akan rasa penasaran, rasa ingin mencoba dan juga rasa yang sulit dimengerti bernama Cinta.
Ini adalah kisah Cinta enam orang remaja SMA, dengan segala problematika mereka yang beragam rasanya.
Pahit, asam dan manis seperti rasa Jeruk, Blueberry dan juga Cherry.
Yuk ikuti keseruan cerita mereka di sini. 🐢
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Writle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mau Coba?
...🍒🫐🍒🫐...
Terhitung sudah lima hari Ara menjalani kehidupannya sebagai siswa SMA, dia sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan, dan ia juga mulai berkenalan dengan banyak teman.
Namun teman-teman terdekatnya tetaplah, Yuri dan Ari karena memang ia kenal mereka lebih dulu, oh iya dan juga Irsyam, mungkin? Jika ia mau.
Hari ini hari sabtu, jadwal olahraga yang pertama untuk kelas Ara, Ini jam terakhir, pukul 2 siang, sekarang para murid sedang melakukan peregangan di lapangan.
Setelah peregangan selesai, sang Guru olahraga pun menghampiri.
“Selamat siang anak-anak.”
“Selamat siang Bu.”
“Bagus, kalian terdengar masih semangat, kalian sudah kenal nama ibu kan?”
“Sudah, bu Riska.”
“Benar. Karena sudah kenal tidak perlu berkenalan lagi ya. Materi kita saat ini adalah ketahanan fisik, ibu mau kalian melakukan sit up, sprint jarak pendek dan push up, untuk mengukur kemampuan fisik kalian.” Kata bu Riska,
Beliau kemudian menatap anak muridnya itu satu persatu seolah mempertimbangkan sesuatu.
“Kebetulan kalian berbaris tiga saf begini, saf pertama silahkan melakukan sit up, yang kedua sprint, yang ketiga push up lalu nanti switch, mengerti?”
“Mengerti Bu.” Jawab anak kelas X MIPA 2 serentak.
“Dan untuk sebagai pencatat recordnya kalian berpasangan berdua-berdua dengan orang di sebelah kalian, dimulai dari barisan kiri.”
Bu Riska sedikit melihat jam di tangan kanannya lalu berucap lagi.
“Ibu akan kembali kesini lagi setelah 30 menit, ibu ada urusan sebentar.”
“Baik bu.”
Ari selaku ketua kelas yang telah terpilih segera maju ke depan barisan.
“Kalian denger sendiri kan gimana intruksinya, buat sit up dihitung berapa kali melakukan dalam 3 menit, untuk sprint dihitung kecepatan sampai di garis finish, untuk push up dihitung seperti sit up tapi waktunya 5 menit” Katanya menjelaskan.
“Sekarang kalian bisa mulai dengan orang di sebelah kalian, jangan ada yang protes, tadi bu Riska juga udah lihat posisi barisannya.”
Namun sial bagi Ara karena di sebelah kirinya adalah, Irsyam Andhanu Rifqi! Ara masih sedikit yakin kalau lelaki ini adalah si pencuri first kissnya.
“Mohon bantuannya ya Kayu.” Kata Irsyam.
Bisa-bisanya dia setenang itu sedangkan perasaan Ara sudah tidak menentu. Kalau kalian tanya di mana Yuri, dan kenapa Yuri tidak berpasangan dengan Ara? Jawabannya karena Yuri berbaris di belakang Ara, lebih tepatnya di samping Ari yang tadi berbaris di belakang Irsyam, karena Irsyam dan Ara lebih tinggi, jadi mereka gunakan untuk berlindung dari matahari.
Yuri menepuk bahu Ara dari belakang, Ara pun berbalik menghadap temannya itu
“Yuki chan, kita nggak bareng-bareng lagi.” Ucapnya dengan nada yang dibuat sedih.
“Kamu sama Ari, dia baik kok.” Jawab Ara meyakinkan gadis itu.
“Baik apaan? Si Kpopers tengil.” Balas Yuri ketus.
“Emang kenapa kalau kpopers? Daripada wibu!” Sambung Ari yang ternyata sudah kembali ke barisan.
“Dih, plastik.”
“Etdah bau bawang.”
Ara geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua temannya yang berbeda sekte itu.
“Kamu yakin mereka nggak bakalan berantem?” Karena Khawatir, tanpa sadar Ara bertanya pada Irsyam yang ternyata sudah ikut berbalik mendengar obrolan Yuri dan Ara.
Tanpa diduga lelaki itu menjawab, “Nggak bakalan, gue yakin Ari bisa profesional.”
“Oke deh.” Jawab Ara akhirnya, sedikit setuju dengan pernyataan Irsyam kali ini.
...🍒🍒🍒...
Setiap siswa mulai melakukan kegiatannya sesuai saf mereka begitu pula dengan Irsyam dan Ara.
“Siapa dulu?” Tanya Ara pada partnernya
“Ladies first.” Ucap Irsyam kemudian
“Okay.”
Ara mulai berbaring di matras yang sudah disediakan, dan Irsyam memegangi (memeluk) Kaki Ara dengan tangan kanannya dan memegang stopwatch di tangan kirinya.
“Mulai!” Katanya sambil menekan stopwatch itu, waktu 3 menit pun mulai berjalan.
Ara segera melakukan bagiannya, namun sialnya tiap kali ia bangun wajahnya harus berdekatan dengan Irsyam, entah anak laki-laki itu sengaja atau memang tidak sadar dengan posisi mereka.
“Dua puluh dua.”
“Kamu bisa jauhin muka kamu sedikit nggak sih?” Pinta Ara
“Dua puluh tiga.”
Namun ucapannya tidak digubris sama sekali
“Enam puluh sembilan.”
*Click!
Stopwatch itu berbunyi tanda waktu 3 menit telah usai.
Ara masih dalam posisi terduduknya, terlalu lelah untuk menyadari Irsyam masih di hadapannya dan masih memeluk kakinya.
“Nggak bisa, kalau kejauhan nanti megangnya susah.” Kata Irsyam tiba-tiba.
Ara yang tersadar dari lelahnya mengangkat wajahnya berhadapan langsung dengan Irsyam.
*Deg!
Jantungnya seakan tercekat, lelaki itu tersenyum tipis tanpa dosa, melepaskan tangannya yang memeluk kaki Ara.
“Pinjem dulu kakinya jangan dulu dilurusin.”
Kemudian Irsyam menggunakan kaki Ara untuk tumpuan menulis catatan sit up yang baru Ara lakukan.
“Sudah selesai, ayo gantian, atau mau istirahat dulu?” Tanya Irsyam
“Bentar deh aku lurusin kaki dulu semenit.”
“Okayy.”
Semenit telah berlalu kini giliran Ara yang harus memegangi kaki Irsyam dan menghitung sit upnya.
“Siap? mulai!” ucap Ara sambil menekan stopwatch di tangannya
Irsyam mulai melakukan gerakan yang sama dengan Ara, hanya dua kali lebih cepat saja, Ara menghitungnya dalam hati sambil sibuk mengalihkan pandangan agar tidak bertatapan langsung dengan orang di depannya, karena Ara lebih pendek dengan Irsyam, saat di posisi duduk matanya sejajar dengan bibir lelaki itu, dan Ara tidak mau melihat bibir itu.
“Berapa?” Tanya Irsyam disela kegiatannya, karena melihat Ara yang diam saja
“Seratus tiga puluh.” Ucap Ara
Gerakan Irsyam serta merta melambat setelah itu, entah sengaja ingin menjahili Ara atau karena sudah kehabisan tenaga.
“Kenapa nggak mau lihat ke depan?” Tanya Irsyam lagi sambil melanjutkan sit upnya.
“Seratus tiga puluh empat.” Elak Ara
“Kenapa lo ngehindarin tatapan gue?”
“Seratus tiga puluh lima.”
“Kenapa suara lo gemeter?”
“Seratus tiga puluh enam.”
“Lo cantik juga kalau dilihat-lihat.”
“Seratus tiga puluh tujuh.”
“Lucu deh pipi lo merah, bulet kayak mochi.”
“Seratus tiga puluh delapan.”
“Bibir lo juga manis, kayak cherry.”
“STOP.” Teriak Ara lantang sambil terdengar bunyi *Click! dari stopwatch di genggamannya.
“Seratus tiga puluh sembilan kali dalam tiga menit.” Kata Ara, mengabaikan debaran di hatinya dan pertanyaan-pertanyaan di benaknya.
“Okay thank’s.” Kata Irsyam yang kemudian bangkit dari posisinya sambil tersenyum kecil.
Mereka kemudian berganti kegiatan untuk lari sprint, Ara berlari secepat yang ia bisa meski tidak lebih cepat dari debaran jantungnya yang tidak bisa ia netralisir sedari tadi.
Sampai giliran Irsyam yang tentu saja berlari lebih cepat darinya meski lintasannya dua kali lipat dari yang Ara lalui.
Selanjutnya mereka melakukan push up, lelaki itu senantiasa menertawakan betapa lemahnya kekuatan tangan Ara karena jumlah push upnya. Namun Ara terima karena saat giliran Irsyam melakukan push upnya, jumlahnya sangat banyak sampai di atas rata-rata jumlah milik semua siswa lain di kelas
30 menit telah berlalu dan kelas Ara telah menyelesaikan semua test hari ini. Kemudian di tengah-tengah mereka yang sedang beristirahat di pinggir lapangan, ada seseorang dari kelas sebelah mendekat, ia dengan malu-malu memanggil Ari.
Ari dengan segera berdiri pergi menghampiri, gadis itu berbisik ke telinga ari, ia mengangguk malu-malu, tersenyum, lalu kemudian pergi.
“Tidak jelas.” Celetuk Yuri yang duduk di sebelah Ara
“Apanya?” jawab Ara bingung, tidak mengerti apa maksud temannya satu itu
“Sono Onnanoko (anak perempuan itu) tidak jelas.” Katanya lagi, lalu meminum air di tumbler Jujutsu Kaisen kesayangannya.
Ara mengikuti arah pandang Yuri ternyata ia sedang melihat Ari dan gadis yang telah pergi tadi, Ara tersenyum jahil. “Yakimochi?” (Cemburu ya) tanya Ara menggoda.
“IIEE.” (TIDAK) bantah Yuri cepat, setengah berteriak, wajahnya memerah entah karena malu atau marah.
“Hahaha biasa aja dong.” Ara hanya terkekeh kecil.
Ari yang sedari tadi diperhatikan kembali menghampiri teman-teman sekelasnya.
“Bu Riska nggak sempet balik lagi ke sini, kumpulin catatannya di gue sini, habis itu boleh pulang, tapi tunggu sampai bel dan gerbang dibuka, jangan sampai ada yang kabur.” Jelas Ari tegas.
...🍒🍒🍒...
Mereka kembali ke kelas, Yuri memilih pergi ke lokernya dulu untuk mengambil buku komik dan ponselnya, sedangkan yang lain ada yang pergi berganti baju atau ke kantin, di kelas itu hanya ada Ara sendiri, tanpa diduga Irsyam masuk kemudian, dan duduk di bangkunya, di belakang Ara.
Ara membawa kursinya menghadap pria itu
“Kamu.” Katanya, memberanikan diri mengajak Irsyam bicara.
“Apa?” balas Irsyam dengan ekspresi tenang di wajahnya.
“Kamu bilang bibirku manis rasa cherry, emang udah pernah coba?” Entah dapat keberanian dari mana, Ara berhasil menanyakan pertanyaan yang sedari tadi hinggap di kepalanya.
Irsyam terdiam, tidak menyangka akan mendapat pertanyaan demikian.
“Kapan gue bilang gitu?” Kata Irsyam masih dengan wajah datarnya.
“Tadi pas sit up.” Jawab Ara dengan cepat.
“Oh, gue ngira-ngira aja sih.”
Ara kehabisan kata-kata, dari sekian banyak buah berwarna merah kenapa harus buah kesukaan Ara yang disebut si Pria.
“Kenapa? Emang bener rasa Cherry ya?” Tanya Irsyam sambil memperhatikan bibir Ara.
Ara yang ditatap seperti itu sontak menutupi bibirnya.
“Mesum! Syamsyi Mesum!” Kata Ara lalu kembali membalik bangkunya, dan duduk membelakangi Irsyam.
“Lo duluan yang ngomongin ciuman.” Celetuk Irsyam
“Tapi kamu pernah nggak sih ciuman waktu kecil?” Tanya Ara lagi tiba-tiba
“Nggak.” Jawab Irsyam
“Oh gitu.” Balas Ara pelan
‘Mungkin memang bukan dia orangnya.’ Sudut hati Ara berbicara.
“Lo pernah ciuman?” Irsyam balik bertanya.
“Be-Belum lah!” Jawab Ara bohong.
Tiba-tiba Irsyam bangkit dari bangkunya, ia duduk di sebelah Ara.
Ara menatap teman sekelasnya itu dengan sangsi. “Ngapain kesini?!” Tanya Ara galak
Lalu tangan Irsyam terulur, menyelipkan helaian rambut Ara yang terlepas dari ikatannya ke belakang telinga si anak perempuan.
“Mau coba?” Tanya Irsyam lembut
Ara gugup, “Coba apa?” jawabnya bingung
“Coba ciuman.”
Ara mematung sedangkan Irsyam menatap bibir Ara, tangan Irsyam menangkup pipi gadis itu yang sedikit kemerahan, Ibu jarinya mengelus bibir bawah Ara dengan perlahan, Ara hendak memberontak namun tubuhnya seakan tak mau bergerak.
Irsyam semakin mendekatkan kepalanya, hangat napas berbau dark chocolate bercampur mint kembali Ara rasa, dengan cepat Ara mulai memejamkan mata.
...♡🍊🫐🍒♡...