NovelToon NovelToon
Cinta Yang Terlambat

Cinta Yang Terlambat

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Fantasi Wanita
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: carat18

Sinopsis Singkat "Cinta yang Terlambat"

Maya, seorang wanita karier dari masa depan, terbangun di tubuh Riani, seorang wanita yang dijodohkan dengan Dimas, pria dingin dari tahun 1970-an. Dengan pengetahuan modern yang dimilikinya, Maya berusaha mengubah hidupnya dan memperbaiki pernikahan yang penuh tekanan ini. Sementara itu, Dimas yang awalnya menolak perubahan, perlahan mulai tertarik pada keberanian dan kecerdasan Maya. Namun, mereka harus menghadapi konflik keluarga dan perbedaan budaya yang menguji hubungan mereka. Dalam perjalanan ini, Maya harus memilih antara kembali ke dunianya atau membangun masa depan bersama Dimas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon carat18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 – Awal Mimpi Baru

selamat membaca guys ❤️ 🐸 ❤️ ❤️ ❤️

******

Pagi masih gelap ketika Riani terbangun. Di luar, suara jangkrik masih bersahutan, dan udara desa yang dingin menusuk kulit nya. Ia merapatkan selimut tipis di tubuh nya sejenak sebelum bangkit dari tempat tidur.

Dimas masih tertidur di tikar di lantai. Napas nya teratur, wajah nya tampak lebih tenang saat tidur. Riani mengamati pria itu sebentar sebelum akhir nya ia bangkit dengan hati-hati agar tidak membangunkan nya.

Ia mengingat kembali pemikiran nya semalam. Aku harus melakukan sesuatu untuk mandiri. Aku tidak bisa terus bergantung pada orang lain.

Ia menarik napas panjang dan melangkah keluar dari kamar menuju dapur. Di dapur, Bu Lastri sudah lebih dulu terbangun, sibuk menyiapkan sarapan. Aroma bawang putih yang di tumis menyeruak di udara.

"Kau bangun pagi sekali," kata Bu Lastri tanpa menoleh.

Riani tersenyum kecil. "Aku ingin mencoba sesuatu, Bu."

Bu Lastri menoleh, menatap nya dengan alis sedikit terangkat. "Mencoba apa?"

"Aku ingin membuat roti kukus," jawab Riani dengan semangat.

Bu Lastri memandang nya dengan tatapan penuh tanya. "Roti? Kau bisa membuat roti?"

Riani mengangguk. "Di tempat asalku… aku pernah belajar membuat kue dan roti. Aku ingin mencoba membuat sesuatu yang bisa di jual di pasar."

Bu Lastri tidak langsung menanggapi. Wanita itu hanya mengamati Riani beberapa saat sebelum akhir nya mengangguk pelan.

 "Kalau begitu, coba saja. Tapi ingat, di desa ini orang-orang lebih suka makanan yang sudah biasa mereka kenal. Jangan berharap mereka langsung menerima sesuatu yang baru."

Riani memahami maksud mertua nya. Tidak mudah mengenalkan sesuatu yang berbeda di lingkungan yang sudah memiliki kebiasaan sendiri. Namun, ia tetap ingin mencoba.

 

Setelah mengumpul kan bahan-bahan yang tersedia di dapur, Riani mulai membuat adonan. Tidak ada tepung terigu, mentega, atau susu seperti yang biasa ia pakai di masa lalu, jadi ia harus menyesuaikan diri dengan bahan-bahan lokal—tepung gaplek, kelapa parut, dan gula merah.

Ia mencampurkan bahan-bahan itu dengan hati-hati, mencoba mengingat resep yang pernah ia pelajari. Ragi alami dari singkong yang difermentasi ia gunakan sebagai pengembang. Ia tahu ini bukan resep roti biasa, tapi ia harus bekerja dengan apa yang ada.

Setelah adonan siap, ia membentuk nya menjadi bulatan-bulatan kecil, dan membungkus nya dengan daun pisang, lalu memasuk kan nya ke dalam kukusan.

Saat menunggu roti matang, jantung nya berdebar kencang. Apakah ini akan berhasil?

Setelah hampir satu jam, ia membuka tutup kukusan dengan hati-hati. Uap panas langsung menyembur keluar, membawa aroma manis yang menggoda. Ia menelan ludah, mata nya berbinar saat melihat roti kukus buatan nya sudah mengembang dengan sempurna.

Ia mengambil satu dan meniup nya perlahan sebelum mencicipi. Tekstur nya lembut dan sedikit kenyal, dengan rasa manis alami dari gula merah dan kelapa.

Aku berhasil!

Tapi, apakah orang lain akan menyukai rasanya?

 

Saat Riani sedang berpikir, tiba-tiba seseorang masuk ke dapur. Dimas.

"Apa yang kau lakukan sepagi ini?" tanya nya dengan nada heran.

Riani tersenyum kecil, lalu menyodorkan sepotong roti kukus. "Coba ini."

Dimas menatap nya curiga sebelum akhir nya mengambil roti itu dan menggigit nya. Ia mengunyah pelan, ekspresi nya tetap datar. Riani menunggu dengan cemas.

"Bagaimana?" tanya nya tidak sabar.

Dimas menghela napas, lalu mengangguk kecil. "Lumayan."

Hanya satu kata. Tapi bagi Riani, itu lebih dari cukup.

"Kau mau menjual ini?" tanya Dimas.

Riani mengangguk antusias. "Aku ingin mencoba. Kalau roti ini laku, aku bisa membuat lebih banyak."

Dimas tidak langsung menjawab. Ia menatap Riani lama, seakan sedang menimbang-nimbang sesuatu. Lalu, tanpa berkata apa-apa, ia berjalan ke luar dapur.

Riani menghela napas, lalu tersenyum kecil. Setidak nya, ia sudah mengambil langkah pertama.

Aku akan menjual roti ini di pasar. Aku akan membuktikan bahwa aku bisa bertahan di sini.

 

Beberapa jam kemudian, Riani berjalan menuju pasar desa dengan keranjang berisi roti kukus buatan nya. Jantung nya berdebar kencang. Ia tahu tidak mudah menjual sesuatu di tempat yang sudah punya banyak pedagang.

Pasar desa masih ramai meskipun matahari mulai naik. Suara para pedagang yang menawarkan dagangan mereka bercampur dengan celotehan para pembeli.

Saat ia tiba, seorang ibu-ibu yang sedang berbelanja menatap keranjang nya dengan tertarik.

"Apa itu, Nak?"

Riani tersenyum lebar. "Ini roti kukus. Mau coba?"

Ibu itu mengambil satu, mencicipi, lalu tersenyum. "Manisnya pas. Berapa harga nya?"

Riani menyebutkan harga yang menurut nya wajar. Ibu itu mengangguk dan membeli dua potong.

Riani hampir tidak bisa percaya—ia baru saja menjual roti buatan nya sendiri!

Tak lama, beberapa orang lain ikut tertarik. Mereka penasaran dengan roti yang dibuat oleh menantu keluarga Lastri, yang selama ini di kenal sebagai perempuan yang malas dan manja.

"Kau sendiri yang membuat nya?" tanya seorang pedagang sayur yang sudah lama berdagang di pasar.

"Iya," jawab Riani sambil tersenyum.

Pedagang itu mencicipi dan mengangguk. "Enak. Lain kali bawakan lebih banyak. Mungkin aku bisa membantu menjualkan nya."

Mata Riani berbinar. Ini lebih dari yang aku harapkan!

Hari ini, ia berhasil menjual habis roti yang ia bawa.

Saat berjalan pulang, ia merasa dada nya di penuhi semangat baru.

Ini baru permulaan, tapi ia yakin… ia bisa mengubah hidup nya.

*****

Terima kasih sudah membaca guys ❤️🐸❤️❤️❤️

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!