NovelToon NovelToon
Harapan Baru

Harapan Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Penyelamat
Popularitas:743
Nilai: 5
Nama Author: Big.Flowers99

Seorang gadis muda, reinkarnasi dari seorang Assassin terhebat di masanya terdahulu. Gadis tersebut tidak menyadari bahwa ia adalah reinkarnasi Assassin tersebut.

Ia menjalani hidupnya dengan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan seorang wanita dewasa yang ternyata adalah mentor Assassin itu. Wanita ini sudah hidup beratus-ratus tahun lamanya hanya untuk bertemu dengan gadis ini dan akan melatihnya sampai gadis itu siap menghadapi lawannya sendirian karena perlu diketahui, gadis muda itu adalah reinkarnasi terakhir dari Assassin itu.


Tugasnya adalah mencegah lawannya yang juga bereinkarnasi sampai masa di mana gadis itu hidup. Lawannya berencana menguasai suatu pemerintahan di kotanya dengan cara yang kotor.

Ternyata tugasnya tidak hanya itu saja. Ia juga menanggung nasib dunia.
Nasib dunia berada di tangannya.

Mampukah dia menyelamatkan dunianya? Atau dunianya harus punah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Big.Flowers99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan

Nathalia masih tidak percaya bahwa dirinya yang terpilih sebagai reinkarnasi terakhir dari Assassin hebat itu. Ditambah, ia menanggung sebuah takdir yang besar bahkan menyangkut keselamatan dunia. Nathalia duduk termenung memikirkan hal itu.

Selang beberapa menit kemudian, Nathalia keluar dari perpustakaan itu lalu menutup kembali pintunya. Selama berjalan, ia bertanya-tanya. Apakah Arumi mengetahui hal ini? Mengingat Arumi adalah pemilik rumah itu sebelumnya. Lalu bagaimana dengan robot pembantu yang diketahui sudah hidup sangat lama. Apakah dia juga mengetahuinya?

Pertanyaan itu terus menghantui pikirannya.

Nathalia berhenti sejenak di depan jubah kesembilan Assassin. Kemudian, ia meletakkan kembali pakaian yang terakhir ke tempatnya. Nathalia berpikir ia akan menyebutnya sebagai jubah saja. Alasannya karena jaket tersebut lebih panjang daripada jaket biasa. Jika diukur dengan tubuhnya, panjangnya sampai pahanya. Nathalia juga meletakkan senjata dan perlengkapan lainnya. Setelah itu, ia keluar ruangan.

Nathalia memandangi ruangan latihan. Berbagai banyak model latihan bertarung di sana. Bertarung dengan tangan kosong, menggunakan senjata dan berlatih melempar senjata supaya tepat sasaran.

Sepertinya ini tempatku berlatih. Lalu siapa mentornya?? Seperti apa ciri-cirinya??

Nathalia mencoba menggunakan metode latihan itu. Karena tidak mengerti bagaimana caranya, ia memukul dengan asal-asalan. Alhasil, ia seperti sedang bermain-main di sana. Setelah puas mencoba, Nathalia bergegas ke kamarnya.

Tiba-tiba, ia mendapat sebuah ide cemerlang. Nathalia tidak ingin mengendap-endap lewat pintu depan. Pasti akan ketahuan oleh robot pembantu. Lewat pintu belakang juga tidak memungkinkan karena pintu itu dilengkapi oleh bel. Ketika pintu terbuka, bel akan berbunyi. Nathalia kembali masuk ke dalam ruangan tempat jubah Assassin di simpan. Ia mengambil sesuatu di sana.

Hehe. Dengan alat ini, aku tidak perlu susah payah manjat. Tinggal tembak, otomatis tubuhku akan ke tarik ke sana.

Ya. Nathalia mengambil pistol katrol. Dengan wajah senangnya, ia berlari keluar sambil membawa alat tersebut. Tak lupa, ia menutup semua akses masuk ke ruangan rahasia.

Sampai di bawah kamarnya, Nathalia mencari-cari tiang atau apapun itu untuk mengaitkan katrolnya. Nathalia menemukan tiang tepat berada di atas jendela kamarnya. Nathalia menutup sebelah matanya. Mengukur jarak tembakannya.

Siutt...

"Yes. Percobaan pertama berhasil," kata Nathalia lirih. Ia berhasil mengaitkan ujung katrol tersebut ke tiang. Lalu ia bersiap-siap. Beberapa menit berlalu. Tidak terjadi apa-apa. Nathalia masih berada di bawah sambil memegang pistol katrol itu.

"Aneh sekali. Sepertinya aku melakukan dengan benar," gumamnya. Nathalia kembali mengingat-ingat saat The Ghost menggunakan alat itu.

Ah! Aku tau. Sebelum ketarik ke atas, dia menggerakkan sedikit jarinya. Kemungkinan itu untuk menariknya ke atas. Baiklah. Sekarang dimana itu??

Nathalia mencari-cari tombol atau apapun itu supaya dirinya dapat ke atas.

"Hmm, mana itu ya," gumamnya. Berkali-kali ia mengamati alat itu sampai-sampai membolak-balikkan nya.

"Wah!" Tiba-tiba, Nathalia terangkat ke atas. Karena tidak siap dan baru pertama kali melakukannya, ia tetap bergelantungan di tali itu sampai ujung. Alhasil, ia melewati jendela kamarnya. Terbang sampai ke atas atap rumahnya.

Eh, bagaimana ini?? Aku akan jatuh.

Dengan reflek yang bagus, Nathalia berpegangan pada tiang itu. Di tangannya masih memegang pistol katrol. Nathalia mengamati alat itu. Lalu ia tertawa geli. Baginya, hal itu adalah pengalaman yang seru dan mendebarkan.

Dengan perlahan, ia menggerakkan tangannya menuju jendela kamarnya. Setelah berhasil, ia menyimpan alat itu di tasnya. Ia ingin mencobanya lagi esok hari. Sudah merasa lelah, Nathalia segera tidur.

------

Esok harinya, Nathalia bangun. Lalu ia turun untuk sarapan. Hari ini dia tidak masuk kerja. Arumi melarangnya dengan alasan untuk memulihkan tenaganya lagi. Selesai sarapan, Nathalia duduk di kamarnya.

Bibi sedang apa hari ini?? Coba aku tanya saja.

Nathalia menghubungi bibinya, Anne. Setelah terhubung, ia menanyakan apa yang sedang dilakukannya. Anne mengarahkan kameranya, merekam Nick yang sedang memanen jagung. Nathalia bingung mengapa Nick melakukannya dengan manual. Seharusnya ia dapat menggunakan dengan mesin. Nick beralasan mesin tersebut sedang kesal padanya. Mesinnya tidak bekerja. Namun, Anne menjelaskan bahwa Nick tidak bisa menggunakannya. Mendengar hal itu, Nathalia tertawa geli. Nick mendengar tertawaan Nathalia, berubah wajahnya menjadi cemberut. Nick berdalih wajar saja jika ia tidak dapat menggunakan mesin karena setiap mesin itu berbeda-beda. Nathalia hanya tersenyum geli saja. Mereka saling berbincang selama dua jam lamanya.

Nathalia menceritakan kepada bibinya tentang Arumi. Anne bersyukur, Nathalia mendapat atasan yang baik dan perhatian. Anne mengingatkan untuk membalas kebaikannya suatu saat nanti. Tidak perlu yang mewah dan hebat katanya. Cukup berbuat baik kepadanya itu sudah bagus kata Anne. Nathalia mengangguk setuju. Ia berjanji akan berbuat baik kepada Arumi. Anne sedikit mengetahui bahwa di sana Nathalia dirawat oleh Arumi. Anne merasa lega. Awalnya ia cukup kuatir karena tidak sanak saudara atau keluarga yang tinggal di kota Jalundra. Sekarang, ia tidak perlu mengkuatirkan nya karena sudah ada Arumi.

Selesai berbincang, Nathalia merasa bosan. Ia memutuskan untuk pergi jalan-jalan.

"Mau kemana, Nona??"

"Oh, hmm... Jalan-jalan saja," jawab Nathalia. Pembantu itu mengangguk mengizinkannya.

Nathalia berkeliling di kota Jalundra. Berbagai kendaraan canggih ada di sana. Motor, mobil, pesawat semua dilengkapi dengan fitur yang canggih. Nathalia memandangi langit sejenak. Ia melihat gumpalan awan putih di sana.

Tiba-tiba, gumpalan awan memudar. Nathalia melihat ada sebuah kota melayang di sana. Sepertinya sangat besar dan sangat jauh. Dan juga berpenghuni. Nathalia tidak tahu nama kota apa itu.

Semakin jauh ia berkeliling, Nathalia menemukan suatu kendaraan yang dapat menuju kota melayang itu. Seperti lift namun tidak ada katrol yang menariknya.

"Halo."

Nathalia terpekik terkejut. Ia segera menoleh. Rupanya, Caroline yang menegurnya. Caroline menyunggingkan senyumnya.

"Apa kamu terkejut??" Tanya Caroline.

"Iya. Kamu tidak kuliah??" Tanya Nathalia.

"Tidak." Lalu Caroline mendekatkan wajahnya ke telinga Nathalia. Karena tubuhnya mungil, beberapa Caroline meloncat-loncat supaya sampai ke telinga Nathalia. Nathalia sadar akan hal itu lalu membungkukkan sedikit badannya.

"Aku bolos," bisiknya. Nathalia menatapnya sejenak. Bisa-bisanya orang yang sudah dibiayai untuk kuliah tetapi memilih bolos. Tidak habis pikir, menurut Nathalia.

"Sedang apa di sini?? Gak kerja?? Apa jangan-jangan kamu bolos juga sepertiku??" Tanya Caroline bertubi-tubi.

"Sedang libur saja," kata Nathalia.

"Huh, aneh sekali. Pegawai di kota Jalundra tidak pernah libur. Mereka sudah dipermudah oleh bantuan mesin. Oleh karena itu, mereka dilarang libur. Tetapi kamu tau?? Walaupun tidak pernah libur, jam kerja mereka lebih sedikit daripada mesin-mesin itu. Bayarannya juga lebih tinggi daripada mesin itu," jelas Caroline.

"Memangnya robot itu digaji??" Caroline mengangguk. Nathalia kebingungan. Mengapa robot juga diberi upah? Padahal bukan makhluk hidup.

"Hei, gaji itu untuk perawatan mereka. Apa kamu pikir mereka bekerja terus-menerus tidak perlu perawatan??"

"Ahh, iya. Aku tidak terpikirkan ke sana," kata Nathalia.

"Katanya ingin berkeliling ya?? Mari aku temani," ajak Caroline. Nathalia setuju.

Selama berkeliling, tidak ada pembicaraan berarti bagi Nathalia. Caroline terus bercerita. Suaranya yang cenderung kecil membuat pendengaran Nathalia sedikit terganggu.

"Oh iya. Sudah lihat kota Sky city??" Tanya Caroline. Nathalia menarik nafas lega. Akhirnya ada juga pembicaraan yang penting keluar dari mulutnya.

"Belum. Dimana itu??" Tanya Nathalia. Caroline tidak menjawab, hanya mengarahkan telunjuknya ke depan. Nathalia mengikuti arah telunjuknya.

"Sky city. Kenapa disebut begitu?? Karena kota itu melayang di atas permukaan tanah. Kehidupan di sana kurang lebih sama seperti ini. Beberapa teknologi canggih dan mutakhir ada di sana. Perbedaannya, penduduk yang berasal dari kota kecil tidak diperbolehkan ke sana walaupun mereka mempunyai aksesnya. Kota itu seperti Bogsan, Duncan Hill, Stubborn Village dan Dust Forest. Penduduk sana tidak boleh ke kota itu. Jika ketahuan maka mereka akan dianggap sebagai penyusup lalu dihukum dan dikembalikan ke asalnya," jelas Caroline.

"Ah, ok ok. Sekarang mana kota itu??" Tanya Nathalia tanpa menoleh kepada Caroline.

"Dibilang di sana," kata Caroline.

"Ohh! Kotanya tertutup awan. Mari pindah ke tempat yang lain," lanjutnya. Nathalia tersenyum kecut. Caroline terus-menerus menjelaskan tentang Sky City tanpa memeriksanya terlebih dahulu apakah kota itu terlihat atau tidak.

"Nah, itu kotanya." Nathalia melihat kota itu. Dari posisinya, Nathalia dapat melihat sebagian kota Sky City. Terlihat sangat kecil. Rupanya posisi mereka menjauhi kota tersebut berada. Berbeda dengan posisi awal Nathalia yang dapat melihat sedikit jelas.

Ada-ada saja.

"Mari ke kota selanjutnya, yaitu Starville. Kali ini kita butuh kendaraan. Aku akan melempar ini dan... Bum! Jadilah Tron," kata Caroline seraya melempar sebuah tongkat kecil. Tidak ada reaksi apa-apa setelah menunggu beberapa menit.

"Oh ya ampun. Ini hanya tongkat biasa. Maaf ya," lanjutnya. Nathalia menatapnya sambil tersenyum kecut.

Apa benar anak ini pewaris tunggal Parvita Company?? Pantas saja ayahnya menyuruh kuliah. Mungkin supaya sedikit pintar.

Caroline melempar tongkat kecil yang benar. Secara ajaib, tongkat tersebut berubah menjadi sebuah motor besar. Penduduk sama menamainya Tron.

"Silakan helmnya."

Mereka berdua melesat pergi. Seperti biasa, Caroline selalu bercerita sepanjang perjalanan. Banyak sekali hal atau kejadian yang ia bahas. Bahkan yang tidak terlalu penting sekalipun tetap ia bahas. Nathalia hanya mendengarkan saja. Baginya, menanggapi atau tidak hal itu sama saja. Caroline akan tetap berbicara.

Kali ini, mereka meninggalkan kota Jalundra. Nathalia melihat ada sebuah kota di bukit yang menjulang tinggi di sana. Perbedaan sungguh terasa antara kota Jalundra dan kota Starville. Di Jalundra, hawanya tidak terlalu panas sedangkan di Staville terasa panas padahal belum sampai.

"Selamat datang di Starville. Kita hanya di sini saja ya. Nanti ayah mencariku," kata Caroline. Nathalia mengamati kota itu. Seperti kota mati. Sepi dan sepertinya tidak ada kehidupan di sana.

Caroline menjalankan Tron kembali menuju Jalundra.

"Apa itu kota??" Tanya Nathalia.

"Iya. Kenapa??" Tanya Caroline.

"Sepertinya itu tidak berpenghuni. Terlihat sepi."

"Ah iya. Dulu kota itu ramai sekali. Hampir setara dengan Jalundra. Namun, di sana banyak kriminal. Keamanan di sana tidak mampu menahannya. Sekarang kota tersebut menjadi sarangnya para kriminal. Sebenarnya kota itu indah. Perbatasan dengan pantai yang indah dan luas. Sayang sekali karena para kriminal itu, sebagian penduduk memutuskan untuk pindah ke Jalundra atau yang lainnya. Sebagiannya lagi memilih bergabung dengan berbagai kelompok sindikat. Mereka tidak menjalankan aksinya di kota itu saja. Terkadang mereka berpindah-pindah tempat," jelas Caroline.

"Apa penjahat di Jalundra berasal dari sana??" Tanya Nathalia.

"Iya betul sekali," jawab Caroline.

Mereka berdua sudah sampai di kota Jalundra lagi. Sudah malam rupanya. Menandakan betapa jauhnya dari Jalundra ke Starville.

"Bagiamana perjalanannya??" Tanya Caroline.

"Sangat seru dan asyik. Terimakasih sudah menemaniku," jawab Nathalia.

"Sama-sama." Caroline tersenyum kepada Nathalia.

"Saya rasa tuan putri tidak berkuliah hari ini."

Caroline terkejut mendengar suara itu. Ia menoleh.

"Robert. Eeee... Aku sudah pulang," kata Caroline.

Nathalia mengamati pria itu. Begitu juga sebaliknya. Nathalia mengenalinya. Ia adalah pengawal Caroline. Nathalia mengenalinya saat menyaksikan berita di televisi.

Seketika, tangan kirinya mendadak bereaksi. Nathalia merasakan panas sekali dan sakit juga. Kali ini berbeda. Tidak sesakit seperti kemarin-kemarin.

"Robert, kenalkan ini Nathalia Tavisha. Ia berasal dari Bogsan."

"Nathalia, kenalkan ini Robert Shammack."

Mereka berjabat tangan. Mereka merasakan sensasi tersetrum saat berjabat tangan. Sontak hal itu membuat mereka melepaskan jabatannya secara serempak. Caroline memperhatikan hal itu. Ia juga sempat melihat lambang di pergelangan tangan kiri Nathalia.

"Tuan Putri, seharusnya anda pulang. Mari saya antarkan," kata Robert sambil melemaskan tangannya.

"Hmm, baiklah. Nathalia, hati-hati ya," kata Caroline sembari tersenyum.

"Iya."

Nathalia memperhatikan mereka pergi. Ia kebingungan mengapa saat berjabatan tangan ia seperti tersetrum. Nathalia melihat pergelangan tangannya. Bekas luka itu tidak berubah apa-apa. Nathalia berpikir mungkin sudah selesai.

Tiba-tiba, insting Nathalia mengarahkannya kepada sesuatu. Ia mengikutinya.

Nathalia meloncat ke arah tiang lampu jalan, lalu berpindah ke balkon apartemen. Baru saja mendarat, Nathalia terkejut karena ada banyak orang di sana. Untungnya, orang-orang tersebut tidak melihatnya. Mereka sedang asyik berpesta. Nathalia lanjut memanjat sampai akhirnya ia berada di atas atap apartemen tersebut.

Dari atap apartemen, ia meloncat ke gedung di sebelahnya. Nathalia terus mengikuti instingnya. Sampai akhirnya, ia sampai di suatu tempat yang sangat ramai.

Oh, jadi ini pasarnya?? Pasar modern.

Nathalia menerobos ke kerumunan orang di sana. Tiba-tiba, penglihatannya menjadi aktif. Dari banyaknya objek, entah itu manusia, hewan atau barang-barang yang ada di sana, hanya ada tiga orang saja yang memiliki warna tersendiri. Berwarna merah. Nathalia memperkirakan jaraknya sekitar 3 km dari posisinya.

Nathalia melihat tiga orang tersebut melakukan suatu tindakan mencurigakan. Benar saja. Salah satu dari mereka mencuri sebuah tas dari seorang wanita. Setelah itu mereka kabur.

Nathalia bergegas mengejar tiga penjahat itu. Mereka menuju suatu tempat yang sempit sekali. Nathalia ingin menghajar mereka sekaligus namun seketika ia mendapat ide.

Meniru gaya The Ghost ketika melumpuhkan dua orang penjahat, Nathalia memanjat dinding rumah sampai ke atap. Ia berjalan sampai tepat di atas ketiganya.

Kalau The Ghost pakai pisau kecil, aku pakai apa?? Dan bagaimana aku dapat melihat mereka?? Di bawah gelap sekali.

Saat sedang memikirkan bagaimana caranya ia melihat dari kegelapan, tiba-tiba penglihatannya menjadi sangat terang. Nathalia tersenyum senang karena dapat melihat posisi mereka. Di dekatnya, ada sebilah besi panjang. Nathalia mengambilnya. Ia memposisikan besi itu layaknya belati tersembunyi. Nathalia mengambil tindakan nekat. Ia langsung terjun ke bawah.

Bughh...

Nathalia berhasil melumpuhkan dua orang. Tinggal satu lagi. Orang tersebut bersiap menghadapi Nathalia walaupun ia sendiri tidak dapat melihat keberadaan Nathalia. Dengan mudahnya, Nathalia mengambil tas itu kembali. Ia bergegas kabur dan mengembalikan tas kepada pemilik aslinya. Nathalia tidak ingin melakukan pertarungan dengannya.

Sampai di pasar, Nathalia berpikir sejenak. Daripada ia yang dituduh sebagai pencuri, lebih baik dikembalikan saja secara diam-diam. Nathalia menyelinap di antara kerumunan orang sampai dekat dengan wanita itu. Nathalia meletakkan tas di dekatnya. Lalu ia pergi.

Keluar dari pasar, Nathalia berjalan dengan bahagia. Ada perasaan senang ketika berbuat baik. Aksinya seperti The Ghost dapat dilakukannya dengan baik. Ia bangga dapat meniru aksi The Ghost. Walaupun di satu sisi ia takut dengannya akan tetapi di sisi lain Nathalia ingin sepertinya. Menurut pandangannya, hal itu sangat keren. Dari jubahnya, caranya bertarung, melumpuhkan lawan dan berjalannya sangat keren bagi Nathalia. Di lain kesempatan, ia ingin berjumpa dengannya lagi, jika sudah siap tentunya.

Mungkin saja dia mau mengajariku cara bertarung. Aku yakin dia termasuk Assassin itu. Betapa kerennya jika aku berpenampilan sepertinya. Muncul di kegelapan malam. Membasmi penjahat dari kegelapan.

Nathalia menoleh ke belakang, mengingat kembali aksinya barusan.

Eh?!! Kok??!

Nathalia membelalakkan matanya. Tubuhnya gemetar dan kakinya sedikit lemas. Nathalia menelan ludahnya. Sorot matanya mengisyaratkan bahwa ada sesosok yang ditakutinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!