NovelToon NovelToon
BEBEK GENDUT

BEBEK GENDUT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cewek Gendut
Popularitas:47.7k
Nilai: 5
Nama Author: Hyull

🐥🐥🐥
Setiap kali Yuto melihat bebek, ia akan teringat pada Fara, bocah gendut yang dulunya pernah memakai pakaian renang bergambar bebek, memperlihatkan perut buncitnya yang menggemaskan.
Setelah hampir 5 tahun merantau di Kyoto, Yuto kembali ke kampung halaman dan takdir mempertemukannya lagi dengan Bebek Gendut itu. Tanpa ragu, Yuto melamar Fara, kurang dari sebulan setelah mereka bertemu kembali.
Ia pikir Fara akan menolak, tapi Fara justru menerimanya.
Sejak saat itu hidup Fara berubah. Meski anak bungsu, Fara selalu memeluk lukanya sendiri. Tapi Yuto? Ia datang dan memeluk Fara, tanpa perlu diminta.
••• Follow IG aku, @hi_hyull

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 | Pengen Nikah Muda

Fara baru saja selesai mencuci kotak bekal miliknya, termasuk yang tadinya digunakan Yuto. Ia tampak terburu-buru, karena sesaat lagi para lelaki akan pulang dari salat jumat.

Baru saja hendak keluar dari dapur kantor, Fara mendapati Karin dan Pipin melangkah masuk ke dalam dapur sambil membawa sendok dan gelas, kemungkinan hendak mencucinya juga.

Seakan tak melihat keberadaannya di dekat pintu, Karin dan Pipin yang melangkah begitu saja menuju wastafel. Tak biasanya mereka seperti itu, karena biasanya pasti akan menyapa Fara sekalipun hanya sandiwara.

"Tahu diri dikit, kau. Muka kayak kau kok suka sama dia," kata Karin tiba-tiba saat Far hendak menarik pintu dapur.

Fara sontak menoleh ke belakang, dan ia melihat Karin sedang cekikikan bersama Pipin, sudah mulai mencuci sendok dan gelas.

"Ya kek mana, loh. Ganteng kali soalnya. Suka kali lah aku. Jabatannya pun mantap, udah pastilah banyak duitnya," balas Pipin.

Jawaban Pipin membuat Fara lega. Fara mengira Karin mengatakan itu untuknya.

"Ya tapi kau sadar diri juga, lah. Dia terlalu sempurna untukmu. Kau pendek, gendut kek gini kok berharap bisa dapetin dia," kata Karin lagi.

Fara yang sudah melangkah menuju ambang pintu, kembali menoleh ke belakang. Mereka masih mencuci, posisi membelakanginya. Fara tidak ingin berpikir buruk, tetapi barusan Karin mengatakan 'Pendek dan Gendut'. Menurutnya Pipin tidak seperti itu. Malah menurutnya, kedua tipe itu lebih cocok ditujukan padanya.

Pipin tampak menjawab sambil cekikikan, "Kan masih belum tahu, loh. Siapa tahu dia suka yang montok kayak aku. Muka nggak seberapa, nggak jadi masalah asalkan montok."

Karin mengeringkan tangannya dengan tisu. Tak ingin ketahuan menguping, Fara lekas keluar dari sana dan menutup pintu. Tapi, dari balik pintu ia masih dapat mendengar suara mereka yang mengatakan, "Iya juga, sih. Jadi ntar kalau mau ehem ehem, ditutup aja mukanya sama bantal. Yang penting kan badannya." Setelah itu mereka berdua kembali tertawa di dalam sana.

Mencelos hati Fara mendengarnya.

Entah mengapa, ia merasa mereka mengatakan semua itu untuknya. Ia benar-benar tidak ingin berburuk sangka, tetapi baginya, 'Pendek dan Gendut' tentu mengarah padanya.

Fara kembali berusaha untuk tidak menghiraukan itu. Ia lanjut melangkah, membawa kedua kotak bekal yang sudah ia cuci bersamanya. Koridor terasa sangat sunyi, hanya terdengar tawa samar-samar dari ruangan lain.

Sayangnya, kesunyian itu membawa kembali perkataan Karin ke dalam pikirannya.

"*Tahu diri dikit, kau. Muka kayak kau kok suka sama dia*."

"*Dia terlalu sempurna untukmu. Kau pendek, gendut kek gini kok berharap bisa dapetin dia*."

Hembusan napasnya terdengar jelas di koridor itu. Ia tidak tahu mengapa ia merasa terganggu dengan perkataan Karin. Rasanya seperti ada nyeri di hati, padahal tak ada yang salah dengan kata-katanya.

Suara tawa laki-laki terdengar di lobi, menggema hingga ke koridor. Mereka sudah pulang dari masjid. Fara mempercepat langkahnya hingga akhirnya ia berhasil masuk ke dalam ruangan tim ekspor beberapa detik sebelum beberapa orang melintas di depan ruangan mereka.

"Kok lama kali, Dek? Apa aja memangnya yang kau cuci?" tanya Imah, sedang menepuk-nepuk wajah dengan spons cushion.

"Cuma dua ini, Kak." Fara duduk di mejanya, mulai mengeringkan kotak bekalnya dengan tisu.

"Jadi kok lama kali? Tadi kami pikir kau disuruh nyuci punya yang lain juga. Soalnya kau itu kan kelewat baik orangnya. Disuruh mau aja. Jangan lagi, ya."

Fara tersenyum malu.

Pintu ruangan mereka terbuka. Akhirnya Yuto dan Pak Andi kembali.

"Kalian tahu, nggak? Pak Yuto lama kali berdoanya. Serius kali juga. Beuh, pasti banyak kali yang di doakan. Iya kan, Pak?" goda Pak Andi, tak enak muncungnya kalau tidak menggoda orang dalam sehari.

Yuto tertawa pelan, tetapi mengangguk.

"Doa apa aja memangnya, Pak? Pasti ada doa pengen istri lah ya, kan..." Kali ini Pak Andi bertanya sambil melirik Fara yang tampak tak peduli.

Yuto menjawab tepat saat berdiri di belakang kursi Fara. "Kalau urusan istri sih udah pasti, Pak. Soalnya saya pengen nikah muda." Lalu tampa mempedulikan keterkejutan di diantara stafnya, Yuto bertanya sambil melihat ke kotak bekal yang sedang dikeringkan Fara. "Kenapa dicuci? Tadi kan abang udah bilang, biar abang aja yang cuci."

Fara tersentak pelan, lalu spontan menoleh ke belakang bahu. Betapa kagetnya dia saat mendapati ada Yuto di belakangnya.

"Gapapa, Pak. Udah biasa," jawabnya yang lekas kembali duduk tegak ke depan.

Di tengah rasa gugup yang mulai dirasanya, Fara merasakan sebuah tangan menepuk lembut puncak kepalanya. "Lain kali biar abang aja, ya," begitu kata Yuto yang kemudian sudah berjalan santai menuju mejanya dan duduk dengan tenang di kursinya.

Tak hanya Fara yang mematung usai mendengar perkataannya, Bu Lia, Pak Andi, Sisi, dan Imah juga tampak mematung sebelum sama-sama membatin, "*Lain kali*?"

"*Apa maksudnya lain kali? Bang Yuto, bermaksud minta aku buatkan bekal lagi*?" pikir Fara.

Tanpa ia sadari, hembusan napasnya berhembus kuat, terdengar hingga ke semua telinga orang yang ada di dalam ruangan itu. Tentu saja, setelah itu semua mata langsung tertuju padanya.

"Kenapa, Dek?" tanya Sisi. "Berat kali keknya hidupmu. Gitu kali hembusan napasmu."

Pak Andi terkikik geli. "Kalau didengar dari tipe hembusannya, kayaknya Dek Fara lagi galau," kata Pak Andi.

"Lah, galau kenapa?" sambung Imah.

"Pasti galau karena cowok, lah. Apa lagi ya kan, Dek Fara?" goda Pak Andi lagi.

Buk Lia pun berseru nakal. "Sihi... Akhirnya bisa galau karena cowok, ya..."

Dan tanpa Fara ketahui, mereka semua sengaja seperti itu, sekalian menggoda Yuto yang tampak memandangi Fara penuh tanya. Mungkin sedang memikirkan, apa yang sebenarnya membut Fara menghembuskan napas sekuat itu.

Pekerjaan di hari itu sedikit memakan waktu lebih lama dibanding hari lainnya, tentu karena hari itu hari terakhir mereka bekerja dalam minggu itu sebelum nantinya akn libur selam dua hari, sabtu dan Minggu.

Yuto membantu banyak pekerjaan. Seperti membantu Imah menerjemahkan dokumen, membantu Sisi menentukan desain, memberi arahan kepada Bu Lia, dan terakhir mengamati storyboard yang sedang dikerjakan Fara, tetapi tak banyak berkomentar, karena baginya apa yang dikerjakan Fara sudah sesuai.

Hampir pukul enam sore akhirnya mereka bisa pulang. Mereka merupakan tim terakhir yang keluar dari gedung. Langkah mereka lesu, padahal tidak lembur sampai tengah malam. Tapi momen itu pasti akan mereka rasakan di akhir tahun nanti.

Fara satu-satunya yang tampak masih sangat segar, malah sudah melangkah riang mencari kedua kucingnya. "Lihat Ingus sama Kutu dulu ya, Pak..." ucapnya kepada Yuto sambil terus melangkah.

Tak lama kemudian, beberapa saat menunggu di parkiran, Bu Lia, Pak Andi, Sisi, dan Imah juga bergantian pamit padanya.

"Duluan ya, Pak..." pamit Pak Andi, dan yang lainnya yang sudah lebih dulu naik ke motor masing-masing, kecuali Sisi yang mengendarai mobil.

Tersisalah Yuto dan Fara. Tidak, mulanya Yuto berdiri sendiri di parkiran, karena Fara masih mengobrol dengan Ingus dan Kutu di dekat pintu samping. Tapi kemudian Yuto menghampirinya di sana.

Dengan senyumnya, ia berdiri beberapa langkah di belakang Fara yang sedang berjongkok di hadapan kedua ekor kucing itu, mendengarkan ocehan Fara yang membuatnya nyaris tertawa saking gemasnya.

.

.

.

.

.

Continued...

1
Ayu retonisa
kyknya yuto pintar kali buat lukisan bibir yh pembaca /Facepalm/
mak² rempong
g apa² Fara. kak Sora udah tau kok semua nya, bukan cuma Sora aja yg tau, kak Yuri sama onti Endah juga tau gmn buruk nya mama kamu..
kamu yg sabar, terus doain biar mama kamu cepat dapat hidayah nya..
Umi Jasmine
sora bisa tau semuanya
Tita Rosmiati
yuto minta tambah 🤭🤭
Ikha Mangil
Yuto semangat kaliiiii😁🤭🙈
EsTehPanas SENJA
hati lo eka yang busuk!!! hati lo yang ngga beres!!! 😤😤😤 orang2 apalagi keluarga yuto atau keluarga iyon udah bener, situ eka yang salah!!!!
EsTehPanas SENJA
aih aih 🤣 uhuy .... ayo terus..... kebawah sana 😶
EsTehPanas SENJA
kenapa harus urusan sama eka lagi?!? ehh uka uka ini?!? katanya mo hepi2 tentang fara dan yuto aja thor? uka uka gosah ada aja ....naek tensiku 😤
EsTehPanas SENJA
weeeh akhirnya berguna juga kau 🤣🤣🤣
Ayu retonisa
yuto tampaknya minun jamu beras kencur hahahhaha
Umi Jasmine
semangat lanjut
Umi Jasmine
kasih jedah dong bang si fara nya, jgn di gas trs² an
Kirey Ruby
Tuh kan..minta tambah,semangat Yuto sampai jebol gawangnya /Facepalm//Facepalm/
Kirey Ruby
Bisa terjadi bbrp ronde ini sih akibat sering ditunda2 dr hbs ijab 🤣🤣
Senangnya Fara bisa berkumpul sama org2 yg penuh dg kasih syg /Kiss/
༺❀Kanͥຮaͣrͫaᖙha❀༻
Sora.. Sora.. 😆
Ayu retonisa
adegan membajak sawa di ladang /Tongue/
Tita Rosmiati
semoga beneran g gagal yh yuto 🤭🤭
Tita Rosmiati
ihh Sora ganggu aja 😁😁
Umi Jasmine
gagal gk yaaaa
titissusilo
jaman Yuri Angga si sora bsa lancar gtu tau nya,Mlah blang ganas pula😁😁😁😁gmn dg Yuto Fara bahaya coyyyyyy🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!