NovelToon NovelToon
THE TWINS

THE TWINS

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Anak Kembar
Popularitas:535.4k
Nilai: 4.7
Nama Author: Mommy Shine

Clara yang tak tau apa-apa.. malah terjebak pada malam panas dengan seorang pria yang tak dikenalnya akibat dari jebakan seseorang. Dan dihadapkan pada kenyataan jika dirinya tengah hamil akibat malam panas pada malam itu.

Akankah clara mempertahankan kehamilannya itu, atau malah sebaliknya? Dan siapakah pria yang telah menghamilinya? Dan siapa yang telah menciptakan konspirasi tersebut?

Yuk simak kisah clara disini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

"Sudahlah, Eliza. Kau tidak perlu turut campur masalah keluarga kami. Dan sebaiknya kau lupakan saja jika kau pernah berteman dengan dia. Jika kau tak ingin jadi seperti dia." Ucap Handika dengan tatapan tetap lurus ke depan, dan segera akan berbalik. "Tuan, Anda disini?" ucapnya lagi saat tak sengaja melihat seseorang yang dikenalnya berada tepat dibelakang Eliza. Karena posisinya sedari tadi bersampingan dengan Eliza.

Eliza tak percaya jika orang yang dulunya ia hormati dan irikan, karena sosok itu sangat penyayang terhadap keluarga, lebih-lebih terhadap Clara, yang tak ia dapatkan dalam diri ayahnya sendiri. Kini justru kebalikan dari semua itu, jangankan menyayangi dan mengasihi bahkan Handika seperti tidak peka terhadap sekitar sehingga menelantarkan Clara, yang notabene nya adalah anak kandungnya.

"Tapi paman.. Clara__"

"Sudahlah Aunty."

Eliza jadi terkesiap mendengar suara itu, Eliza menunduk dan mendapati mata Arsen yang setajam silet tengah menatap kearah, Handika.

Eliza lupa jika dirinya saat ini tengah bersama dengan Arsen. "Apakah Arsen mengerti semua perdebatan kami barusan?? Apakah dia mengerti jika yang kami bicarakan adalah Mommy nya?" fikir Eliza tak tenang.

"Percuma berbicara dengan orang bodoh, yang ada hanyalah perdebatan kosong tidak ada hasilnya," lanjut Arsen dengan mata masih menatap orang yang notabene adalah kakeknya, namun Arsen tidak mengetahuinya. "Berbeda jika kita berbicara dengan orang cerdas. Orang cerdas akan langsung memahami, sekalipun kita belum menyampaikan sepatah katapun." sambungnya. "Ayo Aunty." setelah mengatakan itu semua, Arsen segera berbalik sembari menarik tangan Eliza.

"Apa benar dia Arsen yang ku kenal?" fikir Eliza, karena tak percaya jika yang baru saja mengatai Handika bodoh adalah Arsen yang ia kenal, yang baru berusia enam tahun hari ini.

Bruk!

Nahas, Arsen yang tak melihat sekitar lebih dulu, bertabrakan dengan anak yang sepertinya seusianya.

"Apa kau buta?!!" seru Arsen dan anak itu bersamaan.

"Hey! Seharusnya aku yang berkata seperti itu, karena kau berjalan tanpa melihat sekitarnya terlebih dahulu," protes anak yang bertabrakan dengan Arsen.

"Hey! Kaulah yang salah. Siapa suruh kau berada di belakangku?" elak Arsen, karena tak ingin jika dirinya yang disalahkan.

Eliza yang terpana pada pria yang tengah berada tepat di samping anak yang Arsen tabrak, segera melerai.

"Arsen..."

"Airlen..."

Eliza memanggil Arsen bersamaan dengan pria itu yang memanggil nama seseorang, yang Eliza yakini jika nama itu adalah nama anak yang berada di sebelahnya, anak yang bertabrakan dengan Arsen.

"Huh. Sorry Dad," ucap anak itu, namun masih dengan tatapan sengitnya menatap Arsen.

"Maaf Tuan, ini salah kami. Dia hanya anak kecil.. Jadi maafkan dia," Eliza berucap dengan menunduk seraya terus menggenggam tangan Arsen, karena tau pria yang ia hadapi saat ini bisa melakukan apapun, bahkan mungkin tidak akan memandang bulu walau itu hanyalah anak kecil seperti Arsen, jika sudah mengganggu ketenangannya dan keluarganya, maka itu bisa menjadi bencana. Karena dia orang yang sangat berpengaruh di kota ini, tuan Arkhana Davidson.

"Aunty, kenapa Aunty minta maaf padanya? Dia yang salah, karena__"

"Arsen sudah." Eliza segera memotong ucapan Arsen. "Permisi Tuan," lanjutnya seraya menarik pergelangan tangan Arsen, dan pergi tanpa menunggu persetujuan dari siapapun.

Diperjalanan menuju ruangan dimana Clara sedang menunggu, Arsen kembali mempertanyakan mengapa Eliza meminta maaf pada orang itu, namun Eliza tak menanggapi dan terus berjalan.

Ditempat tadi...

"Dad, kenapa Daddy membiarkan anak itu pergi? Dia belum minta maaf padaku."

"Airlen, apa kau masih ingin berdebat soal kejadian itu? Jika iya.. Lebih baik kita pulang, dan rayakan ulang tahunmu di mansion saja." ancam tuan Arkhana.

"Sorry, Dad. Aku tidak akan mengungkitnya lagi," ucapnya terpaksa, karena tak ingin pergi dari sana, mengingat jika ini pertama kalinya daddy nya menyetujui permintaanya agar ulang tahunnya dirayakan di luar mansion. Ya.. Walau masih di dalam ruangan juga, tak seperti harapannya yang ingin dirayakan di luar ruangan.

Sesampainya di ruangan khusus yang di pesan asisten Leo untuk acara ulang tahun tuan muda kecilnya, Airlen. Airlen disambut oleh beberapa orang.

"Happy birthday, Dear..."

"Thank you, Granny," Airlen membalas pelukan sambutan dari Granny Aerin.

"Happy birthday cicit kakek."

"Thank you, Kakek Besar," Airlen juga membalas pelukan dari sang kakek buyut.

"Selamat ulang tahun ya.. Semoga, semua apa yang dinginkan Airlen, akan tercapai semuanya."

"Terimakasih, Nenek Besar.."

"Kau tak akan memeluk wanita tua ini, Boys?"

"Hehe.. Tentu saja." ucapnya seraya menghambur ke pelukan nenek buyutnya, yang walau sudah sedikit renta tapi masih energik.

"Ini hadiah dari Granny dan Grandpa," ucap Granny Aerin seraya menyerahkan sebuah kado. Walau suaminya telah lama meninggal, tapi Granny Aerin tetap menyebut suaminya juga.

"Thank you, Granny, and... Grandpa." ucap Airlen, yang di akhir kalimatnya agak ragu untuk mengucapkannya. "Apa Airlen boleh membukanya disini?" lanjutnya.

"Tentu saja. Tapi nanti, setelah tiup lilin dan potong kue," tutur Granny Aerin dengan tersenyum.

"Airlen Sayang... Happy birthday..." ucap Bella serta mamanya seraya merentangkan tangannya.

Namun...

"Don't hug!" tolak Airlen seraya mundur beberapa langkah.

Jangan tanya bagaimana bisa orang seperti Bella dan keluarganya berada ditengah-tengah keluarga terpandang seperti keluarga Davidson.

"Kalau opa?" Handika lebih dulu bertanya, walau sebenarnya sangat ingin memeluk sang cucu.

"Emm... Oke. Tapi sebentar!" tegas Airlen

Mendengar jawaban Airlen, membuat Handika sedikit kecewa, tapi tetap memeluknya. Karena jarang-jarang dirinya akan bisa memeluk sang cucu, mengingat jika sang cucu akan selalu menolaknya.

Membuat keluarga Davidson hanya menghela nafas melihatnya.

"Tapi kenapa Sayang.. Mommy adalah mommy mu," Bella berucap dengan wajah yang dibuat menyedihkan. "Selama ini kau selalu saja menolak saat mommy ingin kau peluk."

Namun Airlen hanya mengedikkan bahunya dengan acuh.

"Khem!" tuan Arkhana berderham diikuti tatapan mata tajamnya, isyarat jika Bella maupun keluarganya tidak ada yang boleh memaksakan kehendaknya terhadap Airlen.

Selama ini tuan Arkhana menutup mata dan telinga tentang kelakuan Bella di luaran sana, dan tetap membantu Bella jika kesulitan, terlebih kesulitan dalam hal materi. Kecuali jika menyangkut Airlen, tuan Arkhana tidak akan mentoleransi siapapun jika itu menyangkut keluarganya, terlebih Airlen.

Tuan Arkhana akan menuruti apapun permintaan Bella, karena tuan Arkhana merasa bersalah karena beberapa tahun lalu telah merenggut kesuciannya hingga melahirkan anak untuknya, yaitu Airlangga Davidson.

"Baiklah, tak apa. Mommy memaklumi itu, karena kita memang tidak tinggal bersama, sehingga membuat kita kian jauh," ucap Bella saat mengerti akan isyarat dari tuan Arkhana, terlebih tatapan tajamnya yang membuatnya sulit untuk menelan saliva. "Tapi tolong terima kado dari mommy, ya," lanjutnya sembari menyodorkan sebuah kado dalam paper bag.

Sebelum mengambil, Airlen lebih dulu menatap tuan Arkhana, daddy nya.

Saat melihat daddy nya mengangguk, barulah Airlen menerima paper bag tersebut.

Entah mengapa, katanya Airlen adalah anak Bella, tapi seperti orang asing.

Memang, Airlen dan Bella tidak tinggal bersama... Tapi bukankah ikatan batin antara anak dan orang tua itu sangat kental?

"Daddy aku ingin ke kamar kecil." izin Airlen.

"Ayo, Mommy temani."

"No!" tolaknya dengan tegas.

Membuat Bella jadi memberengut. Dulu Bella kira, dengan adanya Airlen.. Akan semakin mendekatkan dirinya dengan keluarga Davison, tapi nyatanya..???

"Kalau begitu ditemani uncle Leo saja." putus tuan Arkhana.

"No, Daddy. Airlen bisa sendiri. Airlen sudah enam tahun, Airlen sudah besar." Airlen kembali menolak.

"Kalau begitu ditemani Daddy saja."

"Baiklah, ditemani Uncle Leo saja," ucap Airlen dengan lesu dan akhirnya menyerah juga.

Sementara keluarga Davidson hanya bisa menahan rasa ingin tertawanya, melihat interaksi anak dan daddy itu.

***

1
Ismalinda
Luar biasa
Nur Azizah
terima aja clara kasihan anak"mu yg butuh keluarga yg utuh
Nur Azizah
oayyooo lanjuuttt kakak authoooorr
Nur Azizah
top markotopppp lanjuttt kak auutthor
Nur Azizah
woooww kereen pokoknya ceritanya kak author lanjuutt
Nur Azizah
ayoo lanjutt kak author
Nur Azizah
jgn buat Readers penasaran kaka author ayo cepat buka rahasia besar ini
Nur Azizah
cepet buka kebusukan Bella kak aurhor
Nur Azizah
ssmakin penasaran kak author
Nur Azizah
jgn mbulat mbulet kam author ceritanya
Nur Azizah
siapa yg memaggil clara yaaahh
Nur Azizah
sambut bahagiamu mulai hari ini clara
Nur Azizah
siapa yg menegur clara mungkinkan asisten leo
Nur Azizah
lanjuuuttt kakakk aauttthhorr
Nur Azizah
semoga kalian berjodoh arkhana sama clara leo sama eliza
Nur Azizah
lanjuutttt siapa lg yg datang yaaa,,
Nur Azizah
Bella
Nur Azizah
bener"anak GENIUS Arsen
Nur Azizah
jgn lama"kak author mempertemukan twin brsama ke 2 orang tuanya
Nur Azizah
haduuuh ketahuan Airline
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!