DALAM PROSES EDIT, MOHON MAAF ATAS KETIDAK NYAMANANNYA
mature content 💏
harap bijaksana dalam membaca, usia diharapkan diatas 18++
menjadi istri kedua bukan keinginanku, karena sejatinya aku tak ingin berbagi
~alana mahen~
aku mencintai sahabat masa kecilku disaat aku juga memuja wanita lain
~narendra sakabumi~
yang suka baper akan cerita poligami lebih baik melewatkan cerita ini
~author~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nophie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9. Berapa Kali?? Ratusan!!!*
“Tubuhmu bagai candu, sayang. Kalau aku minta lagi hak aku bolehkan? Katanya kalau seorang istri membetikan hak suaminya dobel dobel brarti pahalanya juga dobel dobel. Arghhh Lala... Aku juga bingung loh. Kayaknya baru kali ini aku bercinta sama kamu tapi kok kayak de ja vu gitu ya. Kayak inilah yang pernah kurasakan dan ingin selalu kunikmati. Apa jangan jangan kamu kasi pelet ya? ” kembali Saka menggeram dan akhirnya Alana pun harus ikhlas menunggu Saka memuaskan keinginannya sampai Alana kelelahan dan menahan lapar disaat bersamaan.
“Bby, aku lapar sekali. Aku boleh ya makan disana? Cuman di minibar itu saja. Soalnya sudah banyak makanan yang disediakan disana, sayang banget kalau gak dinikmatin.”
Ucap Alana lirih, karena ia sudah benar benar lemas.
Tanpa menjawab, Saka menggendong tubuh Alana dan menaruhnya di meja minibar
dekat pinggir kolam tempat mereka pertama memadu kasih.
“Bby, ini meja ya, bukan kursi, lagian tubuhku lengket nih, setidaknya taruhlah aku di pinggir kolam tempat kita tadi.” Alana tidak melanjutkan kata katanya karena ia seperti memberi kode Saka untuk mempermainkannya lagi. Dan ia tidak mau kalau Saka menyerangnya lagi. Ia sudah lelah dua kali permainan panas tadi.
“ Katanya kamu lapar, kok malah mengkode minta di gituin lagi? Mau session ke tiga ya,
sayang?” goda Saka sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Alana yang buru buru
menaruh tangannya diatas bibirnya sehingga Saka hanya bisa mencium punggung
tangan Alana yang menutupi bibirnya.
“Bby, tubuhku sudah lengket, aku mau masuk kedalam kolam. Untuk membasuh sedikit tubuhku, boleh ya, Bby?” Rayu Alana yang ingin merasakan kesegaran air kolam supaya tubuhnya gak lagi lengket. Saka
masih setia menyuapi Alana dengan makanan yang ada di meja minibar, yang memang disediakan untuk mereka, supaya mereka tidak perlu keluar untuk makan.
“Nanti saja kita mandi bersama di kamar mandi, air kaporit tidak baik untuk benih benih
unggul yang sudah aku siram tadi. Biarlah benih itu tumbuh dulu. Setidaknya
tunggu setengah jam lagi, okey baby?’” ucap Saka, sambil masih menyuapkan makanan yang enak ke mulut Alana dan dirinya sendiri. Mungkin karena banyaknya energi yang terbuang saat olah raga berat yang baru saja mereka lewati, tak terasa makanan yang tersedia pun licin tandas.
***
Semalaman itu, Saka benar benar kejar target. Alana tidak dilepaskan barang sekejap. Bahkan bangun tidur di pagi pertama, Alana merasakan sekujur tubuhnya remuk redam. Sedangkan tangan Saka masih melingkar posesif di pinggang Alana yang ramping.
Alana berusaha menyingkirkan tangan Saka dengan hati hati. Alana takut membangunkan Saka kalau masih melihat tubuhnya. Dia memandang wajah
Saka yang tampan dengan tersenyum, Alana
tidak pernah mengira bahwa dia menjadi istri sah dari cinta masa kecilnya.
Walaupun ada sedikit goresan dihati Alana karena tidak dapat memiliki Saka
seutuhnya, karena masih ada Yara istri pertama Saka yang mesti harus
diperhatikan juga perasaannya. Alana menggeserkan tubuhnya menuju kamar mandi. Perasaan sakit disekujur tubuh dan kelelahan akibat olah raga ekstrim yang berdurasi panjang, mengakibatkan Alana harus meringis kesakitan, saat kakinya menapak di lantai kamar penthouse itu.
Dadanya yang putih nampak ternoda merah kebiruan, daerah yang diklaim menjadi tempat favorit Saka sekarang. Di cermin walk in closet, sebelum menuju kamar mandi, Alana memandang area lehernya. Lehernya pun rata dengan noda yang sama. Alana berdecak kesal, dia bingung bagaimana dia bisa bekerja dengan keadaan seperti ini. Pasti akan banyak pertanyaan dari rekan rekan kerjanya, secara belum ada satupun manusia yang tahu keberadaannya menjadi istri kedua tuan Saka. Dengan tubuh yang masih polos, Alana meraih tasnya yang berisi ponsel, dia mulai mengetikkan pesan singkat yang intinya meminta ijin untuk tidak masuk hari ini karena ada masalah keluarga. Alana kembali mencebik kesal karena dia belum pernah ijin untuk keperluan apapun, karena ia tahu kalau dia ijin maka dia harus rela kena potong gaji, dan dia gak rela kalau gajinya dipotong. Tapi dia juga tidak mungkin datang ke kantor dengan kondisi seperti ini, bisa bisa dia dihujat oleh rekan rekannya sebagai pelakor, karena mereka semua tahu bahwa Alana adalah janda beranak satu.
“Morning baby… kamu ingin menggodaku sepagi ini, sayang? Apakah kamu belum puas menjerit dibawah ku kemarin?” suara serak Saka yang menggoda, membuat Alana kaget. Suara baritonnya terdengar sangat menggoda di telinga Alana. Alana lantas menggeleng
cepat, menyingkirkan pikiran pikiran kotor yang melintas di otaknya.
Sialan nih Saka, membuat aku jadi ikutan piktor (=pikiran kotor) dan mesum kayak Saka !, batin Alana.
“Baby, kok diem aja… mau ku buat kamu teriak teriak lagi kayak kemarin?” tanya Saka dengan senyum smirknya, Alana langsung berlari ke kamar mandi dan mengunci pintunya, membuat Saka tertawa terbahak.
“Sayang, pintu kamar mandi kok kamu kunci sih, aku kebelet nih!” modus Saka didepan
pintu kamar mandi. Ia tahu kalau Alana lagi mau menikmati ritual mandi di dalam
bathtube. Saka membayangkan kejadian kemarin saat Alana dan dirinya mandi
bersama, yang harusnya bisa dilakukan dalam waktu 30 menit jadi selesai dalam
waktu 2 jam. Wajah dan tubuh Alana yang menggoda, membuat Saka ingin melakukannya lagi pagi hari ini. Bayangan Saka bisa menindih Alana di dalam bath tube membuat Saka kembali berseru supaya Alana membuka pintu kamar mandi dengan alasan dia sudah kebelet.
“Ck, Bby… kamu itu loh, gak sabaran amat. Aku kan baru mau mandi, lagi siapin air hangat didalam bath tube dan aromatheraphy, karena tubuhku sakit semua gara gara kamu
jahilin semalam.” seru Alana sambil membuka pintu kamar mandi, takut kalau Saka bisa sakit kalau kebutuhan buang air kecilnya tidak diturutin.
“ Maaf sayang… ini kebutuhan di pagi hari yang sangat mendesak soalnya. Kamu gak marah kan? Emang kamu sakit dibagian sebelah mana.” tanya Saka meraba tubuh Alana, Alana pun sudah memakai bath robe yang tersedia di kamar mandi, karena dia gak
mau menggoda Saka di pagi ini. Tapi Saka pun tidak hilang akal, dia berusaha
membuka ikatan kimono bathrobe yang menutup tubuh Alana.
“Hubby!!! Kamu gak inget apa kita sudah melakukannya berapa kali semalam?” tanya Alana dengan nada sinis, memandang Saka yang masih cengar cengir melihat istri barunya itu tampak menggemaskan.
“Ehm … berapa ya??” tanya Saka balik dan masih dengan usahanya.
“Bby, kamu keterlaluan sekali, masa kamu gak inget ?” tanya Alana sambil berdecak sebal.
“ Emang berapa kali sih, sayang?” tanya Saka balik.
“Berapa kali??? Ratusan!!” sahut Alana sewot, membuat Saka jadi tertawa terbahak bahak,
karena Alana menyebut sebuah jargon iklan, untuk menggambarkan kondisi yang
Alana terima saat ini.
Menurut Alana, Saka saat menjadi sahabatnya dan Saka saat menjadi suaminya adalah dua pribadi yang berbeda. Saka yang sekarang sudah jadi suaminya adalah pribadi yang mesum, sedangkan Saka sahabatnya adalah pribadi yang dewasa dan mengayomi. Alana masih berusaha untuk menepis keinginan Saka di pagi hari itu. Tapi jujur dia juga takut dosa, karena menolak memberikan hak suaminya.
.
.
.
TBC