Tentang Jena, wanita malang yang lahir dari hasil perselingkuhan. Dulu, ayahnya berselingkuh dengan seorang pelayan dan lahirlah Jena.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya membawanya ke rumah istri sah ayahnya dan dari situlah penderitaan Jena di mulai karena dia di benci oleh istri ayahnya dan juga Kaka tirinya.
selama ini, Jena selalu merasa sendiri. Tapi, ketika dia kuliah dia bertemu dengan Gueen, dan mereka pun bersahabat dan lagi-lagi petaka baru di mulai, di mana tanpa sengaja dia tidur dengan Kaka Joseph yang tak lain kakanya. Hingga pada akhirnya Jena mengandung.
Dan ketika dia mengandung, Josep tidak mau bertanggung jawab karena dia akan menikah dengan wanita lain. Dan kemalangan menimpa Jena lagi di mana dokter mengatakan bahwa bayi yang di kandungnya mengandung down sydrome.
Dan ketika mengetahui Jena hamil, Joseph menyuruh Jena untuk mengugurkan anak mereka, tapi Jena menolak dan lebih memilih pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
gengs ayo dong genapin komen jadi 100 sama gas like. sekarang aku up dua bab ya.
Waktu terasa lama berlalu untuk Jena yang sekarang berlari dengan panik, teriakan demi teriakan terus keluar dari mulut Jena berharap ada yang mau menolongnya dan mendengar teriakannya, keringat dingin terus mengucur dari tubuh Jena apalagi kejang Haura lebih berasa dari sebelumnya.
''Pak polisi tolong!" Jena Berteriak ketika melihat polisi yang sedang berpatroli, akhirnya Setelah dia mencari pertolongan dan berlari cukup jauh, dia bisa menemukan orang yang bisa menolongnya untuk membawanya ke rumah sakit.
“Nona ada apa?” polisi yang mendengar teriakan Jena juga ikut berlari ke arah Jena.
“Pak Bisakah anda membawaku ke rumah sakit, anakku kejang," ucap Jena dengan panik.
“Ya, Ayo silahkan!” polisi mengarahkan Jena untuk naik ke mobil dan dengan cepat Jena pun berlari ke mobil tersebut, diikuti polisi yang juga ikut berlari.
Dan sekarang di sinilah Jena berada, di klinik yang tidak jauh dari tempat tadi Jena bertemu dengan polisi.
“ Terima kasih,” ucap Jena pada polisi yang membawanya, hingga polisi pun mengangguk. Jena turun dari mobil sambil menggendong Haura, dan ternyata polisi pun ikut masuk ke dalam karena ingin memastikan kondisi Haura.
Pada akhirnya, Haura pun ditangani oleh dokter dan setengah jam kemudian, tubuh Haura sudah kembali normal, tubuh wanita kecil itu tidak lagi kejang, sedangkan Jena yang menunggu di luar masih terduduk di lantai.
Kejadian barusan memang begitu singkat. Namun mampu meluluhlantakkannya, dia tidak tau bagaimana nasib Haura Jika dia tadi tidak bertemu dengan polisi tersebut.
”Nona, anda baik-baik saja?” ternyata polisi tadi menghampiri Jena sambil membawa sebotol minuman, hingga Jena mendongak, wanita itu pun lantas bangkit dari lantai.
“Pak, Terima kasih sudah membawa aku sini,” ucap Jena.
“Sama-sama, oh ya Kalau begitu saya pamit," ucap polisi itu hingga Jena menggangguk, dan setelah polisi itu pergi, dia langsung membuka botol yang tadi diberikan barusan, lalu dia meminum habis minuman yang ada di botol tersebut.
Setelah sedikit tenang, Jena langsung mendudukkan dirinya di kursi tunggu, tatapan wanita itu menatap lurus ke bawah. Sejujurnya Sekarang dia sedang terguncang, tentu saja karena dia terlalu terkejut dengan apa yang dialaminya barusan.
Sebenarnya ini bukan pertama kali Haura seperti ini, jika lapar Haura tidak pernah meminta ataupun mengisyaratkan ingin makan, gadis kecil itu selalu berjalan sendiri dan memakan apapun yang ada di dapur, tanpa bertanya dan tanpa menunggu Jena.
Dan tadi, Sepertinya Haura haus hingga pergi ke dapur, di tambah lagi Jena sedikit teledor tidak membuang susu bekasnya hingga diminum oleh Haura.
Malam berganti pagi
Jena menarik selimut untuk Haura, barusan Haura sudah membuka mata tapi sepertinya gadis kecil itu kembali tertidur dan sekarang Jena akan pulang ke rumah untuk membawa kartu kredit, tentu saja karena dia harus membayar biaya klinik putrinya.
Bahkan mungkin jika nanti putrinya tidak membaik putrinya akan dirujuk ke rumah sakit besar, dan sebelum pergi Jena juga menitipkan Haura pada suster.
***
“Apa maksud Anda?” tanya Jena. Saat ini Jena baru saja membayar dengan kartu kredit yang biasa dia gunakan. Namun yang membuat Jena terkejut adalah kartu kredit itu sudah tidak bisa digunakan, dan tentu saja Jana merasa terkejut.
Sedangkan kemarin dia masih berbelanja menggunakan kartu kredit dari Josep, lalu sekarang kenapa tidak bisa.
“Ia, nona ini sudah tidak bisa digunakan, apakah anda kartu lain?” tanya wanita yang bertugas di kasir.
Jena menggigit bibirnya, otak wanita itu tiba-tiba kosong, dia sekarang tidak bisa berpikir bagaimana caranya dia membayar klinik. Karena saat dia tidak mempunyai uang sepeserpun.
“Pakai ini saja!” terdengar suara orang dari belakang tubuh Jena, hingga Jena langsung menoleh.
“Soraya!" Jena terpekik ketika melihat Soraya di depannya. Soraya adalah adik angkat Joseph, dulu Soraya dan Gueen pernah tertukar di rumah sakit saat mereka bayi.
Tapi sekarang semuanya sudah kembali normal, Gueen sudah kembali ke keluarga Joseph dan Soraya kembali ke keluarganya. Tapi, Soraya juga di musuhi oleh keluarga Joseph dan lebih ajaibnya, Kakak kandungnya menikah dengan Gueen, hingga kini dia menjadi adik ipar Gueenw, wanita yang pernah di tukar dengannya.
“Aku tadi memanggilmu tapi kau tidak menyahut," ucap Soraya, saat tadi Jena akan kembali ke klinik, Soraya datang ke rumah Jenna dan dia melihat jeena menaiki taksi hingga Soraya menyusul Jena kemari.
“Soraya!” Panggil Jena.
“Sudah tidak apa-apa, pakai saja kartuku.” Soraya dengan cepat menyodorkan kartu kredit miliknya pada kasir, hingga kasir pun langsung menggesek kartu Soraya dan setelah selesai Jean langsung mengajak Soraya untuk duduk.
“Soraya Kenapa kok bisa di sini?” tanya Jena.
“Panjang ceritanya, tapi aku hanya ingin mengatakan bahwa Joseph sudah memblokir kartu yang kau gunakan," balas Soraya beruntung kemarin dia mendengar percakapan Kayra dan Joseph, ketika keduanya sedang makan di restoran, Kayra kembali membahas soal kartu kredit yang di pakai Jena ketika keduanya berada di restoran dan kebetulan Soraya juga ada di restoran yang sama dan mejanya berada di belakang meja yang di tempati oleh Joseph hingga dia bisa mendengar percakapan keduanya.
Jena menutup mulut tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Soraya.
”Bagaimana mungkin,” lirih Jena, tiba-tiba tubuhnya terasa melemah saat mendengar itu.
“Saat itu aku mendengar percakapan Joseph dan istrinya," kata Soraya, tatapan mata Jena langsung kosong ketika mendengar itu, seluruh tubuhnya terasa lemas. Selama bertahun-tahun dia hidup dari kartu kredit Joseph, karena dia tidak bekerja terlebih lagi tidak ada yang menjaga Haura.
Lalu sekarang jika kartu kreditnya sudah dibekukan. Bagaimana dial menghidupi dirinya dan menghidupi putrinya.
Soraya yang mengerti perasaan Jena langsung menggenggam tangan Jena. “Kau tidak usah khawatir, pakai saja kartu kredit ini untukmu dan Haura.” Jena tersadar ketika tangannya ditarik oleh Soraya, dia membulatkan matanya ketika Soraya memberikan kartu kredit padanya.
“Soraya apa ini?”
“Jena, aku tahu kesulitan macam apa yang kau rasakan. Jadi aku rasa kau lebih membutuhkan ini.”
“Soraya apa maksudmu, tolong jangan seperti ini. Aku mungkin akan berusaha mencari pekerjaan lain.”
“Jena, kau tahu terlalu banyak kebaikan yang aku terima dari keluarga Josep, dan aku ingin membalasnya pada Haura," jawab Soraya. Selama 18 tahun, dia hidup menjadi putri yang istimewa di di keluarga Joseph, selama 18 tahun, Soraya hidup dengan mewah, berbeda dengan Gueen, itu sebabnya keluarga Joseph begitu murka dan enggan lagi melihat Soraya. Walaupun Soraya tidak tau apa-apa, tapi Soraya tetap di buang oleh keluarga Josep.
Tapi Soraya sama sekali tidak benci pada keluarga angkatnya yang telah membencinya, dia justru ingin berterima kasih pada kedua orang tua Josep karena telah mengurusnya dengan baik dan Soraya membalas itu melalui Haura, dia ingin menyayangi anak itu sama seperti dulu keluarga angkat yang menyayangi dia.
“Tidak Soraya. Aku tidak bisa menerima Ini.” Jena kekeh enggan menerima kartu kredit Soraya.
“Jena tolong pikirkan Haura, kondisi Haura sedang tidak baik, lalu bagaimana jika kalian kekurangan."
Mendengar itu, Jena menunduk dia mendadak serba salah. “Sudah tidak usah dipikirkan terima saja ini,” ucap Soraya. “Jena, gajihku banyak, jadi kau tidak perlu khawatirkan apa pun.”